Bukalah Hatimu Untukku
Perjodohan
“Aku mau bicara, duduklah...” Kata Seno, masih tetap dengan nada datar.
“Ya mas....” Jawab Karina sambil duduk di sofa berhadapan dengan Seno yang duduk di tepi ranjang.
“Kita sudah sama-sama tahu kan, pernikahan ini keinginan orang tua kita, jadi kamu jangan terlalu banyak berharap pada diriku. Asal kamu tahu, dengan pernikahan ini, kebahagiaanku sudah terrenggut. Jangan kuatir, aku tidak akan meminta hak ku sebagai seorang suami. Kamu tidak usah ikut campur urusanku, karena aku juga tidak akan mencampuri urusanmu. Aku minta, kita tetap bersikap wajar di hadapan orang tua terutama eyang. Aku tidak mau mereka berpikir macam-macam dengan pernikahan kita, sampai saatnya nanti tiba. Aku akan tetap memperjuangkan kebahagiaanku.” Panjang lebar Seno bicara tentang pernikahan yang harus mereka jalani. Dada Karina terasa nyeri mendengarnya, tetapi dia berusaha keras agar air matanya tidak menetes. Dia tidak mau terlihat lemah di hadapan Seno, di harus terlihat tegar. Kemudian Karina mengangkat wajahnya dan memandang Seno,
lalu menarik nafas panjang.
“Baik mas, tapi aku punya permintaan. Ijinkan aku untuk mengurus keperluanmu sehari-hari, seperti menyiapkan pakaian, makan minum dan lainnya. Aku juga tidak mau terlihat sebagai istri yang tidak peduli pada suami, paling tidak di depan keluargamu.” Kata Karina pelan namun dengan suara tegas, meskipun hatinya sangat terluka.
“Terserah kamu..... dan satu lagi, kita akan segera pindah ke rumah pribadiku” Jawab Seno pendek dengan senyuman sinis. Karena dalam pikirannya, dia akan membuat Karina tidak betah dan meninggalkasn dirinya tanpa harus diminta.
“Ya mas....”
“Untuk malam ini, silakan kamu tidur di ranjang dan aku tidur di sofa...”
“Jangan mas... biar aku yang tidur di sofa..”
“Jangan membantah..! Aku tidak suka omonganku dibantah..!!!” Kata Seno dengan tegas, kemudian berdiri dan keluar kamar.
Karina menunduk dan tanpa terasa air mata yang dari tadi ditahan, sekarang tumpah begitu Seno munutup pintu. Karina berlari ke kamar mandi dan menangis di sana. Ayah, ibu... perkawinan seperti apa yang akan ku jalani ini? Kenapa begitu menyakitkan sejak awal? Akan sampai kapan? Air mata terus menetes, apalagi saat Karina mengingat kata-kata Seno kalau kebahagiaannya terrenggut dengan pernikahan ini. Aku akan berusaha semampuku untuk mengembalikannya mas...
Itulah percakapan yang terjadi antara Seno dan Karina di malam hari setelah paginya mereka resmi menjadi suami istri.
******
Semua bermula dari pembicaraan orang tua Karina kira-kira dua minggu yang lalu.
“Kamu akan menikah dengan anak sahabat ayah nak..... “
Itu kalimat pendek yang diucapkan ayah Karina, pak Handoko tadi sore. Meskipun pendek, kalimat itu sangat mengejutkan dan tidak pernah disangka oleh Karina. Dia tidak pernah membayangkan akan menikah dengan orang yang tidak dia cintai, bahkan tidak dia kenal. Tapi untuk menolak, Karina tidak sanggub. Dia sangat menghormati dan mencintai kedua orang tuanya, apalagi dia sebagai anak tunggal dan sekarang kondisi ayahnya yang sudah mulai sering sakit-sakitan.
“Tapi yah..... Karin tidak mengenal laki-laki itu, dan Karin juga tidak tahu apakah dia juga mau menerima perjodohan ini. Apakah dia juga akan mencintai Karin, apakah kami bisa saling mencintai seperti ayah dan ibu....?” Jawab Karina dengan wajah sedih.
“Nak.... percayalah.... Ayah dan ibu tidak salah memilih. Dengan kebersamaan yang akan kalian jalani, cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya...” Kata ibunya lembut sambil mengelus kepalanya.
“Tapi bu......”
