Kata-kata Cinta
4 tahun yang lalu...
Terlihat seorang wanita yang sedang menutup mulutnya sendiri. Dengan kedua matanya membulat menatap ke depan. Sedang air matanya mengalir keluar.
Kedua manik matanya menatap ke satu pasangan, yang sedang bercumbu mesra. Di atas ranjang.
Satu adalah temannya. Sedangkan satu lagi adalah suaminya.
Suami yang mengaku sangat mencintai dan menyayanginya.
Kepalan erat kedua buku tangan. Di kedua sisi tubuh wanita tersebut sangat terlihat.
Dadanya yang terasa sesak. Bahkan sulit baginya hanya sekedar untuk menarik nafas.
"sayang...? sudah ya? aku sudah lelah banget, kamu enggak cukup cukup ya? ". Suara wanita di atas ranjang. Masuk ke gendang terlinganya. Bagaikan ribuan belati yang tajam dan panas. Menancap di sekitar telinganya.
Layya nama wanita tersebut. Merapatkan giginya. Sedang kedua manik matanya masih tetap setia melihat ke depan. Sama sekali tidak berniat mau berbalik atau pergi dari sana. Tidak...
"tubuhmu membuat ku gila reina? dan terus mau lagi". Suara Kekehan geli pria di atas ranjang. Semakin membuat kepala tangan layya menguat. Seandainya kuku layya panjang. Mungkin akan menembus kulitnya yang putih. Akibat begitu kuatnya layya menggepal.
"ah ray....????". Suara merengek manja wanita di ranjang. Kembali masuk ke gendang telinga layya.
Memejamkan kedua matanya sesaat. Meredam sakit dan perih di dadanya. Sebelum ia kembali membukanya dan menatap kembali ke depan dengan berani.
Memberanikan diri dan batinnya. Akan kesakitan yang tidak akan ada obat. Luka yang akan selalu berbekas. Dan kesalahan...Yang tidak akan ada maafnya.
Dengan nafasnya yang berat sekaligus sesak. Layya tetap melihat pemandangan di depannya.
Pria di atas ranjang menaikkan wajahnya mencium mesra bibir pasangannya. Namun terhenti. Ketika manik matanya melihat ke depan. Dan saat itulah. Pria tersebut menyadari. Akan kehadiran istrinya di sana
Raut wajah pria tersebut tidak terlihat terkejut maupun takut. Sebaliknya.
Layya yang tersentak di sertai tubuhnya yang gemetar. Entah karna apa. Melihat raut wajah dan tatapan pria di hadapannya. Gelap dan dingin.
Mata layya dan pria di depannya beradu pandang. Hingga kedua manik mata keduanya terkunci satu sama lain dalam saling menatap.
Kedua mata layya yang tadinya menatap pria di depannya dengan penuh kebencian. Kini menjadi membulat karna terkejut dan kebingungan.
Manik mata pria di depan layya. Menatap layya dengan dingin, tajam dan penuh dengan kemarahan dan kebencian.
"sayang...? Apa yang kam...ah...RAY...?!". Pekik wanita tersebut saat dirinya mau melihat ke pintu. Namun, mukanya di tutupi dengan selimut secara tiba tiba.
Layya melihat hal tersebut sebelum kembali melihat rayyan.
'maksudnya...Kamu tidak mau dia melihatku...? ...Dan bagimu...Tidak masalah aku sudah melihatnya! ...Segitukah cintanya kamu sama dia...?!'. Batin layya lirih.
"ah ray. Ada apa si...". Ronta wanita tersebut setelah mengibaskan selimut yang menutupi wajahnya ke samping dan dia bangkit duduk.
Di saat itu juga. Ucapannya terhenti dan dia terkejut.
"Ray?!". Panggilnya ke pria yang berada di sampingnya.
Rayyan yang sedang menutupi tubuh reina. Mengacuhkan panggilan reina padanya.
Setelahnya ia kembali menatap layya yang berdiri di ambang pintu kamar. Ia merangkul pundak reina.
