Malam yang menyakitkan
“Kamu mau dianggab sebagai istri hah.... oke... aku ikuti maumu...!!!” Seno tiba-tiba menarik baju yang dipakai Karina dengan kasar dan berusaha melepaskannya. Karina dengan sekuat tenaga mencoba mempertahankan.
“Ini kan yang kamu inginkan, dianggab sebagai istri...” Seno terus mengoceh sambil tangannya terus melepas seluruh baju yang dipakai Karina, kemudian menarik Karina ke tempat tidur. Karina terus memberontak, tetapi tenaga Seno sangat kuat. Setelah baju Karina semua terlepas, Seno memegang kuat kedua tangan Karina yang dinaikkan di atas kepala, sementara tangan satunya melucuti pakaiannya sendiri. Karina terus berontak, semakin Karina bergerak, cengkeraman Seno di tangannya makin kuat. Entah setan apa yang menguasai Seno, sehingga dia bisa berbuat begitukasar.
“Kamu mau diakui sebagai istri kan.... aku turuti...!!!” Kembali Seno berucap dengan nafas yang menderu. Lama-lama tenaga Karina melemah, dan dia menyerah apapun yang akan dilakukan suaminya. Akhirnya semua terjadi begitu saja, Seno telah melampiaskan emosinya pada Karina.
Kesucian yang selama ini Karina jaga dan akan dipersembahkan pada suaminya, sekarang sudah terrenggut. Meskipun oleh suaminya sendiri, tetapi dengan cara yang sangat menyakitkan. Karina hanya bisa terisak pilu setelah semuanya selesai sambil tidur memunggungi suaminya, sedangkan Seno yang masih sempat mendengar isakan Karina, kemudian tertidur pulas tertelungkup di sampingnya. Mas kalau kamu meminta hakmu dengan baik-baik, aku akan rela menyerahkan, bukan dengan cara seperti ini. Karina makin terisak, apalagi terbayang wajah kedua orang tuanya.
Akhirnya Karina bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sambil berurai air mata. Badannya terasa sakit semua, dan setelah berdiri di depan kaca kamar mandi, terlihat tanda merah-merah di leher dan dadanya, air matanya terus mengalir dan dadanya terasa sesak. Setelah menyelesaikan mandinya dan berganti
pakaian, Karina keluar kamar . Sampai di tangga paling bawah, berpapasan dengan bi Asih yang rupanya dari tadi mondar mandir mengkhawatirkan majikannya. Saat mata keduanya bertemu, Karina tidak bisa menahan air matanya. Bi Asih menghampiri dan memeluk Karina. Tangis Karina pecah kembali. Rupanya bi Asih paham apa yang terjadi dengan majikannya, apalagi melihat leher Karina yang penuh dengan tanda merah, karena tadi sempat mendengar teriakan Seno dari pintu yang tidak tertutup rapat.
“Bi... tolong jangan cerita pada siapa-siapa ya...” Kata Karina sambil terhisak.
“Tapi non... den Seno sudah kelewatan....” Bi Asih ikut menangis.
“Tolong bi.... jangan.... Bi Asih janji ya, jangan cerita apa-apa sama mama....” Suara Karina terdengar memohon.
“Baiklah non.... Sekarang non Karin mau kemana?”
“Karin ingin sendiri dulu bi, biar tidur di kamar tamu saja.”
“Non Karin makan dulu ya... atau minum susu..?”
“Nggak usah bi, bibi makan saja, mas Seno masih tidur...” Kemudian Karina berjalan memasuki kamar. Bi Asih yang memandangi dari belakang hanya bisa mengelus dada sambil mengusap air matanya.
Lewat tengah malam, Seno terbangun. Matanya terbuka dan mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. Setelah kesadarannya penuh, Seno meloncat berdiri dan menoleh kiri kanan tidak menemukan siapapun. Terlihat ranjangnya yang sangat berantakan ada noda darah di sprei.
Seno terduduk dengan lemas setelah menyadari apa yang sudah dia lakukan pada Karina. Seno mengusap wajahnya dengan kasar kemudian mengacak-acak rambutnya. Ada penyesalah di hatinya dengan perlakuannya pada Karina. Hampir di sisa malam Seno tidak dapat memejamkan matanya , akhirnya bangun kesiangan.
Pagi-pagi Karina sudah bangun dan tetap menyiapkan sarapan untuk Seno, tetapi setelah makanan siap, kembali Karina masuk ke kamar. Dia belum sanggup untuk ketemu dengan suaminya. Sementara itu, Seno setelah mandi dan berganti pakaian, keluar kamar menuju ruang makan.
“Bi... Karin kemana..?” Tanya Seno karena tidak menemukan Karina di dapur.
“Tadi setelah menyiapkan sarapan, masuk ke kamar lagi den, di kamar tamu. Lebih baik den Seno jangan ganggu non Karin dulu.” Kata bi Asih sambil menunduk.
“Saya salah bi.....” Kata Seno dengan pelan. Dia memang sangat dekat dengan bi Asih, sehingga tidak ada yang perlu ditutupi.
“Biarkan non Karin sendiri dulu. Sekarang den Seno sarapan saja.”
Setelah menyelesaikan sarapannya, Seno berangkat ke kantor.
