Bab 9

Karna masih jam 10. layya memutuskan untuk menemui seorang ibu ibu paruh baya yang kata vivian dari dulu mau bertemu dengannya.

Vivian melangkah ke arah layya. layya pun mendekat ke sana.

"di mana ibu itu? ". tanya layya begitu mereka selesai bersalaman lalu pelukan kerinduan dan melepaskannya.

"di lantai atas, sudah tiga kopi susu dia habiskan dari menunggu mu". layya tertawa kecil.

"baiklah, ayo? ". ujarnya.

"katakan jika kamu libur ada waktu kita harus hitung bersama tahun ini, malam juga boleh".

Layya terkekeh mendengar ucapan vivian.

"baiklah, akan aku usahakan, tidak akan membiarkanmu sendiri ". mereka sampai.

Vivian menunjuk ke meja di mana seorang ibu paruh baya di sana, badannya sedikit gemuk, memakai hijap empat segi yang terikat kebelakang, tas di meja merek terkenal yaitu chanel dengan bajunya yang di rancang khusus untuknya.

Wanita baruh baya tersebut bangkit berdiri saat melihat layya dan vivian melangkah ke arahnya. matanya hanya fokus pada layya. dia mematung melihat wajah layya. tebakannya benar, tidak salah.

Mereka sampai di meja wanita paruh baya tersebut. vivian maju pertama memperkenalkan mereka.

"euhmmm kalau begitu...aku tinggal kalian, pergi dulu ya". vivian memegang pundak layya.

Layya mendongak menatap vivian lalu mengangguk. tidak mungkin ia mencegat vivian karna juga tahu pekerjaan wanita itu banyak di sini selaku pemilik restaurant ini. dia manajernya sendiri.

Layya menatap ke depan ke ibu ibu yang baru ia tahu namanya imelda, begitulah dia perkenalkan dirinya tanpa nama belakangnya.

"kamu sangat mirip dengannya". ujar imelda sambil memandangi wajah layya.

Kerutan di kening layya terlihat.

"mirip? dengan siapa? ". begitulah pembukaan pembicaraan mereka yang pertama.

"Annisa Latief".

Layya membulatkan matanya. Annisa nama ibunya, latief kakeknya. siapa ibu ini? kenapa mengenal maminya.

"ibu kenal dengan mamiku? ".

Imelda tersenyum lega. awalnya ia ketakutan takut salah. siapa tahu mungkin hanya kebetulan mirip dan semua sama. termasuk rasa masakan layya dan annisa.

"kami teman, teman yang sangat akrab semasa kuliah dulu di sini, bukankah mamimu juga lulusan universitas di sini? ".

Layya menggangguk membenarkan. namun maminya memilih menjadi ibu rumah tangga saja tanpa bekerja.

Imelda terdiam. dia tahu kalau annisa sudah tidak ada lagi saat bertemu dengan salah seorang senior di kampusnya dan memberitahunya.

"sejak lulus ibu tidak bertemu lagi dengan nya, terakhir ibu dengar mama annisa meninggal lalu tidak lama setelahnya annisa di bawa pulang sama papanya ke Indonesia karna papanya orang indonesia, annisa hanya meninggalkan satu kertas untuknya berpamit, bukan salahnya sih karna saat annisa pindah dan mamanya meninggal. aku sedang di london, kakek dari pihak mamiku meninggal, jadi pulang dari sana aku baru tahu dan saat itu kami hilang kontak".

Layya diam mendengar seksama. ia tersentak saat sadar akan sesuatu.

"bukankah anda mau bertemu denganku karna...".

"masakanmu? itu juga benar nak? rasa masakanmu sangat sama persis seperti rasa masakan annisa, bubur ayamnya, ayam di bumbui kecap, daging kari, semuanya pokoknya sama persis, saat pertama kali melewati tempat ini. hatiku menyuruhku masuk ke sini dan siapa tahu? aku di bawa bertemu dengan anak sahabat lamaku". satu tetes air mata jatuh di pipi imelda.

Layya buru buru meraih tisu dan memberinya ke imelda di depannya.

"ibu sering makan masakan mami? ".

Imelda tertawa kecil mendengar ucapan layya.

"bukan sering, malah sudah selalu setiap jam makan, annisa mendapat beasiswa saat kuliah dan menyewa kontrakan murah karna jauh dari rumahnya ke kampus dan juga dia bekerja di salah satu restauran di sini dekat kampus. karna keluarga ibu mampu, ibu pun menyewa satu apartemen yang dekat kampus lalu mengajak annisa tinggal bersama, awalnya annisa menolak tapi aku menawari akan membayarnya dengan syarat dia selalu memasak masakan untukku dan dia setuju, mamimu tidak menerima hal yang gratis karna itu beribu makanan dia sudah ibu coba hasil masakan mamimu nak? dan itu saat saat bahagia bagi ibu".

Layya diam dengan menundukkan kepalanya.

Imelda meraih tangan layya yang berada di atas meja. menggenggamnya.

"setiap sehari sebelum ulang tahun ibu, annisa selalu membuatkan ibu bermacam macam masakannya untuk merayakan ulang tahun ibu dan ibu, sangat senang". raut wajah imelda terlihat sedih di tengah senyumnya.

