Kepulangan Rossa
Hari itu Karina mengisi liburnya dengan mengurus taman yang ada di belakang dekat kolam renang, Seno sudah berangkat ke kantor sejak tadi. Saat Karina membongkar-bongkar tanaman, tiba-tiba ponsel yang ada di kantong bunyi nada panggil. Dari Rossa, sahabat karibnya.
“Haii...... apa kabar neng..?” Teriak Rossa dari seberang.
“Ihhh.... kebiasaan dech. Kuping sakit tauuukkk... Kamu dimana?”
“Aku sudah di rumah nih menikmati libur panjang. Ketemuan yuk... kangen...”
“Oke, jam sepuluh ya di cafe biasa.”
Karina dan Rossa saling berpelukan saat bertemu di cafe langganannya. Mereka hanya berdua, karena Disti dengan keluar kota dengan keluarganya untuk beberapa hari.
“Turut berduka ya Rin meninggalnya ayah, nggak nyangka akan secepat ini”
“Iya makasih Ros....”
“Rin... kamu agak kurusan, nggak lagi sakit kan...?” Tanya Rossa. Karina tidak menjawab, hanya menundukkan kepalanya.
“Karin.... ada yang tidak aku ketahui tentang kamu...?” Tanya Rossa sambil menggenggam tangan Karina.
Ya... memang persahabatan Karina dengan Rossa sangat akrab, bahkan boleh dikata sahabat rasa sodara, saking dekatnya. Hal ini ada hubungannya dengan kejadian awal mereka masuk SMA. Sore itu selesai kegiatan ekskul Rossa sedang duduk di depan gerbang sekolah menunggu sopir menjemput. Sebenarnya Rosa berdua dengan Karina, tetapi kebetulan Karina ke toilet sebentar. Suasana memang sudah sepi, tiba-tiba ada mobil yang berhenti dan seseorang pemuda turun menghampiri Rossa, pura-pura menanyakan sesuatu sambil menoleh kiri kanan. Belum sempat Rossa menjawab pertanyaan, pemuda itu menodongkan pisau ke leher Rossa dan memaksa
untuk masuk ke dalam mobilnya. Rupanya di dalam mobil ada dua orang laki-laki. Rossa yang ketakutan, berteriak minta tolong, tetapi mulutnya dibekap dan pemuda itu mendorong Rossa untuk masuk ke mobil. Rossa memberontak, bahkan lehernya sempat tersayat pisau dan mengeluarkan darah. Dua langkah mendekati pintu mobil, Karina muncul kemudian berlari mendekati Rossa yang sedang terancam. Karina menarik tangan pemuda itu dan memukul dengan tasnya. Tapi naas, pemuda yang kalap itu melepaskan pegangan pada Rossa dan beralih pada Karina. Rossa berteriak-teriak minta tolong. Terjadi tarik-tarikan antara Karina dan pemuda itu. Karena panik dengan teriakan Rossa, pemuda itu akan segera masuk mobil, tetapi Karina tidak melepaskan pegangannya pada tangan pemuda itu, dan mobilpun hendak kabur. Tarik menarik itu berdampak parah pada Karina, saat pemuda itu
mengibaskan tangannya dengan kasar, Karina terlempar dengan keras. Kepalanya mengalami benturan dan seluruh badannya lecet-lecet karena Karina sempat terseret mobil yang mulai berjalan. Karina pingsan dan mengalami gegar otak. Bahkan kondisi Karina sempat mengalami koma selama beberapa hari. Orang tuanya sangat shock karena Karina anak semata wayang. Orang tua Rossa memfasilitasi seluruh pengobatan sampai benar-benar sembuh di ruangan VIP, bahkan menyiapkan dokter-dokter terbaik. Setiap hari orang tua Rossa selalu datang ke rumah sakit untuk mengetahui perkembangannya. Mereka menyadari, Karina telah menyelamatkan nyawa Rossa, anak bungsunya. Akibat kejadian itu, hubungan keluarga Karina dan keluarga Rossa menjadi sangat dekat. Bahkan orang tuan Rossa sudah seperti orang tua kedua bagi Karina. Mereka memperlakukan Karina sama dengan Rossa.
“Karin..... ada yang mau kamu ceritakan padaku...?” Tanya Rossa mengagetkan Karina yang sedang melamun.
“Jangan disini Ros, kita cari tempat yang sepi dan nyaman...”
“Oke kita habisin minum dulu, lalu cabut.”
Di sebuah taman yang sejuk, Karina menceritakan semua tentang kehidupan pernikahannya dengan Seno termasuk latar belakang perjodohan dan rencana ibunya yang akan pulang kampung. Rossa benar-benar terkejut dan tidak menyangka jalan hidup yang sedang dihadapi sahabatnya.
“Kamu kenapa nggak pernah cerita sama aku atau mami?” Karina hanya terisak dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Rossa memeluk Karina.
“Terus rencana kamu selanjutnya apa?”
“Aku akan mencoba tetap bertahan Ros, seperti pesan ayah sebelum meninggal.”
“Dengan suami kamu yang begitu? Please dech... mau sampai kapan Karina...?”
“Sampai aku Lelah dan menyerah....”
“Siapa sih suami kamu, bisa aku lihat fotonya...?”
“Namanya Arseno Rahardian Adinegoro. Aku tidak menyimpan fotonya.” Jawab Karina pelan.
“Busyeettt.... yang bener...??? Dia anak keluarga Baskoro Adinegoro ya....? Pengusaha besar itu?”Tanya
Rossa bertubi-tubi. Karina heran dengan pertanyaan-pertanyaan Rossa itu.
