Cerita masa lalu
Sementara itu di rumahnya, ayah Karina merenung sendirian karena istrinya sedang ke pasar untuk berbelanja. Ingatannya kembali pada peristiwa seminggu yang lalu. Saat itu pak Handoko sedang mengantar pesanan kue buatan istrinya ke sebuah kantin perusahaan. Saat akan pulang, tiba-tiba motornya mogok di halaman parkir dan
pak Handoko mencoba mengutak atik motornya. Tiba-tiba ada sebuah mobil mewah yang mendekati, dan seorang laki-laki paruh baya yang terlihat gagah dengan memakai stelan jas turun dari pintu mobil bagian belakang menghampirinya.
“Handoko.....” Seseorang memanggil namanya. Pak Handoko mendongakkan kepalanya dan bangkit berdiri dari jongkoknya. Dahinya berkerut mencoba mengingat-ingat seseorang.
“Kamu Handoko kan.... Lupa ya dengan aku.... Baskoro....”
“Hai Bas.... ya ampunnn...aku bener-bener pangling. Kamu masih terlihat muda dan gagah saja.” Keduanya bersalaman kemudian berpelukan. Pak Handoko tidak menyangka akan bertemu dengan sahabat lamanya
“Dua puluh tahun lebih kita tidak ketemu ya. Ternyata dunia sempit...” Kata pak Handoko lagi. Keduanya saling menanyakan kabar masing-masing.
“Han saat ini aku sedang buru-buru ada urusan. Boleh aku minta nomor ponselmu...?” Pak Handokopun memberikan nomor ponselnya pada sahabatnya itu.
“Oke terimakasih. Ini kartu namaku. Bisa besok siang kita ketemu, kita makan siang bersama.”
“”Eeemmm.... boleh.”
“Oke aku besok kontak kamu, janjian dimana dan aku jemput kamu ya. Sory aku pamit dulu, masih ada urusan. Jangan lupa ya, besok siang ketemu.”
Keduanya berpisah. Pak Handoko masih terbengong-bengong tidak menyangka bertemu kembali sahabat baiknya saat masih muda. Sahabat yang sudah ditolongnya sehingga dampaknya sekarang yang dialami pak Handoko adalah kondisi kesehatannya terus menurun. Saat masih muda, pak Handoko telah mendonorkan ginjalnya pada sahabatnya itu. Dan itu dilakukan karena hubungan mereka yang sudah seperti saudara. Baskoro yang berasal dari keluarga kaya, tidak malu bersahabat dengan dirinya yang hanya anak seorang tukang jahit. Baskoro bahkan sering memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya, karena dia hanya anak seorang janda. Persahabatan yang sangat dekat, bahkan Baskoro sudah menganggab ibunya seperti orang tuanya sendiri, begitu pula dengan orang tua Baskoro juga merasa sayang dengan Handoko yang sangat sopan. Hingga pada suatu hari, akibat sebuah kecelakaan, Baskoro dinyatakan mengalami kerusakan ginjal dan memerlukan donor. Handoko, atas
seijin ibunya, bersedia mendonorkan ginjalnya, meskipun dokter sudah menyampaikan kalau akibatnya bisa mengganggu kondisi kesehatannya. Tetapi Handoko tidak peduli, dia merasa sayang dan berhutang budi pada keluarga Baskoro. Dan sekarang, akibat donor itu, di usianya yang semakin bertambah, Handoko mengalami penurunan kesehatan, tetapi dia tidak pernah menyesali dengan apa yang sudah di lakukan.
Dan sesuai dengan kesepakatan, esok harinya pak Baskoro menjemput pak Handoko di tempat yang sudah dijanjikan untuk mengajak makan siang.
“Han.... aku bermaksud menjodohkan anakku dengan anakmu, apakah kamu setuju...? Biar persaudaraan kita terus langgeng.” Pertanyaan tiba-tiba dari pak Baskoro, setelah mereka saling menceritakan perjalanan hidup dan keluarga masing-masing. Pak Handoko kaget dengan pertanyaan sahabatnya.
“Kamu tidak salah bicara kan Bas....? Siapa aku ini....? Apakah kamu tidak malu mempunyai besan seperti aku? Kita seperti bumi dan langit Bas” Kata pak Handoko.
“Han...kalau aku malu, dari dulu aku tidak akan bersahabat denganmu. Aku tidak hanya menganggab kamu sebagai teman, tetapi lebih dari itu. Apalagi kamu sudah mengorbankan ginjalmu untuk aku, bahkan akibatnya kondisi kesehatanmu sekarang terus menurun. Aku berhutang nyawa padamu Han...” Kata pak Baskoro sambil
memegang tangan sahabatnya.
“Tapi Bas.....”
“Aku serius Han... Terus terang, anakku sudah mempunyai pacar, dan kami tidak setuju dengan pilihannya, karena dia bukan perempuan baik-baik, tetapi kami belum punya bukti. Makanya sebelum terlanjur, aku ingin menjodohkan dengan anakmu, apalagi anakmu dari fotonya saja terlihat cantik.” Kata pak Baskoro sambil menunjuk foto Karina di ponsel pak Handoko
“Tapi anakku masih kuliah...”
