Kepergian ayah
Bangun pagi terlihat mata Karina sedikit sembab. Ya.... semalam dia tidak dapat tidur dan banyak mengeluarkanair mata. Selain memikirkan ayahnya, Karina juga memikirkan perjalanan rumah tangganya serta sikap Seno. Apakah dia harus menyerah sementara pernikahannya baru berjalan sekitar satu bulan. Bagaimana dengan orang tuanya kalau dia menyerah? Tapi setiap kali mengingat kata-kata Seno, rasa-rasanya dia sudah tidak sanggup.
Ataukah menunggu saatnya tiba, seperti yang pernah Seno ucapkan? Saatnya apa? Saat Seno akan menceraikan dirinya?
Dan seperti pagi-pagi sebelumnya, hari ini Karina menyiapkan sarapan untuk Seno, setelah menyiapkan pakaiannya. Meskipun hampir tidak pernah ada obrolan, tetapi paling tidak Seno masih mau makan masakannya. Saat makan, Seno sempat melirik ke wajah Karina yang sembab. Hati Seno merasa berdebar, entah karena apa. Seno menyadari kalau sebenarnya Karina istri yang baik, tidak pernah meninggalkan kewajibannya mengurus suami. Wajahnya selalu terlihat teduh dan cantik. Ah.... perasaan apa lagi ini? Sebenarnya dia merasa kasihan dengan Karina, tetapi rasa egonya lebih kuat. Rasa marahnya dengan keadaan ini, ia tumpahkan pada Karina.
Tiba-tiba ponsel Karina yang berada di dekatnya berbunyi nada panggil. Dari ibu. Degggg.... hati Karina berdebar-debar. Ada apa pagi-pagi ibu menelepon? Bukankah kemaren sore baru saja bertemu? Dan hari ini Karina sudah janji akan ke rumah sakit lagi.
“Halo.... ya bu......” Jawab Karina. Terdengar ibu menangis dari seberang sana. Hati Karina makin berdebar. Jangan-jangan ayahnya.......
“Bu.... sabar dulu bu... ada apa...?” Tanya Karina gugup. Seno ikut menyimak pembicaran Karina.
“Karin..... ayah..... ayah.....”
“Ayah kenapa bu....?” Tanya Karina tidak sabar.
“Karin...... ayahmu baru saja dipanggil Tuhan....... ayahh.....”
“Ayah......????”
Mulut Karina ternganga, ponsel yang ada ditangannya jatuh dan air matanya turun
dengan deras.
“Karin... ada apa dengan ayah...?” Tanya Seno.
“A… ayah meninggal mas...” Karina berdiri dan berlari ke kamar, dia hendak ke rumah sakit.
“Karin tunggu...!!!” Seno menuyul ke kamar.
“Mas aku harus ke rumah sakit sekarang. Kasihan ibu...!!” Kata Karina di sela tangisnya.
“Kita pergi berdua...” Seno kemudian menelepon sekretaris dan asistennya memberitahu kalau hari ini tidak ke kantor, kemudian juga menelepon orang tuanya.
Didalam mobil yang dikemudikan oleh sopir, sepanjang jalan Karina menangis. Dia merasa sangat menyesal karena belum sempat membahagiakan ayahnya. Bahkan di saat sakitpun, ayahnya tidak mau merepotkan dia dengan melarang ibunya memberitahu. Dan kemarin, rupanya pertemuan terakhir. Dengan suara pelan, ayahnya banyak memberikan nasehat, terutama untuk perkawinannya.
“Ayah.......” Lirih suara Karina di sela tangisnya. Seno yang duduk di sebelahnya hanya bisa menggenggam tangan Karina. Dia bisa merasakan kesedihan Karina.
Saat pemakaman, benar-benar saat yang sangat menyedihkan bagi Karina dan ibunya. Karina merasa terpukul dengan kepergian ayahnya hingga air mata tak berhenti mengalir di pipinya. Teman-teman Karina banyak yang ikut menghantarkan ke makam, begitu juga dengan Pramudya. Karina yang selalu ada di dekat ibunya, didampingi
oleh orang tua Seno, sedangkan Seno berdiri beberapa langkah dari Karina. Sementara Pramudya yang sejak awal selalu berusaha ada di dekat Karina, tidak terlepas dari pandangan Seno. Apalagi saat menyalami Karina, sorot mata Pramudya seperti memancarkan rasa cintanya pada Karina, sehingga Seno yakin kalau pemuda yang
kemaren sore mengantar Karina pulang itu punya perhatian lebih terhadap Karina, ini membuat hati Seno gusar. Seno sendiri heran dengan perasaannya. Ada apa ini...???
Setelah upacara pemakaman selesai, terlihat Karina dan ibunya masih duduk termenung memandangi gundukan tanah yang penuh dengan taburan bunga. Kembali air mata Karina menetes. Pak Baskoro dan bu Baskoro masih tetap setia mendampingi di dekatnya, begitu pula dengan Seno, sedangkan Pramudya dan Disti masih berdiri
di seberang memandangi Karina.
“Karin.... ayahmu pasti akan sedih kalau melihat kamu seperti ini terus. Ikhlaskan kepergiannya. Ayahmu sudah bahagia sayang....” Kata bu Baskoro sambil memeluk Karina dari samping. Karina makin terisak. Bu Handoko yang melihat kondisi Karina akhirnya juga tidak tahan, ikut menangis.
