Samuel Akarino
Karina diam dan makin menunduk. Dia tidak tahu, apakah getaran yang ada di dadanya setiap kali bertemu pandang dengan Seno saat di rumah, adalah suatu isyarat suara hatinya? Apakah rasa cinta itu sudah mulai tumbuh saat itu? Karina menarik nafas panjang dan membuangnya pelan-pelan. Rossa menggenggam kedua tangan sahabatnya.
“Karina......”
“Aku tidak tahu Ross, kalaupun memang ada, aku akan menyimpannya untuk diriku sendiri, aku tidak yakin....”
Pagi itu Karina merasakan perutnya sering mulas, bahkan makin siang intensitasnya makin sering. Memang kalau menurut perhitungan dokter, HPL nya masih sekitar empat atau lima hari lagi, tetapi kenapa pagi ini sudah mulai terasa? Untung kemaren sore mami sudah datang. Segala keperluan untuk bayi sudah disiapkan mami saat kedatangannya dua bulan yang lalu. Karina sungguh-sungguh terharu dengan perhatian seluruh keluarga Rossa, apalagi maminya. Itulah yang membuat Karina sangat bersyukur, dan selalu mengingat kata-kata papi, bahwa ini semua adalah rencana Tuhan yang sangat indah untuk dirinya, Tuhan yang sudah mengatur semuanya dan Karina
tinggal menjalani dengan ikhlas.
“Kenapa Karin kok meringis, sudah mulai kontraksi...?” Tanya mami dengan khawatir.
“Nggak tahu mi.... kok dari tadi rasanya kenceng terus....” Jawab Karina sambil mendesis menahan sakit, sementara keringat sudah mulai bercucuran. Mami mengelus lembut perut Karina, dan tiba-tiba ada gerakan dari dalam perut,Karina kembali meringis.
“Aduhhh... ini cucu oma sudah nggak sabar ya pengen cepet-cepet keluar.....”
“Mi.... sakiiitttt.....” Air mata Karina keluar.
“Oke kita kerumah sakit sekarang ya... Rian......!!!!” Mami berteriak.
“Ya mi......!!!” Jawab Rian sambil berlari ke ruang keluarga. “Ada apa mi...?”
“Cepet siapin mobil, Karin mau lahiran...!!!” Terjadi kehebohan siang itu. Rossa juga ikut mengantar ke rumah sakit.
Setelah menunggu lebih dari tiga jam, tiba-tiba terdengar tangisan bayi yang sangat kencang suaranya, seolah-olah menunjukkan pada dunia kalau dirinya telah lahir. Ya..... Karina telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat tampan.
Air mata tidak dapat dibendung lagi dan meluncur deras di pipi Karina sesaat setelah anaknya lahir dengan selamat. Perasaannya campur aduk melihat bayi tampannya. Mamipun tidak dapat menahan keharuannya. Terlihat air mata juga menggenang di pelupuk matanya dan siap meluncur di pipinya.
“Karina.... anakmu ganteng sekali. Lihatlah... hidungnya begitu mancung, bibirnya merah...” Kata mami dengan bahagia sambil menggendong bayi yang sudah bersih dan diletakkan di sisi Karina yang juga sudah dipindah ke ruang perawatan.
Karina menoleh ke samping untuk melihat bayinya. Kembali air mata meleleh di pipinya. Dia merasa sedih dengan kelahiran anaknya yang tidak ditunggui oleh ayahnya. Ada rasa nyeri yang sangat menusuk di dada Karina. Dia tidak pernah membayangkan kalau anaknya akan mengalami nasib seperti ini.Semua hanya karena ayahnya ingin memperjuangkan kebahagiaannya sendiri. Ada rasa sakit di hati Karina kalau mengingat semua itu. Kenapa anak yang tidak berdosa ini harus hadir dengan cara yang seperti ini? Karina makin terhisak pilu.
“Karin.... jangan sedih lagi ya... Mami tahu apa yang kamu rasakan. Kita semua akan melimpahi anakmu dengan kasih sayang. Mami tidak mau cucu mami kekurangan kasih sayang. Lihatlah mata anakmu, dia akan menjadi
anak yang kuat. Ayo... sekarang kasih asi, kasihan dia haus...”
Kemudian mami membantu Karina duduk, dan mengatur posisi agar Karina merasa nyaman menyusui anaknya. Memang sejak sebelum melahirkan, mami sudah mengajari segala sesuatunya, agar saat anaknya lahir Karina benar-benar sudah siap, Karina juga banyak membaca buku-buku untuk menambah pengetahuan sebagai calon ibu.
