Pemakaman sudah usai. Rey mengantarku, Tante Ina dan Els pulang ke rumah suamiku. Dia membukakan pintu mobilnya untuk kami. Ku lihat Els sudah berhenti menangis, namun tatapan matanya kosong. Tante Ina membantunya berjalan menuju rumah.
Aku berjalan pelan mengikuti mereka menuju rumah dengan memegangi perutku. Ku lihat mobil suamiku yang sering dipakainya setiap hari diparkir di sebelah mobil Rey. Aku pegang gagang pintu mobil itu. Ya, dia selalu membukakan pintu mobilnya untukku. Entah kenapa napasku semakin berat. Perutku terasa bergetar hebat.
"Kinan, apa kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat sangat pucat," tanya Rey yang membangunkanku dari lamunan ini.
Tante Ina dan Els ikut berhenti dan menoleh ke arahku, "Kinan kamu tidak apa-apa?" Tante Ina ikut bertanya.
"Tante," Els berlari memelukku dan mencium perutku. "Tante jangan sedih! Aku akan menjaga Tante dan dedek bayi. Tadi Tante kan menasehatiku agar tidak sedih, kenapa sekarang Tante yang bersedih? Om Kevin pasti ikut sedih."
Entah kenapa ucapan Els membuatku bertambah banyak mengeluarkan air mata. Benar-benar pedas rasanya mataku saat ini. Aku sedikit tertawa mengusir rasa sedihhku ini. Ya lucu sekali pura-pura kuat di depan anak kecil. Sifat plin plan ku ini sepertinya susah untuk disembunyikan.
Els berjalan sambil memelukku dari samping, seolah-olah ingin memberikanku kekuatan. Begitu juga Tante Ina, dia membantuku berjalan. Dan Rey dia membukakan pintu itu untuk kami.
Kleeek
Pintu itu terbuka, mataku membulat ku lihat Kevin berada disana. Dia menyambutku. "Sayang masuklah, ayo peluk aku!" Dia membuka kedua tangannya lebar dan tersenyum bahagia menyapaku. Kenapa Kevin ada disini? Mataku melebar, napasku semakin berat lebih berat dari yang tadi. Perutku rasanya terguncang hebat. Suasana pun menjadi gelap.
"Sayang, ayo masuklah! Sayang, kenapa kamu diam saja?" hanya suara itu yang ku dengar, mataku masih melihatnya samar-samar di suasana sekitar yang semakin gelap seperti tanpa ada matahari yang menyinari.
Tiba-tiba aku tersadar, ku buka mata ini perlahan-lahan. Terlihat sangat asing tempat ini. Dimana aku sekarang? Apa aku sekarang sudah menyusul Kevin? Ya aku harap begitu, namun seseorang telah menyadarkanku.
"Kinan, kamu sudah sadar?" Aku menoleh ke arah suara itu. Ternyata aku tadi pingsan, tapi tadi begitu nyata.
"Rey, aku melihatnya. Dia masih hidup. Aku ingin bersamanya."
"Aku tau kamu sangat mencintai Kevin, tapi aku mohon bertahanlah demi anak kalian. Jika kamu menyusulnya, bagaimana nasib anak kalian? Apa kamu akan mengajaknya pergi menyusul Kevin? Apa kamu tidak kasian padanya?" ucapnya dengan suara yang penuh dengan kesejukan.
Aku hanya bisa terdiam dan manangis. "Kinan, dokter menyarankan kamu untuk tidak berlarut-larut seperti ini. Ini sangat membayakan kehamilanmu. Tenanglahlah! Aku akan menikahimu dan menjadi Ayah dari Anakmu, seperti yang Kevin inginkan," ucapnya dengan wajah datar.
"Rey, aku mohon jangan! Selena akan sedih melihat ini. Kalian saling mencintai. Aku tidak mau merusaknya."
"Aku bisa masih bernapas disini juga karena Kevin, aku berhutang nyawa padanya. Aku akan menebusnya dengan pesan terakhirnya padaku, aku akan menyelidiki siapa orang-orang yang akan membunuhku waktu itu," ucap Rey dengan menundukan kepalanya.
"Apa kamu sudah lapor polisi?" tanyaku.
"Tentu, tapi belum ada petunjuk apapun."
"Sudahlah jangan kamu pikirkan, itu akan menambah buruk keadaanmu. Aku akan setiap hari ke rumahmu, sampai anak itu lahir. Baru aku akan menikahimu. Aku akan menyayangi anak kalian seperti anakku sendiri. Apapun yang terjadi padamu sekarang adalah tanggung jawabku. Tidak perlu kamu memikirkan Selena, aku akan menjelaskan semua padanya dan aku akan meminta maaf pada keluarganya," ucapnya dengan memandangiku tajam dan penuh makna.
