Kata-kata yang selalu menyakitkan
Semua kalimat yang keluar dari mulut Seno sangat-sangat menyakitkan, apalagi di telinga Karina, yang sejak kecil tidak pernah mendengar kata-kata kasar di keluarganya. Tetapi Karina harus bertahan, dia harus terlihat kuat di depan Seno. Bi Asih yang sering mendengar kata-kata kasar Seno, hanya bisa mengelus dada. Tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi Karina sudah mewanti-wanti untuk tidak menceritakan semuanya pada bu Baskoro.
Bi Asih juga heran, kenapa sekarang majikan mudanya itu berubah menjadi kasar, sedangkan sebelumnya tidak pernah begitu. Bi Asih hanya bisa memberikan kata-kata menguatkan untuk Karina.
Siang itu saat di kampus, Karina mendapat kabar dari ibunya kalau ayahnya masuk rumah sakit. Karina sangat menyesal, karena sejak menikah belum sempat pulang, hanya berkomunikasi lewat ponsel dengan ibunya. Sekarang, tahu-tahu ada kabar ayahnya di rumah sakit. Dan saat Karina sampai di rumah sakit, ternyata ayahnya sudah cukup parah kondisinya. Hampir seluruh tubuhnya membengkak karena menurut dokter, ginjal ayahnya hanya berfungsi sekian persen, sedangkan wajahnya terlihat pucat dan menghitam. Karina benar-benar tidak dapat menahan tangisnya melihat kondisi ayahnya.
“Ayah.... maafkan Karin tidak pernah menengok ayah dan ibu. Kenapa baru sekarang Karin dikasih tahu? Kenapa bu...?” Tanya Karina dengan air mata bercucuran.
“Karin... ibu tidak mau mengganggu kesibukanmu nak. Dari kemaren-kemarenayahmu selalu melarang kalau ibu mau telpon kamu.”
Karina memeluk ayahnya yang terbaring. Pelan-pelan pak Handoko mengelus kepala anak semata wayangnya. Air mata Karina masih terus menetes.
“Bagaimana kabar suamimu nak?” Tanya pak Handoko dengan suara lemah.
“Mas Seno baik-baik saja ayah. Sekarang sedang sibuk di kantor, Karin belum sempat kasih tahu mas Seno.” Jawab Karina sedikit berbohong, karena yang jelas, dia tidak akan berani memberitahu Seno, bahkan dia tidak tahu nomor ponsel Seno, begitu juga sebaliknya. Sudah dua hari Seno marah dan tidak menegur Karina.
“Kamu bahagia dengan pernikahanmu nak?”
Karina terkejut dengan pertanyaan ayahnya. Apakah ayah merasa kalau rumah tangganya tidak baik-baik saja? Apakah itu feeling seorang ayah? Tanya Karina dalam hati.
“Iya yah, mas Seno sangat baik.” Jawab Karina. Kalau sekarang masih ada air mata yang menetes, sepertinya itu air mata kesedihan karena perlakuan suaminya. Tetapi Karina tidak mau orang tuanya tahu hal itu.
“Karin.... kalau ada yang tidak baik dengan pernikahanmu, bertahanlah.... berusahalah untuk memperbaiki. Ingat.... pernikahan hanya sekali seumur hidup. Kamu harus bisa menjaga itu. Ayah mohon, kamu yang sabar ya sebagai seorang istri. Jangan sampai kasih itu hilang dari hatimu....” Suara pak Handoko terdengar berat.
“Ayah.... Karin hanya perlu doa saja dari ayah dan ibu...”
Sore hari saat Karina masih di rumah sakit, Disti datang bersama dengan Pramudya, karena tadi yang seharusnya Karina ikut di mata kuliah Pramudya, dia minta ijin melalui Disti. Selama di rumah sakit, tatapan mata Pramudya tidak pernah lepas dari Karina, sehingga membuat Karina gugup dan cepat-cepat mengalihkan saat keduanya bertemu pandang. Rupanya bu Handoko melihat hal itu, dan berpikir kalau pemuda itu mencintai anaknya, begitu pula dengan Karina, yang di mata bu Handoko memiliki rasa yang sama. Bu Handoko merasa terusik hatinya
dengan pikiran itu.