“Sudah ya.... kita sekarang pulang..” Ajak bu Baskoro. Akhirnya Karina dan bu Handoko berdiri, dan sebelum melangkah, sekali lagi menoleh ke arah makam. Karina bergandengan dengan ibunya, diikuti pak Baskoro dan bu Baskoro di belakangnya, sedangkan Seno sudah lebih dulu berjalan menuju tempat parkir.
“Karina.... “ Terdengar seseorang memanggil saat Karina akan masuk ke dalam mobil. Karina menoleh, ternyata Pramudya yang memanggil dari arah samping. Karina berjalan pelan menghampiri Pramudya yang berdiri di samping Disti. Pram mengulurkan tangannya untuk menyalami Karina.
“Turut berduka Karin. Sabar ya, kamu harus kuat.” Terdengar kata-kata lembut Pram, dan tiba-tiba Karina memeluk Pram sambil menangis. Seno yang melihat adegan itu, menunjukkan kekesalan di wajahnya.
Tak lama, Karina melepaskan pelukannya dari Pram. “Makasih mas...”
Kemudian Karina beralih memeluk Disti, keduanya bertangisan. Disti hanya bisa mengusap-usap punggung Karina, seolah memberi kekuatan. Disti juga merasa sedih, karena dia juga sudah begitu dekat dengan orang tua Karina, bahkan beberapa kali menginap di rumah Karina.
“Sudah Karin... kita sama-sama kehilangan. Masih ada ibu, kamu harus kuat ya demi ibu...” Kata Disti kemudian melepaskan pelukannya.
“Kamu sudah ditunggu keluargamu. ”
Disti mundur selangkah dan Karina melangkah ke arah mobil Seno. Sopir membuka pintu mobil dan Karina masuk diikuti ibunya duduk di belakang, sedangkan Seno duduk di depan bersama sopir. Sebelum mobil keluar dari area parkir, Karina membuka jendela dan melambaikan tangannya ke arah Disti dan Pram. Mobil pun beriringan
menuju rumah Karina.
“Mas... boleh Karin nginep di sini beberapa hari, kasihan ibu...” Kata Karin saat mertuanya akan pamit pulang.
“Nggak papa Karin. Kamu temenin ibumu dulu...” Bu Baskoro yang menjawab, sedangkan Seno hanya menganggukkan kepalanya.
“Makasih....” Jawab Karina pelan.
“Mana ponselmu...?” Tanya Seno berbisik, sebelum meninggalkan rumah. Karina merogoh sakunya dan menyerahkan ponsel kepada Seno dengan heran. Seno memencet beberapa nomor di ponsel Karina kemudian menekan nada panggil.
“Itu nomorku, kalau ada apa-apa tilpon saja.” Kata Seno dengan suara datar sambil menyerahkan ponsel Karina, kemudian berlalu dari hadapan Karina menuju mobilnya.
Sepeninggal mertua dan suaminya, Karina masuk ke kamar ayahnya, sementara ibunya masih ngobrol dengan beberapa tetangga yang datang. Kembali Karina menangis memandangi foto ayahnya yang ada di atas meja. Ayah... Karin akan berusaha memenuhi permintaan ayah. Karin akan mencoba bertahan dengan pernikahan ini.
Karin akan berjuang untuk ayah dan ibu. Doakan Karin ya ayah.... Kata Karina sambil mengusap wajah ayahnya di foto.
Hari-hari tanpa Karina dirasakan sepi juga oleh Seno. Meskipun tidak pernah ada obrolan, tetapi Seno merasa kalau kehadiran Karina sudah mengisi sebagian hatinya. Karina yang setiap hari ada di hadapannya, selalu menyiapkan pakaiannya, membuatkan kopi dan memasak untuk sarapan maupun makan malam, meskipun selalu dia acuhkan, beberapa hari ini tidak ada. Seno merasa ada yang kurang. Apakah dia mulai jatuh cinta pada Karina? Tidak... kata Seno, mempertahankan egonya. Di dalam hatinya tetap masih bersemayam satu nama, yaitu Amanda, pacarnya. Cinta pertamanya. Seno sangat mencintai Amanda, yang sudah dipacarinya selama hampir dua tahun , meskipun kedua orang tuanya belum memberikan restu.
Kadang Seno merasa kalau Amanda belum benar-benar mencintainya, sementara Seno merasa kalau dirinya sudah memberikan seluruh hatinya pada Amanda. Bahkan di usianya yang sudah cukup matang, Seno sudah siap untuk menikahi Amanda, namun Amanda selalu mengulur-ulur, dengan alasan belum siap, masih ingin mengejar karier dan lain-lain, yang kadang membuat Seno frustasi
*******
Halloooo.... ketemu lagi ya...🙋♀️🙋♀️
Jangan lupa mampir jempol manisnya dengan vote, like & komen ya...
Biar tambah semangat & rajin up...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
sedihhhh...../Cry//Cry/
2024-08-12
0
Astuty
mataku ikut sembab thor..
2021-11-02
0
D.A
koq dadaku ikutan sesek ya, bayangin sebagai Karina....
2021-08-27
0