Hari pernikahan
Pagi itu, di hari yang sudah ditentukan, terlihat kesibukan di rumah Karina dan Seno, karena hari itu adalah hari pernikahan Seno dan Karina. Dari pagi Karina sudah di make up dan saat semuanya sudah selesai, terlihat wajah Karina yang benar-benar cantik. Dengan riasan yang sederhana serta setelan kebaya, wajah Karina seperti berubah, karena memang sehari-hari Karina tidak pernah berdandan, selain memakai bedak tipis dan lipstik yang juga tipis, sehingga setelah dirias, hampir semua orang pangling.
Sesuai permintaan Seno, yang hadir di acara pernikahan hanya keluarga terdekatnya saja, yaitu eyangnya, kedua orang tuanya dan beberapa kerabat dekat dari pihak papanya, begitu pula dengan Karina, hanya dihadiri kedua orang tuanya dan keluarga adik ibunya yang berasal dari luar kota.
Janji pernikahan telah diucapkan keduanya di depan pendeta dan keluarganya, mereka sekarang sah sebagai suami istri secara agama maupun aturan negara. Air mata Karina menetes saat ayah dan ibunya memeluknya.
“Karin sekarang kamu sudah menjadi seorang istri. Kamu harus patuh dengan suamimu, layanilah dia dengan sepenuh hatimu. Belajarlah untuk mencintainya. Perkawinan adalah sekali untuk seumur hidup. Hanya maut yang bisa memisahkan kalian. Bersabarlah menghadapi semua permasalahan. Dahulukan mendengar daripada
berkata. Ayah dan ibu selalu berdoa untuk kebahagiaanmu.” Nasehat yang panjang diberikan oleh kedua orang tuanya. Karina hanya bisa tertunduk mendengarnya, hatinya benar-benar teriris.
“Sering-sering ke rumah ya nak. Ayah dan ibu pasti akan kesepian tidak ada kamu.” Kata ibunya sambil kembali memeluk Karina.
“Ayuk... sekarang kamu pulang ke rumah suamimu ya. Ikutlah kemana langkah dia. Ingat dengan janji perkawinan yang tadi kalian ucapkan” Kata ayahnya kemudian menoleh ke arah Seno.
“Nak Seno, sekarang Karina sudah menjadi istrimu. Bimbinglah dan didiklah dia agar bisa menjadi istri yang baik dan berbakti. Tegurlah dia kalau memang bersalah. Ayah dan ibu hanya bisa berdoa, semoga kalian selalu bahagia” Kata pak Handoko di hadapan Seno dan kedua orang tuanya, sementara air mata masih menetes dari
kedua mata Karina mendengar perkataan ayahnya.
“Ya ayah... terima kasih..” Jawab Seno dengan suara datar sambil menganggukkan kepalanya.
Kemudian kedua keluarga itu berpisah. Karina ikut pulang ke rumah Seno, sesuai dengan permintaan orang tua Seno.
Karina duduk satu mobil dengan Seno, sedangkan orang tua dan eyangnya di mobil yang lain. Di dalam mobil terlihat Seno asyik dengan ponselnya tanpa menghiraukan Karina yang duduk di sebelahnya, sedangkan Karina hanya duduk termenung. Dia membayangkan, rumah tangga seperti apa yang akan dia jalani dengan laki-laki
yang tidak pernah mencintainya. Namun dalam hati, Karina sudah bertekad akan memulai semuanya dengan ikhlas, akan belajar mencintai suaminya dan pelan-pelan akan menghilangkan rasa terhadap Pramudya. Karina juga berprinsip, perkawinan sekali seumur hidup, hanya maut yang akan memisahkan. Seperti itu pula nasehat
kedua orang tuanya. Karina yakin, dengan hal itu dia akan dapat membahagiakan kedua orang tuanya. Kalaupun ada masalah dalam pernikahannya, dia tidak akan membagi dengan orang tuanya.
Kurang dari satu jam, rombongan sudah memasuki halaman rumah yang megah. Tanpa bicara, Seno turun dari mobil dan melangkah memasuki rumah, sedangkan Karina hanya bisa mengikuti di belakangnya.
Bu Baskoro yang melihat kejadian itu, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian menghampiri Karina bersama adik perempuan Seno dan menggandengnya untuk masuk ke dalam rumah.
“Ayo sayang.... mama antar kamu ke kamar ya, biar koper diangkat sopir.”
Bu Baskoro mengajak Karina ke lantai atas menuju kamar Seno.
“Mulai malam ini, kamar kamu di sini ya.... Kamu ganti baju dulu, nanti mama tunggu di bawah, kita makan siang bersama ya.” Kata bu Baskoso di dalam kamar Seno. Karina hanya bisa mengangguk. Setelah bu Baskoro keluar, Karina melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar yang cukup luas dan rapi, tetapi tidak menemukan sosok Seno.
Tok...tok...tok
Seseorang mengetuk pintu. Karina membuka dan ternyata sopir yang mengantarkan kopernya.
"Makasih pak...."
"Sama-sama non.. permisi...."
Saat Karina membuka koper untuk mengambil baju ganti, Seno muncul dari kamar mandi belum berganti pakaian.
“Pakaianmu bisa kamu taruh di sebelah ujung itu yang sudah kosong.” Kata Seno dengan cuek.
