Memulai perjuangan
Dengan ditemani bu Lia dan Rossa, Karina pergi ke dokter di dekat rumah mereka. Di dalam ruang periksa, bu Lia
mengikuti dengan cermat apa yang dilakukan dokter, yang terlihat sangat teliti memeriksa Karina, sambil melontarkan beberapa pertanyaan. Saat melihat dahi dokter berkerut, bu Lia dan Karina merasa sedikit khawatir. Selesai pemeriksaan, mereka duduk di hadapan dokter untuk menerima penjelasan. Karina merasa gemetar
mendengar kata-kata dokter, pikirannya sangat kacau, dan tak terasa air matanya sudah meluncur di pipinya. Hanya satu kata yang diingat Karina dari penjelasan dokter, PREGNANT.!!!
Ya..... dia hamil, dan itu adalah anak Seno. Karina sangat terpukul mendengar penjelasan dokter. Derita apalagi yang harus dia jalani? Karina tidak menyangka, di usianya yang masih duapuluhan akan memiliki seorang anak, sementara nasib pernikahannya makin tidak jelas.
“Karin nggak mau mi...... nggak mau.....!!!!!” Tangis Karina tersedu-sedu setelah sampai di rumah sambil memukul-mukul perutnya. Bu Lia kaget, kemudian memegangi tangan Karina dan memeluknya erat. Karina terlihat sangat shock dengan kehamilannya
“Karina sayang.......”
“Kenapa harus ada mi...?? Kenapa...?? Karin nggak mau......!!!” Kata Karina lagi sambil menggeleng-gelengkan kepalanyadan berteriak.
“Karin.... anak adalah anugerah Tuhan sayang, jangan ditolak. Tuhan sudah memberikan kepercayaan padamu, yakinlah... Tuhan juga pasti akan menolongmu dan memampukan kamu...” Kata-kata mami terdengar sangat lembut di telinga Karina dengan air mata yang ikut menetes.
“Tapi mi.... kenapa harus ada....??? Karin.....” Tangis Karin terdengar makin memilukan.
“Sayang.... di luar sana masih banyak orang yang sangat mengharapkan punya keturunan dengan berbagai upaya, tetapi Tuhan belum mempercayakan, sementara kamu...... diberi anugerah yang sangat indah, jangan kamu tolak ya..... Terimalah ini sebagai berkat dari Tuhan....” Suara bu Lia masih tetap lembut sambil mengusap-usap kepala Karina.
“Karina.... ini rencana Tuhan. Kalau Tuhan sudah berrencana, pasti rencana yang indah untuk kamu dan hidupmu. Percayalah... kami akan selalu ada untuk kamu, apapun keadaanmu. Dan jangan lupa, anak ini ada karena pernikahan suci kalian, jadi kamu harus terima dan kuat ya....” Kata papi dengan suara lembut juga dan bijak.
“Tapi Karin akan tambah merepotkan papi, mami dan semuanya.... Karin nggak sanggub pi.... punya
anak dan tidak ada suami…” Karina makin terhisak.
“Sayang.... tidak ada yang merepotkan. Kamu anak papi dan mami juga. Kami semua sayang kamu, jadi jangan
berpikir macam-macam ya.... kasihan janinmu... Kamu harus belajar jadi ibu yang kuat untuk anakmu. Kami mendukungmu dan akan menjagamu sayang...” Bu Lia masih memeluk erat Karina. Terlihat Karina sudah sedikit tenang. Karina memegang ke dua tangan bu Lia dan menatapnya. Air matanya masih terus meleleh.
“Mi.... ma.... maaf.... Karin merepotkan lagi.....” Karina berkata pelan di sela isaknya.
“Sayang..... kamu nggak boleh ngomong begitu lagi. Mami senang... berarti mami akan punya cucu dari kamu....” Bu Lia tersenyum. Karina diam, dia mulai agak tenang, sesekali masih terdengar isakannya.
“Karin.... apakah hal ini akan kita beritahukan pada keluarga suamimu...?” Tanya pak Rudy hati-hati. Karina terkesiap dan melepaskan diri dari pelukan bu Lia. Matanya memandang tajam ke arah pak Rudy.
“Tidak pi...!!! Karin mohon keluarga mas Seno jangan sampai ada yang tahu kalau Karin hamil. Tidak boleh
ada yang tahu. Mas Seno tidak menginginkan pernikahan ini. Karin akan membesarkan anak ini sendiri...” Jawab Karina dengan terus berurai air mata.
“Kamu yakin Karin...? Jangan memutuskan sesuatu dengan emosi nak....” Kata pak Rudy lagi dengan tetap sabar
“Pi.... Karin mohon.... apapun yang terjadi... mereka jangan sampai tahu.....” Kata Karina dengan suara memohon.
