Rey POV
Kali ini aku tidak tau akan menyakiti hatinya atau tidak dengan pertanyaanku ini. Aku sangat ingin menyentuhmu sayang. Tolong izinkan aku walaupun hanya sebentar saja!
Dia hanya terdiam gugup menatap pertanyaanku ini. Mata kami tak henti untuk saling memandang.
"A-ku," jawabnya ragu. Ku beri isyarat padanya. Ku anggukan kepalaku. Ku angkat kedua alisku. Kenapa lama sekali menjawabnya?
Tiba-tiba Pinky menangis. Aku tertunduk malu. Aku tau ini bukan waktu yang tepat. Kenapa kamu bisa semaniak ini Rey?
Kinan berlari mendekati Pinky, aku ikut menyusulnya. "Sepertinya dia haus," ucapnya lirih. Aku hanya bisa menggangukan kepalaku.
Dia buka dua kancing bajunya sambil melihat ke arahku. Dan mulai menyusui Pinky. Mataku membulat seketika. Sungguh indah sempurna. Ku pegang dahiku, ku jambak rambutku. Ku remas-remas kedua telapak tanganku. Benar-benar sudah gila aku ini.
"Aku keluar sebentar ya!" pamitku. Aku sudah tidak tahan melihat ini. Aku harus menyudahi kegilaanku ini. Dan aku berjalan meninggalkan mereka.
"Rey," panggilnya. Langkahku terhenti seketika. Ku balikkan badanku. Aku mencoba untuk tetap tenang. Walaupun sebenarnya jantungku rasanya tidak karuan. Ku tatap matanya tajam untuk menghilangkan godaan setan yang sepertinya melambaikan ke arah dadanya yang begitu nampak jelas di depan mata.
"Ya," jawabku. Sungguh berpura-pura tenang disituasi saat ini itu sangatlah susah. Apalagi boxerku lagi-lagi terasa sesak. Doaku jangan sampai Kinan melihatnya.
"Ka-mu boleh menyentuhku, ka-pan pun kamu mau!"
Deg
Jantungku rasanya berhenti seketika mendengarnya. Rasanya ingin ku berteriak sekencang-kencangnya. Ingin meloncat setinggi-tingginya. Aku sudah tidak mampu menahan senyumku. Ku tundukan pandanganku dan ku pejamkan mataku.
"Huuuff," ku hembuskan napasku. Aku harus tetap tenang di depannya. Pasti sangat memalukan jika aku tidak bisa menahan perasaan ini. Yang ada Kinan akan jijik melihatku.
"Oke, nanti Kita bicarakan sesampainya di rumah!" ucapku dengan seolah-olah tenang. Aku tidak kuat rasanya ingin berteriak. "Kinan, aku cari kopi sebentar!" Dia hanya terdiam mengangguk. Apa ada yang salah dengan ucapanku?
Di luar ruang perawatan, ku lepaskan semua rasa ini. Aku saat ini pasti seperti orang gila, bagaimana tidak di rumah sakit harusnya menjadi tempat bersedih, Aku malah tertawa-tawa sendiri. Dan orang-orang yang lewat melihatku seperti ingin mengusirku dari rumah sakit ini. Tapi aku tidak peduli itu. Aku tidak sabar untuk malam ini.
Kinan POV
Aku sangat kaget saat Rey bertanya apakah dia boleh menyentuhku atau tidak. Bahkan dia sampai ingin membuktikan jika dia laki-laki normal. Oh sungguh aku sangat merasa bersalah dengan pertanyaan itu. Aku tidak menyangka Rey terus memikirkannya.
Tapi apa dia menyentuhku semata-mata hanya karena ingin membuktikan itu semua tidak benar? Kenapa dia tidak menyentuhku karena cinta? Apa dia belum bisa mencintaiku?
Aku sangat gugup, aku kesulitan untuk menjawabnya. Seharusnya tidak perlu juga kamu harus bertanya dulu seperti ini Rey. Tapi jika aku tidak menjawab sampai kapan dia akan menyentuhku.
"Rey, kamu boleh menyentuhku kapan pun kamu mau," ucapku yang seperti wanita murahan saja. Aku benar-benar malu dengan ucapanku itu. Mana Rey tidak menanggapinya dengan serius malah mengalihkan untuk membahasnya nanti di rumah. Dan meninggalkanku begitu saja.
Waktu sudah sore, aku sudah tidak sabar rasanya untuk pulang. Rey sudah kembali ke ruangan ini. Aku lihat matanya sangat lelah. "Sudah siap pulang?" tanyanya. Aku hanya menganggukan kepalaku. Aku masih sangat malu dengan ucapanku tadi.
Dia menggendong anakku, "Kita pulang ya sayang! Jangan sampai ke tempat ini lagi! Cukup sekali ini saja! Sehat terus ya anak Papa!"
