Kinan POV
Dapat pesan darinya seperti memberiku angin sejuk di tengah teriknya sinar matahari di siang ini. Sungguh aku tidak menyangka.
Aku akan berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan mempermainkan pernikahan ini. Walaupun Rey belum bisa mencintaiku. Karena hanya dia dan Kevin laki-laki yang ku kenal baik.
Nanti dia pulang jam berapa ya? Aku harus gimana? Masak untuknya tapi ini masih siang atau aku kesalon saja ya, eh tapi Pinky bagaimana aku tidak bisa meninggalkannya terlalu lama.
Apa aku pesan lingerie lagi? Ah, tapi bagaimana jika terlihat konyol seperti kemarin-kemarin itu. Coba aku tanya Wina saja.
Aku : Win, aku sudah baikan dengan Rey. Jadi enaknya aku harus ngapain saat dia pulang?
Aku tunggu sampai lima belas menit Wina tidak membaca pesan dariku. Apa toko lagi rame ya? Bolak-balik aku mengecek ponsel. Tetap saja tidak ada hasil. Akhirnya aku tinggal tidur.
Wina : Digoda dong.
Aku terbangun dan ku buka balasan pesan darinya. Dahiku mengkerut seketika. Jawaban yang tidak pada inti pertanyaannya.
Aku : Iya tau. Maksudmu aku harus pakai lingerie di depannya lagi begitu? Usaha itu sudah pernah gagal, dia tidak tertarik denganku.
Wina : Berarti suamimu tidak normal. Mana ada laki-laki normal menolak dikasih begituan.
Mataku membulat seketika melihat balasan Wina. Benar-benar menguras emosi ini orang dari siang tadi.
Aku : Jempolnya dijaga! Enak saja bilang suamiku tidak normal.
Menyebalkan sekali Wina ini. Ku banting ponselku dibantal. Ku pejamkan lagi mataku. Tiba-tiba ponselku berbunyi lagi. Dan ini pasti pesan dari Wina.
Rey : Kinan, nanti aku pulang sore. Kamu masak apa hari ini?
Mataku yang masih setengah menahan kantuk ini mencoba untuk membalasnya.
Aku : Apa kamu mau minta makan? Tidak malu kamu?
Puas banget bisa balas Wina. Ku pejamkan lagi mata ini.
Rey : Kinan, kamu masih marah padaku?
Mataku terbelalak, aku terbangun seketika dari rebahanku. "Lah kok Rey, Haduh bagaimana ini?" Aku mondar mandir di pinggir tempat tidur tidak jelas arahnya.
Aku : Maaf Rey salah kirim. Tadi aku kira temanku.
Ku gigit jari-jariku karena tidak bisa menahan malu. Bagaimana jika Rey marah dengan pesanku tadi? Ku pegangi dahiku. Tak selang beberapa lama, Rey meneleponku.
"Duh bagaimana ini?" Ku tarik napasku.
Aku : Halo Rey, tadi pesan bukan buat kamu. Maaf ya! Jangan diambil hati!
Rey : Memang kamu tadi mengirim pesan pada siapa?
Aku : Temanku Wina.
Rey : Oh, nanti aku minta makan boleh?
Aku : Ya boleh, kenapa kamu bicara seperti itu? Kamu mau dimasakin apa?
Rey : Apa saja, yang penting kamu yang masak.
Aku : Iya. Rey kamu suka warna apa?
Rey : Hitam, memang kenapa?
Aku : Tapi sepertinya kemarin kamu tidak suka?
Rey : Kemarin yang mana?
Aku : Oh, tidak jadi. Ya sudah aku mau masak dulu ya?
Rey : Ya sudah, aku tutup teleponnya ya?
Akhirnya aku bisa bernafas seperti biasanya. Ku taruh ponselku di meja. Aku tidak peduli lagi dengan saran Wina yang ada Rey malah berpikiran aku wanita aneh.
Aku langsung keluar kamar dan munuju dapur. Ku potong-potong sayuran. Ku pastikan rasanya benar-benar enak. Ku hias sedemikian cantiknya agar Rey lebih berselera untuk memakannya.
Melihat jarum jam di dinding, sebentar lagi Rey akan pulang. Ku pastikan Pinky aman. Ku titipkan Pinky pada pengasuh yang selalu membantuku.
Aku harus segera ke kamar mandi. Berendam sebentar dengan wewangian dan semoga Pinky tidak menangis mencariku.
Setelah selesai semua, aku merias wajahku sederhana. Dengan rambut yang ku urai, lagi-lagi aku tidak bisa seperti Selena. Kali ini aku juga memakai baju biasa saja. Masak iya aku pakai pakaian tidur. Ini kan masih sore.