Tidak ada suara yang memecah keheningan di sana. Hingga beberapa menit berlalu. Semua terdiam dan hanya rayyan, layya lah yang terus berpandangan dingin.
Menarik nafasnya pelas. Sepelan mungkin. Hingga pria di depannya tidak merasakan kesakitan yang ia rasakan sekarang.
"apa ini ray...? Ada apa ini? Kenapa kamu...Dan dia...". Layya melihat ke reina. Yang tidak lain adalah... Temannya, sekaligus sudah ia anggap sahabat.
Rayyan menarik nafas sembari membuang muka ke samping sebelum menjawab ucapan layya.
Wajahnya masih terlihat dingin dan acuh.
"seperti yang kamu lihat! Apa perlu aku jelaskan lagi?! Aku rasa tidak perlu!".
Deg...
Suara detakan jantung layya.
Layya menatap meneliti raut wajah rayyan. Berharap, dengan sangat berharap.
"kamu...".
"oh ya? Karna kamu sudah tahu jadi kami tidak perlu menyembunyikannya lagi darimu, reina adalah wanita yang aku cintai sebenarnya bukan kamu, menikah denganmu hanyalah supaya aku lebih mudah mendekatinya karna gadis ini... ".
"ah...sayang...?". desah reina saat pinggang di cubit mesra rayyan. rayyan terkekeh geli dan kembali melihat layya.
"selalu menolakku dan menikah denganmu adalah salah satu cara supaya aku bisa mendekatinya, awalnya aku hanya mau menjadikan kamu kekasihku namun kamu menolak hingga aku dengar berita kalau kamu anti pada hubungan yang tanpa pernikahan, ya...mau tidak mau aku harus menikah denganmu untuk menggapai cintaku pada reina, aku mencintainya layya dan tidak denganmu dan satu lagi...".
Layya menelan ludahnya dengan susah payah sakit di hatinya, sakit di tenggorakannya dan sakit semua di bagian tubuhnya. inilah sakit yang ia rasakan. rasa sakit pengkhianatan.
"jangan berpikir kami berzina karna kami sudah lama menikah".
Kedua mata layya sontak saja membulat.
'kapan? aku tidak akan menanyakan kalimat itu tapi...'.
"kamu benar benar laki laki bajingan rayyan". geram layya marah di sertai gupalan kuat tangannya.
Mendengar umpatan wanita di depannya yang mengatakan kalau ia bajingan membuat rayyan mau bangkit dan memberi layya pelajaran namun cekalan tangan reina membuat rayyan terhenti.
"tidak ray...? kita sudah melukainya banyak, kata kata bukanlah apa apa". reina menatap rayyan. sedikit ia mempunyai perasaan bersalah namun kenapa sekarang ia berada di posisi ini karna ia tidak bisa mengendalikan perasaanya dalam mencintai suami temannya sendiri lagian suaminya mencintainya dari dulu. ia...hanya mengambil haknya.
"reina aku...".
"seumur hidup aku tidak akan memaafkanmu ray? aku tidak akan melupakan rasa sakit yang kamu berikan ini dan malam ini....akan aku ingat sampai aku mati dan kamu...memang tidak pantas untuk menjadi ayah dari anakku".
Mendengar nama anak membuat rayyan terkekeh geli sedangkan reina membulatkan matanya. 'apa maksudnya? '.
"anak?...". rayyan tertawa keras hingga kamar tersebut yang hanya di cahayai lampu tidur penuh dengan suaranya.
Layya mengernyit tidak suka.
"kamu bercanda...? kamu hamil anakku...? mengandung anakku...itu tidak mungkin terjadi layya...?".
Layya menyatukan alisnya tidak mengerti dan ia yakin sesuatu di lakukan pria ini padanya.
Rayyan bangkit berdiri dengan tubuhnya yang telanjang tanpa sehelai benangpun.
