Rencana pernikahan
“Seno... malam minggu besok, kita akan berkunjung ke rumah calon istrimu. Kita akan mengadakan lamaran secara resmi dan menentukan tanggal pernikahanmu. Papa minta, kamu siap-siap...” Kata pak Baskoro dengan tenang.
Seno mendongakkan kepala, memandang kedua orang tuanya tanpa bisa berkata apa-apa. Bagi Seno, kata-kata papanya bagaikan sebuah titah yang suka tidak suka harus dituruti. Apalagi kalau eyangnya juga mendengar, pasti akan langsung menyetujui, karena eyangnya tahu persis siapa calon mertuanya yang sudah menyelamatkan nyawa papanya, dan Seno lebih tidak berani untuk menentang eyangnya itu. Seno benar-benar putus asa kalau mengingat hal itu.
Sesuai rencana, malam minggu itu keluarga besar Seno akan berkunjung ke rumah pak Handoko. Di situ ada juga eyangnya yang ingin sekali segera bertemu dengan Pak Handoko yang saat muda sudah dianggab seperti anaknya.
Sungguh suatu pertemuan yang mengharukan dan membahagiakan bagi kedua keluarga itu, terutama eyang Seno yang hanya bisa menitikkan air mata melihat kondisi pak Handoko yang sakit-sakitan. Saat melihat Karina, eyang dan orang tua Seno sangat kagum. Meskipun dengan penampilan sederhana, namun tidak mengurangi kecantikannya. Apalagi Karina begitu sopan menyambut tamu-tamunya meskipun perasaannya sukar digambarkan. Di mata Karina, orang tua dan eyang Seno sangat baik meskipun mereka berasal dari keluarga kaya, tetapi tidak dengan Seno. Apalagi saat mereka bersalaman, Karina melihat ada kemarahan di sorot mata Seno. Wajahnya
datar dan terkesan sombong, tidak pernah terlihat senyum, lebih banyak diam, menjawabpun hanya seperlunya saja saat ngobrol dengan keluarganya.
Setelah menghidangkan minuman dan makanan kecil untuk tamunya, Karina tidak muncul lagi, dia hanya duduk merenung di ruang keluarga, membayangkan apa yang akan terjadi dengan pernikahannya nanti bila melihat calon suaminya sepertinya juga tidak menginginkan perjodohan ini. Sementara di ruang tamu, terdengar obrolan
yang sangat hangat.
“Karin... ayo keluar kok malah duduk di sini...” Tiba-tiba ibunya sudah berdiri di sampingnya.
“Eee.... iya bu....” Jawab Karina sambil berdiri. Bu Handoko menggandeng tangan Karina untuk ke ruang tamu.
“Ayo sayang duduk di sini, jangan cuma ngumpet di dalam...” Kata bu Baskoro sambil menepuk sofa di sebelahnya yang kosong. Mau tidak mau Karina mendekati bu Baskoro dan duduk di sebelahnya.
“Kamu cantik sayang...” Kata bu Baskoro sambil mengelus wajah Karina setelah Karina duduk di sebelahnya. Karina hanya tersenyum kecil dan menundukkan kepalanya. Dia tidak mau melihat sekelilingnya, apalagi ke arah Seno.
“Seno, Karin... sekarang kalian harus mulai saling mengenal karena tidak lama lagi akan menikah.” Kata eyangnya. Karina mengangkat wajahnya dan melihat ke arah ayah dan ibunya. Terlihat senyuman di wajah kedua orang tuanya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Kedua keluarga besar sudah sepakat pernikahan akan dilangsungkan dua minggu lagi, tetapi permintaan Seno tidak ada resepsi, hanya upacara pernikahan saja. Alasan Seno, untuk resepsi nanti saja menunggu saat yang tepat. Orang tua dan eyangnya yang tadinya sangat tidak setuju dengan permintaan Seno, akhirnya dengan berat
hati terpaksa mengalah dan mengabulkan.
*****
“Seno nanti siang kamu jemput Karina di rumahnya ya buat fitting kebaya, mama tunggu di butik langganan. ” Kata bu Baskoro saat sarapan pagi.
“Suruh sopir aja ma, Seno sibuk..” Jawab Seno dengan suara malas.
“Seno.... kamu sibuk apa? Biar papa yang tangani sementara kalau kamu memang sibuk...” Kata pak Baskoro. Seno hanya menarik nafas panjang, tidak berani menolak perintah mamanya. Apalagi papanya sudah ikut andil bicara.
Siang itu Seno sudah berdiri di depan pintu rumah Karina.
“Ayo masuk dulu nak Seno, Karin sedang ganti baju.” Kata bu Handoko saat menyambut Seno di depan pintu.