"Pinky nangis sepertinya haus Nyonya," ucapnya yang tiba-tiba mengagetkanku.
"Haduh," Ku pegang dahiku. "Ya sudah sini!" Aku menggendongnya dan menyusuinya sebentar. Tiba-tiba bel berbunyi. Mataku membulat seketika. "Rey sudah pulang?" Aku langsung menggendong Pinky dan membukakan pintu untuknya.
Rey POV
Rasanya sudah tidak untuk cepat-cepat pulang. Sebenarnya mataku masih lelah sekali gara-gara semalam. Tapi malam ini rasanya aku masih tidak ingin memejamkan mata terlalu sore. Aku ingin menikmati malam ini bersamanya. Rasanya tidak sabar untuk mewujudkan fantasiku ini selama mengenalnya. Itu pun jika dia mau.
Tok tok tok
Ku ketuk pintu itu. Tidak lama kemudian aku melihatnya sambil menggendong Pinky membukakan sendiri pintunya untukku. "Cantik sekali," gumamku dalam hati. Rasanya ingin berteriak saja padanya. Tapi, ini bukan waktu yang tepat. Aku takut dia risih dengan tingkahku ini.
"Halo sayang, Papa pulang," sapaku pada Pinky.
Cuuup
Aku mencium kening Pinky. Tak sengaja Ku lihat ke arah dadanya. Kenapa terlihat begitu jelas belahan itu? Mataku berhenti lama disitu. Lagi-lagi semua ini begitu cepat menguasai pikiranku. Boxerku rasanya sesak kembali.
Tidak kali ini aku harus menahan mataku ini. Masih jadi tanda tanya besarku. Kinan lupa mengancingkan bajunya atau memang sengaja? Aku masih terdiam di depan dadanya. Semoga dia mengira aku menyapa Pinky.
Langsung ku tegakkan tubuhku. "Kinan, Pinky apa habis minum susu?" Aku sudah tidak tahan rasanya disuguhi pemandangan seperti ini.
"Iya, memang kenapa?" tanya dengan polos. Aku yakin dia tidak sadar dua kancing bajunya belum dikaitkan.
"Kancing bajumu belum kamu kaitkan," ucapku. Matanya melihat dadanya. Wajahnya langsung memerah seketika. Tangan kanannya berusaha menutupnya. Tapi terlambat aku sudah sangat dekat menikmati keindahannya. Sungguh tingkahnya sangat menggemaskan.
Ku palingkan mukaku, karena sudah tidak sanggup menahan tawa ini. Dia masih kesusahan mengaitkan dengan tangan kiri yang masih menggendong Pinky.
Aku ingin mencoba membantunya, tapi ini seperti belum saatnya. Aku takut terlihat lancang di depannya. "Ya sudah, sini Pinky aku gendong saja!" Aku meraih Pinky dari tangannya. Dan masih bisa ku lihat jelas itu semua.
"Huuuff," pikiran ini benar-benar membuatku tidak tahan lagi. Rasa ingin cepat-cepat berlari ke kamar mandi.
"Sudah," ucapnya dengan pipi yang masih memerah seperti tomat.
Kita bertiga berjalan ke dalam, "Kamu sudah menyiapkan semuanya?" Aku melihat begitu penuh meja makan itu. Dia mengangguk malu dan menggemaskan. "Ya sudah aku mandi dulu ya!"
Aku langsung masuk ke kamar mandi, benar-benar memalukan sekali masih saja tegak berdiri. Lagi-lagi aku butuh bantuan sabun cair untuk menidurkannya lagi.
Mungkin karena terlalu asyik aku berfantasi dengannya membuatku tidak sadar jika dia membuka pintu kamar mandi yang lupa aku kunci tadi.
"Aaaaaahkk," teriaknya yang mengagetkanku. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan dan berdiri membelakangiku.
Jangan-jangan dia melihat semuanya. Langsung ku ambil sehelai handuk untuk menutupi.
"Maaf Rey, tadi aku memanggil-manggilmu tapi tidak kamu jawab, makanya aku lihat di kamar mandi." Dia langsung berlari keluar kamar.
**Dukung terus Author,
Dengan like, coment, dan votenya**! ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
❀𝖒𝖆𝘺, 𝘻𝖆𝖎𝖈𝖍𝖎𝖐🐇❀🌽
🤣🤣🤣🤣ketahuan deh
2021-10-30
0
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
owh no knp rey harus gengsi sih😅😅😅😅
2021-07-28
0
Lina Marlina
hahaha....
2021-07-12
1