Rey POV
Malam ini akhirnya aku bisa memeluknya dan sampai pagi dia akan terus tidur dipelukanku. Mungkin kamu mendengar betapa kencangnya detak jantungku saat ini sayang. Maafkan, aku tidak bisa menahannya. Semoga detak jantungku ini tidak mengganggu tidur malammu saat ini.
Kevin, sebagai sahabat aku sangat merindukanmu. Ingin rasanya aku bercerita dan bercanda denganmu seperti dulu lagi. Lihatlah! Sekarang aku bisa memeluknya. Maafkan aku dulu yang selalu mengeluh tidak bisa menggantikanmu! Terima kasih atas kesempatan ini. Aku tau kamu melihat kami. Tenanglah! Aku sangat menyayangi mereka. Aku sangat bahagia dengan mereka. Dan aku harap mereka juga bahagia denganku seiring berjalannya waktu.
Ku ciumi rambutnya, juga tangan kanannya yang sedari tadi memegang tanganku dengan tangan kirinya yang melingkar dipinggangku . Ku elus-elus kepalanya yang menempel didadaku. Malam ini aku ingin ada di dalam mimpinya.
Aku masih tertawa jika mengingat dengan pertanyaannya tadi. Bagaimana bisa dia mengiraku tidak normal? Hanya gara-gara dia melihatku bermain dengan sabun cair di kamar mandi atau karena aku belum menyentuhnya selama ini.
Apa kamu ingin Aku sentuh? Bahkan aku belum menanyakan ini padamu. Esok aku harus berani mempertanyakan semua ini padamu.
Kamu tau sayang, aku sebenarnya tidak kuat menahan ini semua. Dan Aku ingin kamu memberitahuku kapan kamu siap dengan semua ini. Aku tidak mau kamu tidak bahagia. Aku tidak mau itu semua mengingatkanmu pada trauma masa lalumu yang kelam itu.
Cuuup
Ku cium keningmu. Ku lihat bibirmu indah sangat menggoda. Ingin rasanya aku sedikit saja mengecup dan mencicipi manisnya. Tapi, seperti pencuri rasanya jika tidak mendapatkan izin darimu. Lagi-lagi aku harus bersabar dengan godaan ini.
Aku yakin esok akan aku petik buah dari kesabaranku mencintaimu selama ini. Hatimu dan hatiku, jantungmu dan jantungku, tubuhmu dan tubuhku akan menjadi satu. Kita akan melalui setiap malam bersama penuh dengan kehangatan dan kenikmatan surga dunia yang Tuhan berikan. Oh aku tidak sabar dengan kebahagian itu semua.
Malam pertama kita mungkin berbeda dengan pengantin lain tidak ada yang istimewa bahkan tidak terjadi apa-apa. Tapi aku yakin suatu saat kenikmatan kita itu lebih dari yang mereka rasakan. Aku selalu membayangkan menggendongmu dan mengurung tubuhmu di atas ranjang. Dan akan terdengar ada teriakan kenikmatan sepanjang malam sampai pagi menjelang. Aku ingin melakukan itu setiap hari. Maafkan aku sayang yang selalu menjadikanmu objek dari fantasiku selama ini!
Pagi ini mataku sepertinya sudah tidak bisa diajak kompromi, rasanya berat sekali. Dua malam aku tidak bisa tidur nyenyak. Namun aku sangat menikmati hasil itu semua dengan mendapatkan pelukanmu semalam.
Ku pandangi mata lentikmu yang mulai terbuka pelan-pelan. Dan ku lihat senyum itu di awal harimu. "Kamu tidak tidur semalam Rey?" tanyamu. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku tidak tidur karena terlalu bahagia kamu memelukku dan memastikan Pinky baik-baik saja.
"Pinky, bagaimana keadaannya?" Matamu langsung membulat. Wajah cemasmu sangat jelas terlihat.
"Keadaannya sudah mulai membaik, tenanglah! Ada perawat yang menjaganya di dalam."
"Boleh aku melihatnya?" tanyanya.
"Tentu." Dia berlari menuju ruang perawatan.
"Rey, kapan Pinky boleh pulang?"
"Nanti dokter akan memberitahu, untuk saat ini biarkan Pinky dirawat disini dulu. Apa kamu perlu Mama? Mungkin Mama bisa membuatmu lebih tenang menghadapi semua ini?"
"Tidak, aku tidak ingin merepotkan Mama."
"Apa kamu ingin Tante Ina dan Els kesini?"
"Tidak perlu juga, aku bisa sendiri."