“Tidak masalah, biarkan dia tetap kuliah, kami yang akan membiayai sehingga dia tidak perlu bekerja lagi. Cukup konsentrasi dengan kuliahnya saja dan mengurus suaminya.”
Akhirnya pak Handoko tidak bisa menolak permintaan sahabatnya. Apalagi dia menyadari, akhir-akhir ini kesehatanya sering drop, dan dia merasa kalau umurnya mungkin tidak akan lama lagi. Dan kalau anaknya sudah menikah, apalagi dengan orang yang berasal dari keluarga yang sangat dia kenal, maka akan membuat pak Handoko tenang.
*****
“Apakah ayah yakin kalau Karin mau menerima perjodohan ini...? Karin masih muda untuk menikah yah, umurnya baru duapuluh lebih dan dia sepertinya baru menikmati kuliahnya dan pekerjaannya” Kata bu Handoko, setelah pak Handoko menceritakan semua pembicaraannya dengan sahabatnya.
“Mudah-mudahan Karin tidak keberatan bu. Apalagi ayah yakin, dalam didikan Baskoro, pasti anaknya memiliki perilaku yang baik. Ayah sangat kenal siapa Baskoro dan keluarganya. Ayah yakin Karin akan berada di tengah-tengah keluarga yang menyayanginya.”
“Ya... terserah ayah, ibu sih ikut saja dengan pilihan ayah. Mudah-mudahan pilihan ayah tidak salah dan Karin akan bahagia selamanya.”
“Tapi apakah sampai sekarang Karin belum punya pacar ya..?” Tanya pak Handoko pada istrinya.
“Ibu juga nggak tahu yah, Karin nggak pernah cerita apa-apa. Tapi sepertinya dia belum punya pacar, tidak pernah ada temannya laki-laki datang kerumah, yang sering datang ya cuma Disti saja.”
“Jadi ibu setuju kalau ayah menjodohkan Karin dengan anaknya Baskoro.?”
“Ibu ikut ayah saja, kalau memang menurut ayah itu yang terbaik, ya..... ibu setuju. Tapi bagaimana mau ngomongnya sama Karina ya?”
“Biar nanti ayah yang bicara sama Karin. Mudah-mudahan semuanya lancar..”
*****
Sementara itu di sebuah rumah yang megah, terlihat pak Baskoro dan isterinya sedang bicara dengan anak sulungnya, seorang laki-laki muda yang gagah dan tampan.
“Sekarang sudah tidak jaman lagi dengan jodoh-jodohan pa, biar Seno menentukan pilihan sendiri.” Jawab Seno dengan tatapan mata yang memperlihatkan ketidak senangannya.
“Seno... dia gadis yang baik dan berasal dari keluarga baik-baik. Papa sangat mengenal orang tuanya, bahkan papa sudah berhutang nyawa dengan ayahnya. Kalau tidak ada dia, papa tidak tahu apakah papa masih ada di dunia ini sampai dengan sekarang.” Kata pak Baskoro yang kemudian menceritakan semuanya pada Seno. Bagaimana pengorbanan pak Handoko untuk dirinya dan kondisi sekarang pak Handoko yang sakit-sakitan, sedangkan papanya yang menerima donor ginjal malahan sehat.
Seno memang seorang pemuda yang sifatnya sedikit keras, tetapi selalu menurut dan patuh pada orang tuanya. Dia sangat menghormati dan sayang pada kedua orang tuanya, tapi untuk urusan istri, apakah dia juga harus patuh? Sementara saat ini dia mempunyai pacar yang sangat dicintai dan sudah berlangsung selama dua tahun. Seno sadar kalau kedua orang tuanya kurang begitu suka dengan pacarnya, entah apa sebabnya, tetapi Seno akan terus berjuang untuk mendapatkan restu. Seno benar-benar bingung dengan permintaan orang tuanya. Dia merasa sangat kesal dengan rencana perjodohan ini, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.
******
Jumpa lagi di ceritaku yang baru ya.
Yuk dukung terus dengan vote, like & komen. Jangan boses-bosen ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
awal baca, mulai tertarik.
lanjuuuutttttt.....
2024-08-12
0
Ge
Blm apa2 aq udh gatel comnt, mrka dari dlu sahabat sprti saudara smpe Handoko donorkan gonjalnya tpi koq malah bru bertemu lagi slth 20 thn? Hmmmm apa itu yg dibilang sahabat rasa sodara yg mana yg dikasih ginjal kaya raya n makin sukses sdngkan yg donor ginjal ttp miskin.. masa iya sie gk ada balas budi utk Handoko misalkan dikasih jabatan di perusahaan mrka or dikasih modal usaha n ttp keep kontak..
Di sini mah aq menilai Ayah Seno dan ortunya tidak tau balas budi😜😜
2021-12-02
0
Yollandha Putri°𝐍𝐍᭄
masih lanjut....
2021-10-26
0