Kepergian ibu
Bu Handoko diam sejenak dari aktifitas beres-beresnya, kemudian melangkah pelan dan duduk di sebelah Karina sertamenggenggam tangan Karina. Mata teduhnya memandang anak kesayangannya dengan penuh kasih, kemudian tersenyum. Di mata Karina, sepertinya senyuman ibu saat ini sangat manis, bahkan mata teduhnya sangat membuat hatinya hangat. Ini makin membuat Karina tidak bisa menyakiti hati ibunya dengan menceritakan masalah rumah tangganya. Karina tidak mau senyuman manis ibunya hilang dari hadapannya. Dia ingin senyuman itu selalu hadir di wajah ibunya.
“Karin... bukan ibu nggak mu diantar, tapi ibu nggak mau melihat air matamu. Ibu ingin pergi diiringi senyumanmu. Lagi pula kamu sekarang sudah menjadi seorang istri, yang harus ada saat suami membutuhkan. Kamu harus di rumah saat suami pulang, lakukan kewajibanmu. Ibu pesan, jadilah istri yang baik, teman seiring suami.
“Tapi bu.....”
“Nak.... ibu mungkin tidak akan memberimu nasehat lagi. Tapi ingat pesan ibu, hormati suamimu ya... Kasihi dia... Istri itu berasal dari tulang rusuk suami. Akan banyak masalah dalam perjalanan kalian, tetapi jangan lari, tetap kuat dan sabar. Mertuamu sangat baik, mereka juga orang tuamu, jadi kalau ada apa-apa, minta nasehat mertuamu.”
Seharian itu Karina di rumah merasa gelisah, padahal ada satu pesanan desain yang tinggal sedikit lagi harus segera selesai. Apakah ini karena dia akan jauh dengan ibunya yang akan pulang kampung? Atau karena sikap Seno yang akhir-akhir ini sering membingungkan? Sering ngomel nggak jelas, wajahnya kusut, tetapi kadang
menatapnya dengan tajam, yang membuat dia kikuk dan merasa berdebar-debar. Ah.... bodo...!!! Karina menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian konsentrasi lagi untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.
Upsss.... kelar.... Karina menarik nafas lalu membuangnya karena pekerjaannya selesai. Kemudian dia melirik jam yang ada di dinding, hampir jam lima. Sebentar lagi ibunya berangkat dengan travel, Karina berniat menelepon ibunya, karena tadi saat menelepon, ibu masih di rumah. Karina hendak meraih ponsel yang ada di meja, tiba-tiba perutnya merasa mulas dan Karina buru-buru ke toilet.
Keluar dari toilet bi Asih menghampiri dan bertanya
“Non buat makan malam mau masak apa ya….?”
“Coba ntar Karin lihat di kulkas dulu bi...”
Karina kemudian menuju dapur dan melihat isi kulkas. Setelah melihat-lihat dan berpikir sejenak.
“Bikin capcay saja bi sama goreng ayam, kan masih ada lalapan juga, tinggal tambah sambel. Tapi masaknya entar saja bi, Karin mau telpon ibu dulu.” Karina kemudian mengambil gelas, diisi air putih untuk minum. Belum habis minumnya, ponselnya berdering, buru-buru Karina menuju meja dan mengangkat ponsel. Dari ibu..
“Halo bu.... ibu sudah mau berangkat?”
“Maaf...... ini dari kepolisian. Kami menghubungi anda karena nomor ini kontak yang terakhir berkomunikasi dengan korban...”
“Korban....? A… apa maksud bapak.... Dimana ibu saya....?” Tanya Karina mulai panik. Bi Asih yang mendengar teriakan Karina mendekat.
“Ibu anda mengalami kecelakaan saat akan menyeberang, sekarang dalam perjalanan ke rumah sakit Sinar Kasih.......”
“Apa......???” Karina berteriak lagi, kemudian menangis.
“Ada apa non...?” Tanya bi Asih bingung.
“Ibu...bi.... ibu kecelakaan, sekarang dibawa ke rumah sakit. Karin mau kesana.”
“Bibi ikut non, biar diantar sopir...”
Sepanjang jalan Karina menangis. Inikah tanda-tanda kenapa seharian dia merasa gelisah? Ibu...... Karina terus menangis. Bi Asih kemudian menelepon bu Baskoro.
Sore itu jalanan menuju rumah sakit macet. Perjalanan yang harusnya ditempuh cukup empat puluh menit, tetapi terasa lama bagi Karina. Belum lagi lampu merah di tiap perempatan yang dilewati.
“Pak tolong cepetan dikit....” Kata Karina tidak sabar.
“Iya non, jalanan juga macet....”
Tak lama ponsel Karin berbunyi, dari bu Baskoro.
“Karin.... kamu dimana? Mama sama Selly sudah dekat rumah sakit.”
“Masih di jalan ma... kena macet..” Jawab Karina sambil terisak-isak.
Bu Baskoro lebih dulu sampai di rumah sakit. Saat Karina sampai langsung berlari ke ruangan UGD. Terlihat bu Baskoro sedang menangis sambil dipeluk Selly, Karina yang melihat hal itu hatinya berdebar-debar.
“Ma.... ibu....” Tangis Karina. Bu Baskoro langsung memeluk Karina dan menangis tersedu-sedu.
“Ma......”
“Karin yang sabar ya nak.... ibumu....ibumu tidak dapat diselamatkan.....”