“Aku nggak tahu latar belakang keluarganya siapa Ros. Yang aku tahu, pak Baskoro sahabat ayahku saat mudanya. Pak Baskoro dan bu Baskoro sangat baik padaku”
“Mereka keluarga pengusaha besar Karin, papiku kenal baik dengan mereka. Tapi sepertinya keluarga mereka baik-baik, nggak ada yang songong seperti anaknya dech.”
*****
Sore itu di kantornya, Seno sedang duduk termenung memandangi foto-foto Amanda di galeri ponselnya. Dia sedang kesal karena beberapa kali menelepon Amanda tidak ada jawaban, bahkan chat yang dikirin belum dibaca. Memang Amanda pamit ada keperluan ke luar kota selama seminggu, tetapi sudah dua hari ini sulit dihubungi. Ada apa dengan kamu Manda..??? Seno merasa akhir-akhir ini Amanda lebih sering menghindar dari dia, entah apa sebabnya. Ini yang membuat Seno sering uring-uringan, dan lagi-lagi dampaknya selalu Karina yang menerima.
Memang tidak sampai ke fisik, tetapi omongannya membuat Karina menangis diam-diam, karena Seno tidak jarang mengulang kalimat-kalimat yang menyinggung-nyinggung pernikahan mereka dan sepertinya selalu menyalahkan
Karina dengan ketidakberdayaan dirinya.
Tak lama, terdengar nada pesan masuk ke ponsel Seno. Dia berharap balasan chat dari Amanda. Tetapi setelah dibuka, mata Seno terbelalak. Di ponselnya terdapat beberapa foto Amanda sedang berdua dengan seorang pria yang seumuran dengan dirinya yang dikirim dari nomor yang tidak dia kenal. Mereka terlihat sangat mesra, bahkan ada yang berrangkulan, bergandengan dengan tawa yang ceria. Hati Seno benar-benar murka. Dia tidak tahu mau marah kepada siapa, karena Amanda sangat sulit dihubungi. Tetapi pikirannya masih sedikit waras, dia berpikir
mungkin ini hanya pekerjaan orang iseng yang akan menghancurkan hubungan mereka. Tetapi kemesraan itu...? Sialan....!!! Seno hanya bisa mengacak-acak rambutnya. Kemudian dia mencoba menghubungi nomor yang mengirim foto. Ternyata tidak bisa dihubungi, bahkan sepertinya nomornya sudah diblokir. Emosi Seno naik kembali. Akhirnya dia berdiri dari kursinya dan hendak pulang.
Suasana jalanan yang macet, membuat emosinya makin memuncak, dan sampai rumah sudah mulai malam.
Karina yang melihat wajah Seno kusut merasa kalau pasti ada masalah. Dia coba membiarkan dulu dan melanjutkan pekerjaannya menyiapkan makan malam. Setelah selesai, Karina masuk ke kamar bermaksud memanggil Seno untuk makan malam. Di kamar, ternyata Seno sedang tidur terlentang, matanya terpejam dengan kaki yang menjulur ke bawah. Masih tetap dengan kemeja kantornya yang kancingnya sudah dibuka, sedangkan sepatu belum dilepas. Karina yang melihat hal itu, berinisiatif melepas sepatu Seno. Karina tahu kalau Seno tidak tertidur.
“Mas... mandi dulu biar bersih terus makan.....”
Seno yang sedang kalut memikirkan Amanda, mendengar suara Karina menjadi tersulut emosinya.
“Kamu... jadi perempuan kenapa sih mulutnya selalu bawel....!!!!” Seno bangkit dan duduk, menatap tajam ke arah Karina. Kaget mendengar suara Seno yang menggelegar, Karina tersentak mundur.
“Mas.... aku cuma mengingatkan.... biar....”
“Kamu nggak usah ikut campur urusanku. Berapa kali aku bilang hah...!! Semua jadi kacau begini.... Mau kamu apa sih...? Puas kamu sekarang...? Puas....!! Apa maumu....???” Seno makin tidak bisa mengendalikan emosinya. Di matanya terbayang foto-foto Amanda dengan laki-laki lain.
Karina mencoba bertahan untuk tidak menangis.
“Mas... aku tidak mau apa-apa. Aku menyadari sebagai istri yang tidak pernah dianggab sedikitpun, aku sebagai istri yang tidak pernah diakui.... Aku sadar.... aku tahu diri mas...” Kata Karina pelan.
“Ooo.... jadi kamu mau dianggab sebagai istri? Mau diakui sebagai istri? Begitu maumu...?” Kata Seno, kemudian bangkit berdiri dan mendekati Karina masih dengan wajah marah dan bibirnya tersenyum sinis. Karina mundur selangkah. Seno terus maju mendekat dan Karina mundur , sampai berhenti saat tubuhnya sudah menempel tembok dan tidak bisa mundur lagi. Tangan Seno terulur dan mengangkat dagu Karina. Air mata Karina sudah meleleh.
“Kamu mau dianggab sebagai istri hah.... oke... aku ikuti maumu.” Seno tiba-tiba menarik baju yang dipakai Karina dengan kasar dan berusaha melepaskannya. Karina dengan sekuat tenaga mencoba mempertahankan.
******
Yeeeiiii...... up lagi kan....
Ikuti terus yuk.... dan mampir jempol manisnya dengan boom like & komen.....
I love U all....😘😘😘
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
Rasain kamu seno.... ngarepin Amanda yg nggak jelas....
2024-08-12
0
Anastasia Anastasia
d khianati amanda saja kmu tak tahu...dasar egois...
2021-11-07
0
Yollandha Putri°𝐍𝐍᭄
ada apa y.....,🤔🤔😁😁
2021-11-01
0