"Benarkah?"
Dia terdiam menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku hanya perlu kamu disampingku." Entah kenapa kali ini aku mempunyai nyali besar untuk langsung memelukmu. Ucapanmu seperti mempersilahkanku masuk dalam hatimu.
Mataku rasanya berat sekali untuk terbuka. Kepalaku rasanya berputar-putar. "Rey, kamu tidak apa-apa?" Aku masih mendengar jelas suaramu sayang.
Ku pegang kedua pipimu. "Tidak apa-apa?" Wajahmu terlihat samar-samar namun masih sangat cantik. "Tidurlah Rey! Kamu terlihat sangat kelelahan."
Kamu bantu aku untuk berbaring di sofa dekat tempat tidur Pinky. Aku masih bisa merasakan lembut dari tanganmu yang mengelus pipi dan kepalaku. Aku seperti melayang di udara. Sungguh ini seperti mimpi yang akan ku bawa tidur pagi ini. Maafkan aku sayang! Kali ini aku tidak kuat dengan belaian lembut tanganmu yang mampu dalam sekejap membuatku tertidur pulas.
Kinan POV
Maafkan aku yang membuatmu tidak bisa tidur semalaman Rey! Aku tidak menyangka sampai pagi tiba kamu masih membiarkanku memelukmu erat.
Tidurlah! Aku sangat berterima kasih dengan semua yang telah kamu berikan pada kami. Melihatmu tertidur seperti ini sangat membuatku tenang tanpa rasa malu untuk memandangmu lama.
Kenapa kamu menjadi manis sekali? Ku raba dengan ujung jariku bibirmu, hidung mancungmu, matamu, alismu. Hampir sempurna.
Kevin, maafkan aku yang mulai mengkhianatimu. Sebenarnya aku sangat membutuhkanku di sampingku saat ini. Tapi kamu malah menyuruhku dan Rey untuk saling mencintai. Aku tidak tau apa dia mencintaiku. Tapi yang jelas, aku sudah membuka hati untuknya.
Tok tok tok
Ketukan pintu itu membangunkan lamunanku pada suamiku. Hampir dua jam aku duduk disampingnya. Sesekali aku melihat anakku yang masih tertidur juga.
"Masuk!"
Rey terbangun karena suara ketukan pintu itu. Ada satu dokter dan dua perawat masuk memeriksa keadaan anakku.
"Bagaimana dok keadaan anak Saya?" tanyaku.
Dokter memeriksanya dan sore ini mengizinkan Kami untuk pulang. Ternyata tidak separah yang aku bayangkan. Mungkin karena kegugupanku yang membuat semakin memperparah keadaan.
Aku lega dengan kabar ini. Namun ada yang membuat mataku melirim tajam, kenapa perawat itu mencuri pandang ke arah suamiku? Kenapa dia tersenyum-senyum memandangi Rey? Aku berdehem untuk menyudahinya. Sungguh rasanya ingin membungkusnya dengan kantong plastik agar tidak ada wanita yang meliriknya.
Tak selang beberapa lama dokter dan kedua perawat itu keluar. Dan aku mendekati Rey.
"Kenapa bangun?" tanyaku padanya yang terlihat masih mengantuk.
"Tidak apa-apa, aku sudah tidur dua jam lumayan lah. Badanku sakit semua rasanya," ucapnya yang membuatku semakin bersalah. Ini pasti karena semalam dia duduk memelukku terus.
"Nanti saat sudah di rumah aku pijitin."
"Benarkah? Tapi aku maunya sekarang boleh?" Aku menganggukan kepala. Dia duduk di sofa lagi dan aku mengikutinya.
"Mana yang sakit?" tanyaku.
"Semua."
"Haaah?" Dia tertawa. Ku kerutkan dahiku. Apa dia mengerjaiku?
"Kinan sebenarnya aku bangun ini karena aku mau tanya sesuatu padamu?"
"Apa?" tanyaku. Dia menatapku tajam ada diriku di bola matanya. Sungguh aku sangat malu. Sepertinya ada pertanyaan serius yang akan dia tanyakan.
"Apa aku boleh menyentuhmu? Aku hanya ingin membuktikan padamu aku laki-laki normal?"
Deg
**Dukung terus Author,
Dengan like, coment, dan votenya**! ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Rey Terlalu lelet..
2025-02-14
0
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
pengen dong rey😘😘😘😘
2021-07-28
0
Rokiyah Yulianti
boleh bgt rey, aku malah udah ga sabar nunggu part kamu nyentuh kinan hahahay
2021-05-08
0