Layya yang melihat hal itu sontak mengalihkan matanya ke arah lain meski sekarang pria ini masih suaminya dan tidak haram baginya untuk melihat namun Hati dan mata layya masih saja belum kuat untuk melihat hal tersebut.
Rayyan yang sudah melilitkan handuk di pinggangnya melangkah mendekati layya dan berdiri tepat di hadapan layya.
"kamu ingat saat kamu pingsan di malam pertama pernikahanmu? Setelah meminum air putih yang aku berikan dan setelahnya kamu terbangun di rumah sakit, saat kamu tidak sadarkan diri layya? aku menyuruh dokter di sana untuk menyuntik tubuhmu agar tidak hamil anakku, bagaimana sekarang...?dan ah maaf untuk ini, karna efek obat itu kata dokter bisa membuatmu tidak akan hamil seumur hidup". rayyan menatap layya dengan senyum sinis di wajahnya.
Kedua mata layya sontak membulat sempurna. ia memegang perut bagian bawahnya.
Layya mendongak menatap pria bajingan di depannya. suaminya. tinggi layya hanya mencapai sebatas dada rayyan hingga mengharuskan layya mendongak ke atas.
"kamu benar benar....brengsek rayyan? ". geram layya di sertai air matanya yang jatuh. ia menyesal akan satu hal. menyesal karna sudah jatuh cinta pada pria ini.
"jaga ucapanmu, kamu bukan siapa siapa untukku dan jika bukan karna reina di sini, aku tidak akan segan untuk memukul mulutmu". geram rayyan marah di sertai matanya yang melotot menatap layya.
Layya yang sama sekali tidak mendengarkan ucapan rayyan namun asik dengan segala pikiran di dalam kepalanya. pikiran yang membuatnya tambah benci akan suaminya ini.
"aku membencimu rayyan, seumur hidup aku akan terus membencimu dan aku pastikan kamu akan hidup dalam kebencianku seumur hidupmu, tidak akan ada maaf untukmu, selama lamanya, camkan itu baik baik". layya dengan wajah dingin dan datarnya berbalik pergi bahkan air matanya mengering sendiri karna rasa sakit yang datang bertubi tubi menghantam dirinya.
"aku tidak membutuhkan itu dan lakukan apapun maumu membenci, mendendam atau kamu mau menghantuiku dengan dirimu yang mau bunuh diri? terserah kamu, aku katakan sekali lagi layya jika jika kamu tidak tahu, kamu...sama sekali tidak penting untukku". ujar rayyan dingin dan tajam lalu ia berbalik melangkah kembali keranjang dan memanggil reina dengan sebutan sayang.
Layya mencekram kuat ujung bajunya menahan kesakitan yang menghantam dadanya. ia menarik nafas sembari memejamkan matanya dan melangkah keluar dari sana.
Setiap langkahnya layya bisa mendengar suara decapan ciuman keduanya dan desahan yang keluar dari mulut keduanya. tanpa sama sekali merasa terganggu dengan keberadaannya.
'kejadian ini...sama sekali tidak akan pernah aku lupakan ray...? akan aku ingat selalu dengan begitu...di masa depan...aku tidak akan terjatuh lagi olehmu'. layya menjatuhkan air matanya untuk yang terakhir kali lalu melangkah dari sana.
💓💓💓
4 Tahun kemudian.
Bandar Udara Internasional Melbourne jam 11:02
Terlihat dua anak kecil yang sedang bermain kejar kejaran dengan satu koper kecil di tangan mereka masing masing yang terseret kesana kemari karna mengikuti sang penarik.
Brukh...
"ah...". rintis seorang bocah kecil sembari mengelus dahinya setelah ia menabrak seseorang di depannya. terlihat seorang ibu ibu dengan busananya yang cukup rapi dan berkelas.
"astaghfirullah hal'azim...kamu baik baik saj... ". ucapan wanita paruh baya tersebut terhenti saat bocah di bawahnya mendongak ke atas melihatnya.