“Karina.... ayah dan ibu tidak pernah meminta apapun dari kamu nak, ayah mohon untuk kali ini penuhilah permintaan kami. Ayah akan rela kalau Tuhan memanggil dan kamu sudah berada di sisi orang-orang yang tepat...” Kata ayahnya lagi dengan suara pelan.
Karina beranjak dan memeluk ayahnya. Dia kaget dengan perkataan ayahnya.
“Ayah.... kenapa ayah bicara begitu? Ayah tidak akan kemana-mana, ayah sehat, ayah akan selalu ada di dekat Karin dan ibu......” Kata Karina sambil bercucuran air mata. Ayah tersenyum sambil mengelus dan mencium kepala Karina.
“Nak.... umur tidak ada yang tahu, tapi kalau memang waktunya sudah tiba.... ayah akan pergi dengan tenang...”
Tangis Karina makin menjadi, di hatinya seperti ada yang akan hilang. Dadanya sesak mendengar ucapan ayahnya. Apakah dia harus menerima perjodohan ini? Bagaimana dengan cita-citanya. Bagaimana dengan kuliahnya. Bagaimana dengan pekerjaannya. Ah..... kenapa harus seperti ini.
“Sudah ah.... kok seperti apa aja, kamu pakai nangis-nangis begini Karin....” Kata ayahnya sambil mencubit hidung Karina untuk mencairkan suasana sedih. Ayahnya memang suka begitu, memperlakukan Karina seperti anak
kecil dan membuat suasana nyaman. Ya.... keluarga kecil yang saling menyayangi, saling mendukung dalam suasana apapun, dan Karina merasa tidak kekurangan kasih sayang orang tuanya, meskipun mereka hidup sederhana. Ayahnya kemudian menceritakan semua perjalanan persahatannya waktu masih muda.
“Bagaimana Karin... Kamu bersedia kan...?” Tanya ayah lagi.
“Ayah... ibu... kalau memang itu permintaan ayah, Karin akan menerima..” Jawab Karina pelan sambil menundukkan kepalanya.
“Terimakasih nak, kami akan selalu mendoakan kamu agar kamu selalu bahagia. Pernikahanmu kekal selamanya dan hanya maut yang bisa memisahkan.” Kata ayahnya lagi.
Malam harinya, Karina tidak bisa tidur memikirkan permintaan orang tuanya. Bagaimana dengan laki-laki yang selama ini secara diam-diam sudah bersemayam di hatinya? Terlintas dalam pikirannya, wajah laki-laki kakak tingkatnya yang bernama Pramudya. Meskipun kata cinta tidak pernah terucap, tetapi Kirana merasa kalau
Pramudya juga mempunyai rasa yang sama pada dirinya. Dengan perilakunya, tatapan matanya, perhatiannya, bahkan sampai hal-hal yang kecilpun, sepertinya sudah mewakili perasaan Pramudya pada Karina. Tapi apakah begitu?
Karina memang belum pernah pacaran, dan baru kali ini dia mempunyai getaran di hatinya yang berbeda tiap berjumpa, karena selama ini dia hanya konsentrasi pada belajar dan belajar saja, itulah sebabnya dari SMP dia sudah menyandang sebagai siswa berprestasi. Bahkan untuk kuliahpun dia mendapat beasiswa. Karina merasa,
ayahnya hanya punya penghasilan yang pas-pasan sebagai pegawai kecil, sedangkan ibunya punya ketrampilan memasak dan sering mendapat pesanan, sehingga dapat ikut menopang kebutuhan keluarga. Itulah mengapa Karina termotivasi untuk rajin belajar dan mengejar beasiswa. Orang tuanya memang tidak pernah mengeluh,
tetapi Karina menjadi anak yang tahu diri. Tidak pernah meminta sesuatu yang menurutnya di luar kemampuan orang tuanya, apalagi satu tahun terakhir orang tuanya harus mengeluarkan biaya pengobatan untuk ayahnya. Itulah mengapa, memasuki semester ketiga, Karina memutuskan kuliah sambil bekerja, dan beruntung dapat bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang desain interior, sesuai dengan jurusan kuliahnya dan cita-citanya. Dan lebih beruntung lagi, Karina diberi kelonggaran waktu untuk kuliah dari tempat bekerjanya. Memang bukan perusaan besar dan gajinya pun juga tidak besar, tetapi cukup untuk menambah-nambah keperluan kuliahnya, dan yang jelas Karina mendapat tambahan pengalaman.