Cuuup cuuuup
Dia beberapa kali menciumi pipi anakku. Aku sangat bahagia dia bisa sesayang itu padanya. Kapan aku disayang seperti itu olehnya? Lagi-lagi aku cemburu pada anakku sendiri.
Diperjalan pulang di dalam mobil dia sering melirikku dan tersenyum kecil padaku. Sungguh aku sangat malu di buatnya. "Kita pulang ke rumah Kevin?" tanyanya.
"Barang-barangku masih ada disana Rey."
"Apa kamu masih merindukannya?" tanyanya yang membuatku semakin bersalah karena telah pergi begitu saja dari rumahnya. Aku hanya terdiam menunduk.
"Kinan, aku tau perasaanmu. Aku juga sangat merindukannya. Aku sadar, aku tidak akan mungkin bisa menggantikan Kevin. Dia laki-laki hebat."
Lagi-lagi rahangku seperti mengeras. Aku memang merindukan Kevin. Dia tidak akan terganti oleh laki-laki manapun. Tapi jangan kamu rendahkan dirimu seperti itu. Kamu tetap berarti untukku Rey.
Tak selang beberapa lama Kami sampai. "Rey, besok saja ya Kita pulang ke rumahmu." Dia mengangguk dan tersenyum padaku dengan mata yang sepertinya menahan kantuk.
Setelah makan malam, aku menidurkan Pinky. Malam ini mungkin malam pertamaku dengan Rey. Apa yang harus ku lakukan? Aku sangat gugup. Mana aku belum berendam dengan wewangian, belum luluran, belum pakai make up, rambutku pun juga masih berantakan.
Bagaimana jika dia risih ada sedikit cela di tubuhku. Atau aku tanyakan saja padanya maunya seperti apa.
Aku berdehem, "Rey," Dia meletakkan tablet yang sedari tadi dia pegang. Dan menatapku dengan mata sayunya.
"Ada apa?"
Aku sebenarnya tidak tega melihatnya yang seperti sangat kelelahan, tapi dia terlanjur menungguku berbicara, "Malam ini Kita jadi?" ucapku lirih yang entah kenapa tidak bisa ku teruskan karena rasa malu ini telah menguasai otakku.
"Tentu, beri tahu aku jika kamu sudah siap!" Dia tersenyum membuat jantungku berdegup kencang.
"Kalau begitu aku mandi dulu ya?" Aku berjalan ke kamar mandi, tapi tiba-tiba teringat sesuatu. "Eem Kamu suka aku pakai wewangian apa?" tanyaku malu-malu.
Dia berdiri mendekatiku dan berbisik di telingaku, "Aku suka semua yang Kamu pakai." Bulu kudukku berdiri semua rasanya. "Kamu pakai lingerie yang pernah kamu pakai dulu itu ya!" pintanya yang membuat mataku membulat.
"Bukannya kamu tidak menyukainya?"
Dia mengelus dahinya dan mengucek matanya. "Kata siapa? Aku menyukainya."
"Tapi kenapa dulu kamu hanya diam saat melihatku memakainya?"
Dia terkekeh mendengar pertanyaanku, "Aku menyukainya, kamu yang tiba-tiba bersembunyi di balik selimut. Aku tanya kenapa, kamu malah tidur." Aku sangat malu mendengar ucapan Rey.
Hoooooaaaam
"Kamu terlihat sangat kelelahan Rey," ucapku yang melihat matanya sangat merah.
"Tidak, aku kuat kok."
"Ya sudah aku mandi dulu ya!"
Dia langsung memelukku dari belakang dan kepalanya bersandar di bahu kananku. "Sebenarnya tidak mandi pun tidak apa-apa, Aku suka aroma tubuhmu." Dia mencium bahuku.
Aku segera membalikan badan, "Tidak Rey, aku akan mandi sebentar," tegasku. Aku ingin kamu terkesan di malam pertama Kita.
"Jangan lama-lama ya! Aku tunggu di ranjang."
Aku cepat-cepat mandi dan menyemprotkan parfum ditubuhku. Sungguh tidak ada persiapan sama sekali. Lalu aku keluar dari kamar mandi dengan sedikit kecewa.
Dia ternyata sudah tertidur pulas. Mungkin karena aku kelamaan atau dia yang kelelahan. Aku tidak berani membangunkannya. Malam ini aku hanya tidur disampingnya dan memandangnya.
**Dukung terus Author,
Dengan like, coment, votenya**! ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
hahahaha kasihan bgn kmu kinan🤣🤣🤣🤣
2021-07-28
0
Ririn Satkwantono
musuh nya cuma satu.... ngantuk....
2021-07-09
0
Rokiyah Yulianti
yah gagal deh, mp nya wkwk
2021-05-08
0