Kedua bola mata wanita paruh baya tersebut melebar seketika dengan satu tangannya seketika menutup mulutnya.
"abang?! ab tidak apa apa...?". tanya seorang bocah kecil perempuan yang baru sampai di samping bocah laki laki tadi dan sepertinya mereka kakak beradik.
bocah yang di panggil ab mengangguk sembari memutar kepalanya melihat adiknya.
"hm". gumamnya.
Wanita paruh baya di depan mereka. menatap keduanya silih berganti.
"ini tidak mungkin! ". batinnya.
"nenek baik baik saja? maafkan abangku, menabrak nenek". ucap si gadis kecil tersebut sembari mengerjap kedua matanya. yang semakin membuat imut dan cantik. bagaimana tidak.
Rambut panjang hitam sepinggang dan juga sangat lurus dan rapi dengan satu bunga kecil di atas kepalanya, bulu mata yang lentik dan bola matanya yang sedikit kebiruan.
"abang minta maaf dong ke nenek ini, karna abang yang salah". perintah gadis kecil tersebut ke abangnya.
Dengan malas dan berwajah dingin bocah lelaki tersebut berbalik menatap wanita paruh baya di depan mereka.
"sudahlah, ayo kita kembali ke mama! nenek itu sudah besar, ayo? ". ajak bocah lelaki tersebut sembari menarik tangan adiknya namun sepertinya adiknya enggan pergi.
"maaf ya nenek cantik, kami pergi dulu". ucap gadis kecil terdebut dengan ramah dan tidak lupa senyum imut terpantri di wajah cantiknya.
"tidak, tunggu...". seru wanita paruh baya tersebut terburu buru seperti tidak ada hari esok.
"ehm...itu...kakak kamu? kalian kembar? ". tanya wanita tersebut sedikit ragu ragu. karna mereka tidak terlihat mirip.
Gadis kecil tersebut tersenyum imut sebelum menjawab. "iya nek, apa tidak mirip? banyak orang berkata begitu tapi kami kembar, dia abangku karna dia lahir dulua...eumm". ucapan gadis kecil tersebut terpotong karna abangnya menutup mulutnya.
"kamu selalu saja ngomong itu, yuk ah nanti kelamaan". potong si bocah laki laki dengan angkuh dan dinginnya sembari menarik tangan adiknya.
"tapi...".
"hai sayang...ternyata kalian di sini ya? dan nakal". ujar seorang wanita sembari mencubit hidung si gadis kecil.
Tidak jauh dari tempat ketiganya yang sedang asik tertawa dan bercanda. wanita paruh baya tadi masih setia menatap ke arah dua bocah tersebut. dan batinnya seakan akan mau menangis saja karna terharu tapi kenapa? ia pun tidak tahu.
"...mi?..".
"oh? papi? ....sudah dari toiletnya? ". tanya wanita tersebut setelah habis dari terkejutnya.
Sejenak pria paruh baya di belakangnya melihat ke depan sebelum melihat istrinya.
"lihat apa sih mi? dari tadi papi panggil, mami enggak dengar".
"oh...itu... ". ucapanya terhenti karna hal yang mau ia tunjukkan ke suaminya sudah tidak berada di sana lagi.
"ada apa? apa terjadi sesuatu saat papi ke toilet? ".
Wanita tersebut sontak menggeleng. "tidak bukan...nanti akan mami ceritain tapi...apa anak papi belum sampai, butuh berapa menit lagi tuh anak membiarkan orang tuanya menunggu di sini? apa kliennya itu lebih penting dari kita? apa proposalnya itu lebih penting...".
"itu di sana mi! ". potong pria paruh baya tersebut sembari tersenyum lugu berpikir bahwa istrinya tidak akan berlanjut mengoceh namun yang ada istrinya malah tambah jengkel.
Wanita paruh baya tersebut menghela nafas kasar sebelum melangkah ke arah seorang pemuda yang juga tengah berjalan ke arah mereka.