“Ya tante, terimakasih..”
Sepuluh menit kemudian, terlihat Karina keluar. Dia hanya menganggukkan kepalanya saat bertemu pandang dengan Seno.
“Maaf mas, jadi menunggu.” Kata Karina. Keduanya berpamitan pada bu Handoko dan keluar rumah.
Di dalam mobil, mereka seperti orang yang tidak saling kenal. Diam dengan pikiran masing-masing, bahkan wajah Seno seperti menahan kesal, sementara Karina lebih banyak membuang pandangannya ke arah jendela di sebelah kirinya.
“Kamu merasa senang ya dengan rencana orang tua kita...” Tiba-tiba Seno mengeluarkan suaranya dengan nada sinis.
Karina menoleh ke arah Seno. Dia melihat ada kemarahan di raut wajahnya. Dadanya berdesir mendengar omongan Seno, Karina merasa sedikit tersinggung.
“Saya rasa, apa yang ada di pikiran kita terhadap rencana ini sama mas. ”Jawab Karina dengan tenang.
“Kenapa kamu tidak menolak..?” Tanya Seno dengan ketus.
“Apa mas Seno juga menolak..?” Karina tidak menjawab tetapi malah balik bertanya.
Skak mat buat Seno dengan pertanyaan Karina. Meskipun tenang tetapi sangat menusuk Seno. Dia tidak menyangka kalau Karina akan bertanya seperti itu. Seno hanya bisa mendengus kesal.
“Kamu tahu, kalau ternyata aku mencintai orang lain?” Tanya Seno lagi, tetap dengan nada kesal.
“Bagaimana kalau ternyata aku juga sama...?” Lagi-lagi jawaban Karina membuat Seno seperti kehabisan akal. Karina tidak tahu, kenapa dia bisa menjawab seperti itu. Semua hanya spontan keluar dari mulutnya.
Akhirnya suasana kembali sunyi, tidak ada lagi kata-kata yang terucap sampai dengan tiba di depan butik. Keduanya turun dari mobil tetap saling diam. Ketika masuk ke dalam butik, sudah disambut bu Baskoro dengan senyum cerianya.
“Halo sayang... kalian sudah sampai...” Sambut bu Baskoro.
“Siang tante...” Kata Karina sambil mengulurkan tangannya dan menyalami bu Baskoro yang disambut dengan ciuman bu Baskoro di kedua pipi Karina, sedangkan Seno langsung duduk di sofa dengan muka masam.
“Ayo cantik kita ke dalam...” Ajak bu Baskoro.
“Ya tante...”
“Kok tante sih.... panggil mama juga dong seperti Seno...”
“Eee...i... iya tan.. eh mama...” Jawab Karina dengan gugup.
“Nahhh... begitu dong, masak manggil tante. Ayo Seno kamu juga ikut ke dalam, sekalian fitting jas nya!”
“Ish... apaan sih ma, di rumah juga udah banyak jas...” Jawab Seno dengan suara kesal.
“Seno.....” Jawab bu Baskoro dengan suara lembut sambil memandang tajam ke arah anaknya.
Akhirnya Seno mengikuti mamanya dengan langkah malas-malasan dan wajah cemberut.
“Yang sabar ya Karin menghadapi Seno...” Kata bu Baskoro sambil melangkah ke dalam. Karina hanya tersenyum kecil, tidak menjawab perkataan bu Baskoro.
Saat Karina keluar dari fitting room, bu Baskoro sangat kagum dengan kecantikan Karina yang memakai kebaya.
“Aduuhhhh... cantik sekali anak mama, padahal belum make up lho. Mama benar-benar nggak nyangka.” Kata bu Baskoro sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum. Seno yang mendengar suara mamanya, hanya melirik ke arah Karina. Hhhmmm... cantik juga. Katanya dalam hati, apalagi saat melihat mamanya menaikkan rambut Karina dan memperlihatkan lehernya yang jenjang dan putih. Tetapi Seno segera membuang tatapannya ke arah lain sebelum Karina memergoki.
Karina juga mengangumi ketampanan wajah Seno yang memakai setelan beskap dengan warna senada kebayanya, tetapi dia sembunyikan dengan rapi rasa itu, sehingga tidak terlihat oleh Seno.
😘😘😘😘😘
Hai friends.........
Yuk ikuti terus ceritanya, semoga suka ya.....
Jangan lupa dukung terus dengan like, vote, komen & rate bintang 5 ya.....
I love U all.....🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
ihhhhh..... jd gemes ma seno..../Frown//Frown//Frown/
2024-08-12
0
Annti Cutek Paputungan
mantap
2021-12-14
0
Yollandha Putri°𝐍𝐍᭄
masih lanjut...
2021-10-26
0