“Apa....ibu.....” Karina berteriak, kemudian merasa dunianya berputar dan tak lama terasa gelap. Karina pingsan dan roboh di pelukan bu Baskoro.
Hari-hari setelah sepeninggal ibunya, Karina merasa benar-benar sendiri. Karina jadi teringat kata-kata ibunya saat pertemuan terakhir. Ibunya mengatakan, mungkin tidak akan memberi nasehat lagi. Apakah itu sebuah isyarat kalau ibunya akan pergi selamanya? Kenapa terlalu cepat? Sementara belum genap tiga bulan, ayahnya meninggal, disusul ibunya. Dan sekarang, Karina benar-benar merasa sendiri, meskipun mertuanya begitu baik, tetapi hidup Karina tetap terasa sepi. Apalagi dengan perjalanan kehidupan pernikahannya yang sering menorehkan luka. Sekarang tidak ada lagi orang-orang yang membuat Karina bertahan dengan pernikahannya. Kalau dulu, masih ada orang tuanya, yang membuat Karina akan tetap bertahan, tetapi sekarang?.
Hari terus berjalan. Karina merasa, tidak ada gunanya dia terus terpuruk meratapi nasib. Dia akan mencoba tetap bersabar dengan pesan dan harapan almarhum kedua orang tuanya. Dia makin sibuk dengan kuliah dan juga pekerjaan desain yang diterima.
Siang itu Rossa membawa mobil menjemput Karina di kampus. Dia minta Karina menemani belanja di mall, ada barang-barang yang akan dibeli sebelum dia berangkat kembali ke Perth karena masa liburannya minggu depan akan berakhir. Setelah berputar-putar di mall dan dengan banyak tentengan, keduanya bermaksud makan siang di sebuah restauran Jepang yang ada di kawasan mall. Mereka mendapat tempat duduk di pojok yang agak terpisah
dengan meja-meja lainnya. Rupanya karena jam makan siang, restauran ini cukup ramai, hanya menyisakan dua lagi meja kosong dan yang satunya sudah ada tulisan reserved. Saat menunggu pesanan, terdengar kursi di meja belakang Karina ditarik seseorang, berarti yang pesan meja sudah datang, pikir Karina. Tempat duduk mereka dipisahkan oleh rak tinggi berisi tanaman hias dalam pot-pot kecil.
“Manda.... kenapa akhir-akhir ini kamu seperti menghindar?” Terdengar suara laki-laki di belakang Karina.
Di telinga Karina, suara itu tidak asing dan sangat dia kenal. Ya........ suara Seno, suaminya. Dada Karina berdebar-debar. Inikah gadis yang dicintai Seno? Karina memberi isyarat Rossa untuk diam. Rossa bingung dengan tingkah Karina, tetapi dia diam saja dan ikut menyimak pembicaraan orang di belakan Karina.
“Seno.... please... Aku sibuk dengan pekerjaanku....”
“Kamu lebih mementingkan kariermu daripada aku...?” Terdengar suara Seno agak meninggi.
“Sayangg..... bukan begitu. Aku benar-benar nggak bisa ninggalin job yang ini. Bukannya kamu sekarang juga lebih sibuk?”
“Jangan memutar balikkan omongan. Atau kamu mulai berpaling....?” Tanya Seno, mengingat foto-foto yang dia terima dari seseorang yang tidak dia kenal.
“Sayang.... kenapa kamu punya pikiran seperti itu?” Terdengar suara gadis itu seperti ragu-ragu.
Sekarang Rossa baru paham, rupanya yang duduk di kursi belakang Karina adalah suaminya. Terlihat wajah Rossa mulai geram sambil mengepalkan kedua tangannya yang di atas meja, tetapi Karina menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Manda... Aku mohon... kembalilah seperti kemarin-kemarin lagi, hubungan kita sudah hampir dua tahun, bukan waktu yang singkat. Dan sebentar lagi, aku berharap......”
“Permisi pak... pesanannya....” Tiba-tiba datang makanan pesanan Seno yang menyebabkan pembicaraannya terhenti. Tidak terdengar lagi pembicaraan. Rupanya keduanya sedang menikmati hidangan yang ada di depannya.
Rossa melihat ada air mata menggenang di mata Karina. Karina mengajak Rossa pergi meninggalkan restauran, meski makanan yang dipesan belum tersentuh. Rossa bisa memahami perasan sahabatnya. Keduanyapun melangkah diam-diam dan keluar melakui pintu yang ada di belakan Rossa tanpa harus melewati meja Seno.
*****
Hai readers......🙋♀️🙋♀️🙋♀️
Up lagi ya...... makasih banyak untuk smua dukungannya.
Jangan bosan-bosan dukung terus ya dengan vote, like & komen biar makin smangat up nya.
Makin penasaran dengan nasib Karina...????
Yuk ikuti terus....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
Apakah setelah ini, kamu msh mau bertahan karin?
2024-08-12
0
Sri Wahyuni
kita mmang ga boleh mngabaikan nasehat ortu tpi ortu jg jngn mngbaikn prsaan dn keinginan ank hrs sinkrin pmikiran ortu sm anak ..klau hnya sengsara yg d dpt dlm rmh tangga buat apa bertahan hnya krn nasehat ortu yg tdk tau apa yg d rsakn ank y ..
2022-08-19
0
Sri RahayuNingsih
takdir yang kau ciptakan jahat bnget Thor.....🤣🤣.tapi suka ceritanya
2021-12-05
1