Layya mengerjap ngerjapkan matanya. dia ikut sedih mendengarnya dan merindukan maminya. iya sih, maminya sangat pintar dalam memasak hingga ia pun belajar sama maminya dan suka memasak seperti maminya. karna itu juga alasan salah satunya ia mau membuka restaurant ini.

"ah...vivian bilang ibu mau memesan makanan di sini? untuk ulang tahun ibu".

Imelda menatap layya.

"tapi di sini tidak menerima Ketering bukan? ".

Layya tersenyum hangat dan tipis.

"khusus untuk ibu akan saya buat tapi tidak dari sini melainkan dari tempat tinggal saya, ibu tulis saja alamat rumah ibu di mana, nanti akan ada yang antar ke sana".

Imelda menurunkan pandangannya menatap meja. ide lain muncul di pikirannya setelah dia melihat dengan mata kepalanya sendiri putri dari teman baiknya annisa dan dia mau.

"bagaimana kalau besok nak layya ke rumah ibu dan kita masak sama sama di sana. meski ibu tidak bisa. ibu akan bantu apa yang bisa".

"besok? ...". layya terlihat berpikir. ya sih, besok ia tidak ada pekerjaan selain menghabiskan waktu dengan kedua anaknya tapi jika harus ke sana.

"sepertinya tidak bisa bu, besok kebetulan sih saya di liburkan kerja hingga beberapa hari ke depan tapi...saya sudah mengatur kalau besok mau bermain menghabiskan waktu dengan kedua anak saya".

Kedua bola mata imelda sontak saja membulat.

"a-anak? kamu sudah mempunyai anak? tunggu...dua? ". terkejut imelda begitu mendengar kata anak. lagian baginya layya sama sekali terlihat seperti wanita yang sudah menikah apalagi sudah memiliki anak.

Layya tertawa kecil.

"semua orang akan berekspresi sama seperti ibu ketika saya bilang sudah punya dua anak".

Imelda tersenyum tidak percaya.

"laki laki? perempuan ?".

"keduanya, mereka kembar"

Kedua mata imelda nyaris saja hampir meloncat keluar.

"kembar? ". ucapnya nyaris seperti berteriak.

Layya mengangguk membenarkan.

Imelda membuka menutup mulutnya tidak tahu lagi harus berkata apa.

"entah kenapa aku pengin melihat mereka, cucu dari teman baikku, ah...apa mereka mirip denganmu atau...ayahnya? ".

Layya terdiam ketika mendengar kalimat 'ayahnya'. dia tersenyum kembali membuang ekpresi wajahnya, yang tiba tiba merengut karna ingat pria itu.

"saya rasa mengambil keduanya". jawabnya sambil tersenyum.

"tentu mereka sangat cantik dan tampan"

"banyak yang mengatakan begitu"

"jadi bagaimana nak? bisakan? besok ke rumah ibu? kamu bisa bawa kedua anakmu sekalian, mereka bisa bermain di sana".

Layya menggeleng, merasa bersalah.

"jika besok...aku minta ma...".

"lusa hari ulang tahun ibu! ".

"...". layya terdiam.

Imelda tersenyum.

"lusa...umur ibu akan 50 tahun dan...ibu sangat mau di umur ibu yang sudah genap 50 ini, bisa menikmati masakan annisa lagi meski lewat putrinya, tahun lalu ibu juga ke sini! mau bertemu denganmu dan mau meminta hal serupa. masakan annisa, sebenarnya...ibu merindukannya...".

Layya tersentak saat melihat imelda di depannya menangis meneteskan air matanya dan terisak.

Layya bangkit berdiri beranjak ke kursi imelda. mengusap ngusap punggung wanita paruh baya tersebut dengan lembut.

Layya terlihat berpikir keras sebelun menjawab.

"baiklah, saya akan ke rumah ibu besok, kita akan masak sama sama". ujar layya seperti menenangkan seorang anak kecil.

Imelda seketika berhenti menangis, mendongak menatap layya.

"benarkah? ".

Layya mengangguk mantap.

Imelda tersenyum senang. ia bangkit bangun memeluk layya.

"terima kasih nak, ah...di rumah ibu banyak foto ibu dan annisa, nanti kita lihat sama sama ya? ".

Layya membulatkan matanya. foto mami?.

"saat di sini...? ".

Imelda mengangguk mantap.

"bahkan saat mereka melakukan piknik kampus bersama anak anak yang lain juga".

Wajah layya jelas terlihat sangat penasaran. karna baginya hanya sedikit foto maminya saat maminya yang masih duduk di bangku universitas. semua hilang bagai di telan bumi hanya satu yang tinggal dan foto itu kata maminya sangat di sukainya dan selalu beliau bawa kemanapun pergi. berada di dalam dompetnya dan sekarang bersamanya.

"baiklah, saya akan menantikan itu".

Terpopuler

Comments

Bibit Iriati

Bibit Iriati

tapi knp maminya rayyan Imelda g. kenal dg layya y?

2021-04-25

0

Arjun Joly

Arjun Joly

kok mami nya ray ngk knl ma menatu nya jd bingung

2020-12-13

2

Ilma Kikyo

Ilma Kikyo

maminya Reyyan

2020-11-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!