"aku kehabisan kata kata dengan anakmu itu..".
"anak kita! ". sahut pria paruh baya sembari melangkah di belakang istrinya.
"terserah! hilang semua, bak di telan bumi! bagaimana bisa dia betah hidup sendiri di umurnya yang sudah tidak tahu malu itu? HUH...aku benar benar tidak habis pikir, di saat temanku yang lain, hampir saja mau nimbang cicit, eh..aku malah belum nimbang cucu! coba saj...". ucapannya terhenti serentak dengan langkah kakinya. matanya menatap ke bawah lantai bandara namun terlihat kosong. karna pikirannya tertuju ke dua bocah tadi lebih lebih si bocah laki laki itu.
"ada apa mi? pi? mobilnya sud...".
"shuuuttt...". pria paruh baya tersebut mengkode anaknya supaya diam dengan meletakkan telunjuk di bibirnya.
Pemuda di depannya mengangkat bahunya tidak mengerti ke pria paruh baya tersebut.
"bagaimana bisa?! ". gumamnya lirih.
Kedua laki laki yang sekarang sudah berada di depannya terlihat semakin bingung. apanya yang bagaimana bisa?.
"mi? mami...baik baik saja? ".
Wanita paruh baya tersebut tersentak lalu mendongak melihat putranya. Karna memang anaknya lebih tinggi darinya.
Seketika itu juga raut wajahnya berubah menjadi masam. Ia kembali melanjutkan langkahnya tanpa tertarik mau menjawab pertanyaan putranya tersebut.
"hai mami...?". sapa seorang pria dari arah belakang mereka berdiri.
Tiba tiba suara dari arah belakangnya. Menyentak nya membuatnya berbalik. Melihat ke sumber suara.
"farhan?!".
Pria muda dan tampan bernama farhan. Menyungging senyum tipis di bibirnya. Sedang langkahnya mendekati wanita paruh baya tersebut.
Di sisi lain. Masih di tempat yang sama.
Terlihat seorang wanita. Mengenakan hijap pashmina berwarna abu abu. Di padu dengan bajunya yang sedikit ke coklatan. Ia berdiri di luar bandara dengan kedua manik matanya menatap ke langit kota tersebut.
4 tahun.
4 tahun sudah ia meninggalkan negeri tempat kelahirannya tersebut. dan sekarang ia kembali lagi. Namun, kali ini ia tidak sendiri.
Melainkan dengan dua belahan hatinya. Hadiah yang sangat indah yang allah berikan untuknya dalam menjalani sisa umurnya.
Layya menyungging senyum tipis di bibirnya. Lalu memejamkan matanya sesaat , merasakan udara negara kelahirannya tersebut.
"bunda...?". Suara dua anak kecil di belakangnya, yang sedang berlari. Sontak saja membuatnya membuka mata dan berbalik.
Layya tersenyum sembari merentangkan kedua tangannya. Mau memeluk kedua buah hatinya.
"kalian suka di sini...? ". Tanyanya memeluk kedua bocah tersebut.
Kedua anak layya mengangguk sembari tersenyum senang.
Layya terkekeh geli.
"baiklah, ayo kita pulang ke rumah dan kita istirahat lalu...kita akan keluar untuk makan siang".
Kedua anak kecil tersebut sontak berteriak girang.
Layya dan satu temannya yang baru sampai dengan kedua koper kecil di kedua tangannya memeluk layya dan menepuk nepuk punggung layya.
"selamat kembali layya...? dan buang semua rasa itu, jadilah layya yang baru".
"terima kasih ayrin? terima kasih...untuk semuanya".
Keduanya melepaskan pelukan dan melangkah ke dalam mobil ayrin yang sudah terparkir rapi di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Katoda
bagus sekali cerita nya
2023-11-07
0
Ririn Ramadani
hahahahahahahahahahahahahaha keren banget kamu aku suka sama kamu
2021-12-03
0
AdryAns
kayaknya seru ceritanya...
2021-03-09
0