Saat melihat mulut mungil anaknya menyusu, Karina kembali meneteskan air mata, tetapi kali ini dia teringat kedua orang tuanya. Dia sangat sedih karena orang tuanya tidak dapat menyaksikan cucunya lahir. Dipandanginya wajah mungil yang ada di pelukannya.
“Karin.......” Kembali mami mengingatkan Karina.
“Mi.... Karin sedih... ayah dan ibu tidak sempat melihat cucunya.....”
“Ssstttt.... percayalah mereka pasti bahagia melihat cucunya yang ganteng dari sana...” Kata mami sambil jarinya menunjuk ke atas.
“Kamu nggak boleh sedih, karena akan berpengaruh pada asimu, kasihan anakmu kalau sampai kekurangan
asi... Lihatlah....begitu kuatnya dia minum asimu. Kamu sudah menyiapkan nama untuk anakmu...?” Tanya mami.
“Sudah mi.... Samuel....”
“Samuel saja...?”
“Eeemmmm....... Samuel Arkarino...” Jawab Karina pelan seolah berbisik.
“Samuel Arkarino...? Wahhh bagus sekali.... Apakah Arkarino kepanjangan dari Arseno dan Karin...?”
Karina diam sejenak, memandang sedih ke arah anaknya yang masih menyusu.
“Paling tidak....kalaupun dia tidak dapat memiliki sosok ayahnya, dia memiliki sedikit nama ayahnya....” Karina menjawab pelan. Bu Lia sangat terharu mendengarnya, kemudian digenggamnya tangan Karina yang memeluk bayinya.
Di belahan bumi yang lain, akhir-akhir ini Seno sering merasa gelisah dan sulit tidur. Bayangan wajah Karina sering tiba-tiba muncul, seolah tidak mau hilang dari ingatannya.Sudah berbulan-bulan pencarian yang dilakukan, tetapi hasilnya tidak ada. Bahkan di waktu-waktu tertentu, Seno sengaja datang ke makam orang tua Karina, berharap suatu saat bertemu Karina saat mengunjungi makan orang tuanya. Itupun tidak pernah membuahkan hasil, namun Seno heran, makam orang tua Karina terlihat sangat terrawat dan selalu bersih, seperti ada yang merawat secara rutin. Seno semakin merasa frustasi dan putus asa.
Wajah cantik dengan mata teduh Karina terus membayang-bayangi hampir setiap saat. Kembali Seno teringat
perlakuan kasarnya pada Karina, meminta haknya sebagai suami dengan cara yang kasar. Itulah yang selalu menghantui Seno, pengalaman pertamanya dan juga pertama untuk Karina. Terkadang, kejadian itu muncul dalam mimpinya. Suara isak tangis Karina malam itu seperti mendengung terus di telinganya.
Itulah, kenapa Seno memutuskan menjual rumahnya dan memilih pulang ke rumah orang tuanya. Rumah yang dari awal dia persiapkan untuk Amanda, tetapi Amanda berkhianat, yang akhirnya ditempati bersama Karina, namun di rumah inilah dia memperlakukan Karina tidak pada tempatnya. Merenggut milik Karina yang paling berharga dengan cara yang menjijikkan, meskipun itu hak Seno sebagai suami. Seno berusaha menghilangkan bayang-bayang Karina dengan menjual rumah itu, tetapi sepertinya bayangan Karina selalu mengikutinya.
“Ron... ini sudah hampir satu tahun, apa belum ada hasil juga...?” Tanya Seno pada asistennnya.
“Maaf... belum pak. Padahal saya sudah kerahkan orang-orang terbaik kita. Tetapi sepertinya non Karina hilang
ditelan bumi.”
Wajah Seno kembali terlihat murung. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk menemukan keberadaan
Karina, sementara eyang dan orang tuanya masih sering menanyakan perkembangan usaha yang dilakukan Seno, yang makin membuat Seno frustasi.
“Orang-orang daerah juga sudah kamu kerahkan....?”
“Sudah pak. Saya kerahkan orang-orang di semua kantor cabang, bahkan orang-orang lapangan juga ikut turun
pak, sampai daerah-daerah pedalaman”
*****
Halo readers...
Trims banyak untuk yang sudah setia mengikuti terus kisah Karina ya.
Terus dukung dengan vote, like & komen ya.....
I love U all....😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
rasain sekarang seno....
2024-08-12
0
Rena Agustina
puding pusing deh tuh otak lu Seno hakkaannn ku sia
2021-12-09
0
Yuyun Crb
nyari nya kuar negri cb k temu😄😄
2021-10-14
0