"Aku pamit pergi dulu. Besok aku akan kesini lagi. Di luar ada Bu Ina dan Els. Malam ini kamu akan ditemani mereka." Rey langsung berdiri dan meninggalkanku.
"Tante," Els memelukku kembali. "Tante jangan tinggalkan Els seperti Om Kevin. Tante harus cepat sembuh!" Rengekan anak kecil ini benar-benar menyadarkanku kali ini. Aku harus kuat, aku tidak boleh terus menerus larut dalam kesedihan ini.
Mereka berdua menemaniku tidur di rumah sakit kali ini. Sedikit aku bisa melupakan kejadian besar hari ini. Mataku sangat lelah, tubuhku masih lemas. Aku berusaha tidur malam ini.
...****************...
Keesokan harinya, aku bangun dengan kenyataan pahit didepan mata. Ya sekarang aku sudah tidak mempunyai suami, sekarang aku menjadi janda. Siapa yang ingin menjadi janda?
Seketika teringat Ibuku. Bagaimana beliau bisa tegar menjalani hidup tanpa Ayah dulu? Beliau masih bisa tersenyum lebar padaku. Beliau bisa membesarkanku seorang diri tanpa Ayah.
Ku lihat Tante Ina yang masih tertidur memeluk Els. Tante juga janda, bahkan dia diceraikan suaminya hanya karena belum diberikan keturunan. Pasti hatinya hancur. Tapi dia kuat sampai sekarang. Kenapa aku harus selemah ini?
Ku elus buah cinta kami berdua. "Sayang, Mama janji akan kuat. Mama akan membesarkanmu sendiri, walaupun Papa sudah tidak ada disamping kita. Ingat pesan Papa terakhir padamu kemarin. Jadi anak baik! Nurut sama Mama, ya!" tak terasa air mataku lagi-lagi menetes.
"Jika biasanya kamu yang menghapus, kali ini akan ku hapus sendiri, ya aku akan menghapus air mataku sendiri Vin. Aku bisa, aku bisa tanpamu." Aku menangis tersedu-sedu dengan menyapu air mata dengan punggung tanganku.
"Kinan," tiba-tiba Tante mengagetkanku. Dia berjalan ke arahku "Sudah Nak, sudah! Tante ada disini, Tante tidak akan meninggalkanmu sendiri. Kasian calon bayimu! Bertahan ya untuknya!" Tante memelukku erat, terasa nyaman sampai ku pejamkan mata ini.
...****************...
Sudah dua hari ini aku dirawat di rumah sakit. Dokter telah mengizinkanku pulang. Dengan syarat yang bagiku sangat berat. Tidak boleh terlalu capek, tidak boleh terlalu stres, tidak boleh ini, tidak boleh itu. Apa kamu pernah merasakan yang aku rasakan sekarang dok? Aku yakin dia pasti tidak akan sanggup juga.
Rey, lagi-lagi dia mengantar Kami. Setiap hari dia melihat keadaanku. Dia datang lalu tidak lama kemudian dia pergi lagi. Ya aku sadar, ini pasti sangat membosankan baginya.
Kali ini aku ingin tinggal di rumah Els bersama Tante Ina. Aku belum sanggup menginjakan kakiku di rumah kita dulu. Kenangan itu masih sangat jelas. Aku takut akan membuatku lebih terpuruk dengan keadaan ini.
Sesampainya di rumah Els, aku tidur di kamar suamiku. Ku helakan napasku, kenapa aku malah semakin mengingatnya kembali. Ku sibukan diriku dengan menata baju di lemari. Ku buka pelan-pelan lemari miliknya dulu. Tercium aroma parfumnya yang sangat khas darinya dan terlihat masih tampak rapi baju-bajunya.
Ku sentuh satu persatu, ada satu baju yang menarik di mataku. Baju ini, dia memakainya saat awal pertama bertemu denganku. Aku masih mengingat jelas di hotel dulu, bagaimana dia menggunakan cara liciknya menyelamatkanku dari Risa orang yang sudah menjerumuskanku. Baju ini ternyata tertinggal disini.
"Huuuuh," Ku peluk erat baju ini. Ku hirup dalam-dalam aroma parfumnya. Sungguh aku merindukanmu.
**Dukung terus Author,
Dengan like, coment, dan votenya**! ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
fa_zhra
berharap cm mimpi😭
2022-10-23
0
❀𝖒𝖆𝘺, 𝘻𝖆𝖎𝖈𝖍𝖎𝖐🐇❀🌽
di kira sedeng nangis sendiri😭😭😭😭padahal lgi baca novel yg isi ny menyayat hati ku. bayangin kinan tu aku. aku gak kuat. pasti nangis bombay trus2 an. gak berenti2😭😭😭😭
syedih nya gak mau udah😭😭😭😭😭😭😭
2021-10-29
0
Ririn Satkwantono
td aq bc istri yg disiksa.... disini dibikin meweeek... huhuhuuuu
2021-07-09
0