“Baiklah kalau memang maumu seperti itu. Tapi papi minta, kamu jangan mikir macam-macam ya, kasihan cucu
papi yang di dalam. Kamu harus sehat...” Kata pak Rudy sambil mengelus kepala Karina. Sungguh.... Karina tidak menyangka kalau pak Rudy dan bu Lia sudah menganggab janin yang ada di perutnya sebagai cucunya. Sepi sejenak.
“Oke... sekarang kita semua makan yuk, dan kamu Karin harus banyak makan. Mami akan tinggal di sini dulu nemenin kamu, biar papi pulang duluan...”
Waktu terus berjalan, dan Karina pelan-pelan sudah bisa menerima kehadiran janin yang ada di dalam perutnya, meskipun terkadang, malam-malam dia masih sering menagis diam-diam memikirkan jalan hidupnya. Semua itu karena dukungan penuh dari keluarga Rossa, terutama maminya. Tak henti-hentinya, dengan kelembutannya
mami memberikan semangat agar Karina tetap kuat. Karina merasa sosok ibu hadir dalam diri mami, dan ini membuat Karina makin merasa bersyukur. Meskipun jarak jauh, mami selalu mengingatkan Karina untuk tidak lupa meminum vitamin, makan banyak dan minum susu secara rutin. Untunglah, kehamilan ini tidak merepotkan Karina,
sepertinya janin yang di dalam memahami apa yang dialami ibunya, sehingga tidak rewel. Bahkan Karina merasa tidak ngidam apapun seperti orang-orang yang hamil, kecuali nafsu makannya yang meningkat, sehingga dia tetap dapat menjalani hari-hari kuliahnya dengan tenang.
“Nak....maaf kalau di awal ibumu ini tidak dapat menerima kamu... maafkan ibumu. Ibu kaget dengan kehadiranmu.
Kamu harus bertahan ya.... tetap sehat dan jangan rewel. Ibu akan berjuang untuk kamu. Maafkan ibu... kalau menyembunyikan kamu dari ayahmu...... Apapun akan ibu lakukan untukmu.” Karina berkata dalam hati sambil mengelus lembut perutnya, saat suatu pagi dia duduk di taman dekat rumahnya. Kebetulah hari itu tidak ada jadwal kuliah. Kembali bayangan wajah Seno melintas dalam pikirannya. Akhir-akhir ini memang bayangan itu sering muncul. Karina tidak tahu apa sebabnya. Apakah anaknya ingin ada ayahnya di sini? Ah.... tidak. Jangan ya nak, ibu tidak sanggup bertemu kembali dengan ayahmu. Maafkan ibumu..... ibu akan berusaha melupakan ayahmu, kita akan hidup berdua saja. Jangan minta ibu bertemu dengan ayahmu ya nak.... Ibu tidak bisa memenuhinya. Maaf.....
Karina terhisak merenungi jalan hidup yang dia alamai. Tapi dia tetap bersyukur, masih ada cinta dan kasih sayang dari keluarga Rossa.
Dari jauh, ada sepasang mata yang dari tadi memandangi Karina, hatinya benar-benar sedih melihat kondisi sahabatnya. Yaa..... Rossa sengaja mengikuti Karina dari belakang. Dia merasa trenyuh dengan nasib sahabatnya. Pernikahan yang tidak diinginkan, dan sekarang ada janin dalam kandungannya.
“Apa yang kamu pikirkan Karin.....” Terdengar suara lembut Rossa. Karina kaget dan menoleh ke belakang, dia tidak sempat menghapus air matanya yang meleleh. Rossa duduk di samping Karin dan memeluk bahunya.
“Rin... kamu nggak boleh begini terus, kasihan anakmu. Kamu harus kuat dengan pilihanmu, atau..... kamu akan berubah pikiran...?”
Karina terkesiap dengan pertanyaan Rossa, kemudian tersenyum kecil dengan air mata yang masih meleleh.
Kepalanya menggeleng-geleng.
“Tidak Ross.... aku tidak akan menyesal dengan pilihanku......”
“Rin..... apakah sekian bulan kamu hidup dengan suamimu tidak ada sedikitpun rasa cinta yang tumbuh di
hatimu....?”
Karina diam dan makin menunduk. Dia tidak tahu, apakah getaran yang ada di dadanya setiap kali bertemu pandang dengan Seno saat di rumah, adalah suatu isyarat suara hatinya? Apakah rasa cinta itu sudah mulai tumbuh? Karina menarik nafas panjang dan membuangnya pelan-pelan. Rossa menggenggam kedua tangan sahabatnya.
*****
Hai.... up lagi ya. Makasih banyak untuk menikuti terus kisah Karina. Jangan bosan-bosan ya dukung terus dengan vote, like & komen. Hanya dengan dukungan kalian yang membuat semangat untuk up terus.
Yukkkk... ditunggu ya......
I love U all....😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
mantab thor... lanjutttt...
2024-08-12
0
3 semprul
like 👍👍👍
2021-09-05
0
Ida Maridin
mewek diriq thoorrr😭 bawang mn bawang😁😁
2021-05-31
0