“Ya mas, makasih...” Jawab Karina pelan. Kemudian dia melangkah menuju kamar mandi sambil menenteng baju ganti dan handuk.
Di dalam kamar mandi, Karina hanya bisa menangis dalam diam. Awal pernikahan yang dia jalani sudah seperti ini. Apalagi dengan sikap Seno sejak turun dari mobil sampai di dalam kamar sudah membuat hatinya luka. Bagaimana dengan hari-hari selanjutnya? Membayangkan hal itu, hati Karina benar-benar sakit. Tetapi saat bayangan wajah kedua orang tuanya melintas, tekad Karina kembali muncul. Dia tidak boleh menyerah, harus tetap bertahan demi kebahagiaan orang tuanya.
Sekitar duapuluh menit, Karina sudah selesai mandi dan berganti pakaian dengan dres selutut, kemudian menyisir rambutnya dan memakai bedak tipis, wajahnya tetap terlihat cantik dan segar. Setelah dirasa cukup, lalu keluar kamar untuk menuju ruang makan. Terlihat Seno duduk di ruang keluarga membaca koran, sedangkan bu
Baskoro mengatur meja makan dengan dibantu seorang ART.
“Ayo sayang kesini....” Panggil bu Baskoro. Karina menghampiri bu Baskoro.
“Ini bi Asih yang membantu mama masak dan untuk urusan dalam, yang lainnya ada di belakang, nanti kamu bisa kenalan setelah makan ya.” Karina tersenyum dan mengangguk ke arah bi Asih.
“Saya Karina bi, boleh panggil Karin” Kata Karina dengan ramah
“Iya non...” Bi Asih mengagumi keramahan dan kecantikan nyonya muda yang ada di hadapannya. Sungguh pasangan yang serasi dengan majikan mudanya. Yang satu ganteng, satunya lagi cantik, sopan lagi. Kata bi Asih dalam hati.
Malam hari di kamar Seno.
“Aku mau bicara, duduklah...” Kata Seno, masih tetap dengan nada datar.
“Ya mas....” Jawab Karina sambil duduk di sofa berhadapan dengan Seno yang duduk di tepi ranjang.
“Kita sudah sama-sama tahu kan, pernikahan ini keinginan orang tua kita, jadi kamu jangan terlalu banyak berharap pada diriku. Asal kamu tahu, dengan pernikahan ini, kebahagiaanku sudah terrenggut. Jangan kuatir, aku tidak akan meminta hak ku sebagai seorang suami. Kamu tidak usah ikut campur urusanku, karena aku juga tidak akan mencampuri urusanmu. Aku minta, kita tetap bersikap wajar di hadapan orang tua terutama eyang. Aku tidak mau mereka berpikir macam-macam dengan pernikahan kita, sampai saatnya nanti tiba. Aku akan tetap memperjuangkan kebahagiaanku.” Panjang lebar Seno bicara tentang pernikahan yang harus mereka jalani. Dada Karina terasa nyeri mendengarnya, tetapi dia berusaha keras agar air matanya tidak menetes. Dia tidak mau terlihat lemah di hadapan Seno, di harus terlihat tegar. Kemudian Karina mengangkat wajahnya dan memandang Seno,
lalu menarik nafas panjang.
“Baik mas, tapi aku punya permintaan. Ijinkan aku untuk mengurus keperluanmu sehari-hari, seperti menyiapkan pakaian, makan minum dan lainnya. Aku juga tidak mau terlihat sebagai istri yang tidak peduli pada suami dan tidak tahu diri, paling tidak di depan keluargamu.” Kata Karina pelan namun dengan suara tegas, meskipun hatinya sangat terluka.
“Terserah kamu..... dan satu lagi, kita akan segera pindah ke rumah pribadiku” Jawab Seno pendek dengan senyuman sinis. Karena dalam pikirannya, dia akan membuat Karina tidak betah dan meninggalkan dirinya tanpa harus diminta.
“Ya mas....”
“Untuk malam ini, kamu tidur di ranjang dan aku tidur di sofa...”
“Jangan mas... biar aku yang tidur di sofa..”
“Jangan membantah..! Aku tidak suka omonganku dibantah..!!!” Kata Seno dengan tegas, kemudian berdiri dan keluar kamar.
Karina menunduk dan tanpa terasa air mata yang dari tadi ditahan, sekarang tumpah begitu Seno munutup pintu. Karina berlari ke kamar mandi dan menangis di sana. Ayah, ibu... perkawinan seperti apa yang akan ku jalani ini? Kenapa begitu menyakitkan sejak awal? Akan sampai kapan? Air mata terus menetes, apalagi saat Karina mengingat kata-kata Seno kalau kebahagiaannya terrenggut dengan pernikahan ini. Aku akan berusaha semampuku untuk mengembalikannya mas...
******
Hai all friends.....
Ikuti terus ceritaku ya..... dan jangan lupa mampir juga jempol manisnya untuk vote, like & komen...
Terus.... terus.... dan terus.... ya...
I love U all....😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
Mulai perjuanganmu karin../Sweat/
2024-08-12
0
Yollandha Putri°𝐍𝐍᭄
good.....👍👍👍
2021-10-26
0
Regina Juliara Meto
awal2 memang kayak gitu nanti lama2 jadi bucin
2021-10-24
0