Saat Karina tiduran di kamar, ponselnya berbunyi, rupanya dari Rossa.
“Hei.... kamu kenapa suaramu begitu..?” Rossa penasaran.
“Aku....... “ Karina terisak.
“Karin... kamu ada di mana..?”
“Aku di rumah....” Jawab Karina pelan.
“Oke sharelok, aku datang...!”
Rossa sampai di rumah Karina langsung diantar ke kamarnya, karena bi Asih sudah dikasih tahu kalau ada temannya yang mau datang.
Begitu muncul di dekat pintu, Karina langsung memeluk Rossa dan menangis tersedu-sedu. Rossa menutup pintu dan membawa Karina duduk di sofa yang ada di kamar itu. Rossa membiarkan Karina melepas tangisnya. Setelah beberapa saat Karina mulai tenang, pelan-pelan Rossa bertanya.
“Karin.... ada masalah apalagi?”
“Ross...mas Seno...... mas Seno..... “ Suara Karina tercekat.
“Tenang Karin..... kenapa dengan suamimu?” Setelah membiarkan Karina sejenak, kembali Rossa bertanya kepada Karina. Dengan tersendat, Karina menceritakan semuanya. Dia memang dari dulu selalu terbuka dengan Rossa, begitu juga sebaliknya. Lagi-lagi Rossa terkejut dengan kejadian yang dialami sahabatnya. Kembali Rossa memeluk Karina setelah Karina selesai bercerita. Rossa tidak tahu harus bicara apa. Mereka sama-sama diam, hanya isak pilu Karina yang terdengar.
“Kamu masih mau bertahan Karin...?” Tanya Rossa.
“Ross... aku masih memegang pesan ayah, lagi pula masih ada ibu. Aku tidak mau menyakiti ibu dengan pernikahanku ini...”
“Apa karena kamu juga sudah mulai mencintai suamimu...?” Tanya Rossa mengejutkan Karina. Karina menunduk
makin dalam, dia tidak menjawab. Apakah aku sudah mulai mencintai mas Seno? Apakah rasa cinta sudah mulai tumbuh? Tapi....... Pikiran Karina berkecamuk.
Rossa hanya bisa menarik nafas panjang dengan kediaman Karina. Dipaksapun percuma, karena Rossa tahu, Karina adalah orang yang teguh dengan pendirian.
Satu minggu sudah berlalu sejak kejadian malam yang menyakitkan bagi Karina. Seno pun sudah meminta maaf, tetapi sikapnya tidak ada perubahan. Namun setiap bertemu dengan Karina, ada perasaan aneh di hatinya. Entah apa, Seno tidak tahu.
Akhir-akhir ini, setiap pulang kantor terlihat wajah Seno kusut. Karina tidak berani lagi menegurnya meskipun tugasnya tidak pernah dilewatkan. Karina hanya akan bicara kalau Seno bertanya ataupun saat memberitahu untuk makan.
Siang itu bu Handoko menelepon Karina, memberitahu kalau tiga hari lagi akan pulang kampung. Karina berjanji besok akan ke rumah sebelum ibunya berangkat.
Saat sampai di rumah ibunya, terlihat barang-barang sudah mulai berkurang. Ibunya sedang sibuk beres-beres.
“Bu.... harus ya... ibu pergi...?” Tanya Karina dengan wajah sedih.
“Karin.... ibu kan cuma pulang kampung, nggak kemana-mana. Kamu bisa datang kapan saja kalau kangen ibu sama nenek.”
“Tapi.....”
“Sudahhhh... jangan buat langkah ibu berat. O ya... mana barang-barang yang mau kamu bawa, biar yang lain nanti dikasih tetangga.”
Karina tidak banyak mengambil barang, termasuk beberapa foto keluarga yang akan dia bawa.
“Bu.... lusa mau naik apa? Biar Karin antar ya...”
“Naik travel langganan biar nggak capek. Kamu nggak usah ngantar, kan berangkat juga sore, nanti suamimu pulang kamu belum sampai rumah, karena jalanan macet.”
“Jadi... Karin nggak boleh nganter, biar cuma sampai travel bu...?”
Bu Handoko diam sejenak dari aktifitas beres-beresnya, kemudian melangkah pelan dan duduk di sebelah Karina dan menggenggam tangan Karina. Mata teduhnya memandang anak kesayangannya dengan penuh kasih, kemudian tersenyum. Karina merasa, senyum ibunya sekarang yang termanis menghiasi wajahnya. Memang biasanya senyum ibu manis, tapi sekarang.... justru yang paling manis. Matanya begitu teduh menatapnya.
******
Hai..... hai.... hai... Makasih buat yang tetap setia mampir di kisah Karina, juga dukungannya.
Yuk terus ikuti perjalanan nasib Karina yang penuh liku-liku, dan jangan lupa mampir juga jempol manisnya untuk vote, like & komen ya... biar terus semangat up nya.
I love U all... Muuaachhh....😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
Masih sabar lanjut baca thor...
2024-08-12
0
Suharni Merianti
seandai ya mama ku masih ada pasti aku akan cerita semua ya.iya ilahhh Thor jdi kangen mama ku
2021-10-15
0
3 semprul
ceritanya keren 👍👍👍
2021-09-05
0