Awal mulanya, kedua orang tuanya menentang Karina bekerja. Mereka menginginkan Karina hanya fokus kuliah, tetapi Karina berkeras, dan dia berjanji tetap memprioritaskan kuliahnya. Dan di kampuslah Karina bertemu dengan Pramudya, seorang pemuda sederhana, yang karena prestasinya diangkat sebagai asisten dosen dan mengajar di kelas Karina, laki-laki yang membuat hatinya berdebar-debar.
Hampir semalaman Karina tidak dapat tidur, memikirkan perjodohan yang akan dia jalani. Karena letih dengan semua pikirannya, akhirnya Karina tertidur, entah jam berapa.
*****
“Hei..... kenapa muka kamu kusut begitu sih, sebentar lagi kelasnya pak Pram lho...?” Tanya Disti, sahabat Karina saat ketemu di kampus.
“Aku lagi pusing...” Jawab Karina pendek.
“Kamu sakit...?”
Karina menggeleng.
“Terus kenapa...?”
“Kapan-kapan aku cerita... Udah yuk masuk, entar telat nggak enak” Karina menarik tangan Disti untuk memasuki kelas.
Sepanjang mata kuliah yang diberikan oleh Pramudya, Karina tidak bisa konsentrasi, bahkan lebih banyak melamun, padahal biasanya dia selalu semangat apabila mengikuti mata kuliah yang diajarkan Pramudya. Bahkan berkali-kali Disti menyenggol kakinya saat Pramudya melayangkan pandangannya pada Karina karena melihat Karina sedang melamun.
“Ssstttt..... lihat itu pak Pram sering ngliatin kamu...!!!’ Kembali Disti menyenggol kaki Karina di bawah meja. Ya... Pramudya juga merasa aneh melihat Karina, karena tidak seperti biasanya, yang selalu ceria, tersenyum manis dengan tatapan mata teduhnya. Kali ini wajahnya terlihat sedih, seperti ada masalah yang membebani. Wajah gadis yang diam-diam selalumenguasai hatinya itu terlihat murung dan sering melamun.
Sebagai seorang sahabat, Disti bukannya tidak tahu kalau asisten dosen yang sedang berdiri di depan itu mempunyai perhatian yang besar pada Karina, dan menurut perasaan Disti, Karina juga menyimpan perasaan yang spesial pada Pramudya. Tetapi entah kenapa, keduanya masih sama-sama diam, tidak saling mengungkapkan.
Ataukah perkiraan Disti salah tentang keduanya?
“Baik... apakah masih ada pertanyaan...?” Terdengar suara Pramudya menjelang akhir jam mengajarnya. Tidak ada tanggapan dari mahasiswa.
“Oke, sepertinya sudah jelas semua. Kalau memang tidak ada diskusi lagi, saya akhiri sampai di sini. Tolong pelajari lagi bab yang kita bahas tadi, minggu depan saya akan memberikan kuis. Selamat siang.” Pramudya menyelesaikan tugasnya lalu mengemasi buku-buku yang dia bawa tadi. Di sekelilingnya terdengar suara-suara
dengungan mahasiswa karena minggu depan akan ada kuis, tetapi Pramudya tidak menanggapi. Setelah selesai, Pramudya sempat melirik ke arah Karina yang juga sedang membereskan bukunya dengan kepala tertunduk, kemudian dia melangkah meninggalkan ruang kuliah.
“Yuk ke kantin sambil tunggu kelas berikutnya, lumayan masih ada waktu banyak.” Ajak Disti. Keduanya melangkah meninggalkan kelas menuju kantin.
******
Halo...... ketemu lagi di cerita yang lain ya..... Mudah-mudahan dapat terus menghibur .
Yuk dukung dengan vote, komen & like biar tetap semangat.
Jangan lupa ya..... habis baca, mampir jempol manisnya....
I love U all.... mmuaaachhhh😘😘🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
coba ngikutin dl thorrr
2024-08-12
1
Rena Agustina
iihhh itulah kesalahan perempuan selalu main hati dari awal.dah tahu kan di jodohkan berarti tak ada cinta.dan cinta tak bisa dipaksa.jd jangan main hati buat ya terlalu sakit.dan salah kedua dah tau tak ada rasa tapi mau mengurusi semua keperluan suami ujung ujung nya di jadiin babu ...
2021-12-09
0
Mamahnya Difa
cerita nya kaya nya menarik, tpi aku kurang suka dengan nama cowok nya, seno apa gak ada nma yang lebih keren lgi thor😁
2021-11-11
0