Karena masih ada urusan, Disti pamitan pulang duluan, sedangkan Pramudya masih tinggal, dia punya pikiran akan mengantarkan pulang Kirana.
Tak lama dari kepergian Disti, Karina pamit pulang dan berjanji besok akan ke rumah sakit lagi. Pramudya memaksa akan mengantar pulang dengan alasan sudah sore. Karina berkeras menolak, karena dia tidak mau kalau Pramudya tahu rumahnya dan sudah menikah. Ya.... memang baru Disti saja yang tahu.
“Ini sudah hampir malam Karin..”
“Aku bisa naik taksi mas, masih mau mampir ke rumah sodara.”
“Kamu malu aku antar pakai motor..?” Tanya Pramudya dengan wajah lesu.
“Bukan seperti itu mas, aku nggak enak ngrepotin.”
“Sudah ayo naik, mau mampir kemana dulu, nanti aku drop!” Pramudya tetap bertahan. Akhirnya Karina menyerah, dia bilang kalau mau mampir ke rumah sodara, karena Pram sudah pernah mengantar Karina pulang sampai gang dekat rumah, jadi kalau sekarang mengantar ke alamat yang berbeda, pasti Pram akan bertanya.
Saat motor sudah sampai di depan gerbang yang sudah dibuka oleh security, Karina turun dan melepas helm. Karena kesulitan, Pram membantu melepas, saat itulah mobil Seno datang hendak masuk melewati gerbang, sementara Karina juga heran, jam segini Seno sudah pulang, padahal biasanya pasti lebih dari jam tujuh malam. Dari dalam mobilnya, Seno melihat adegan melepas helm, ada kemarahan di raut wajahnya. Ah.... perasaan apa ini? Kenapa harus marah? Bukankah dia tidak mencintai istrinya?
‘Kamu yakin tidak mau aku tungguin?” Tanya Pramudya sebelum pergi.
“Nggak usah mas, aku masih ada perlu, makasih banyak sudah dianter”
“Oke. Kalau begitu aku balik ya... sampai ketemu.” Kemudian Pramudya berlalu dari hadapan Karina yang kemudian melangkah memasuki rumah.
“Tumben mas masih sore sudah pulang.” Kata Karina saat melihat Seno hendak menaiki tangga menuju kamarnya. Seno berbalik dan memandang tajam ke arah Karina.
“Oooo... jadi kamu berharap aku pulang malam supaya tidak melihat kemesraan kalian? Jadi itu laki-laki yang kamu cintai..?” Tanya Seno dengan sinis.
“Mas.... kenapa kata-katamu selalu menyakitkan?”
“Sekarang kamu berharap supaya aku berbicara manis padamu? Jangan mimpi..! Pergi pacaran kemana saja kalian seharian, sampai lupa pulang?”
“Mas... jangan menuduh sembarangan. Aku tidak sekotor itu. Dari siang aku di rumah sakit, nungguin ayah..” Kata Karina dengan suara bergetar menahan tangis, kemudian berlalu melewati Seno menuju kamarnya. Karina buru-buru mengambil baju ganti dan masuk kamar mandi. Kembali dia menumpahkan tangisnya di kamar mandi. Sementera Seno, mendengar jawaban Karina menjadi terbengong-bengong. Dia heran dengan dirinya sendiri, kenapa jadi semarah itu pada Karina? Apa gara-gara melihat istrinya diantar laki-laki lain? Ah.... sejak kapan dia
peduli dengan istrinya? Toh dari awal dia sudah membuat kesepakatan untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Tapi sekarang....? Seno mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian melangkah masuk ke kamarnya.
Di kamar mandi, Karina masih menangis sambil mandi. Apakah aku harus
tetap bertahan? Mau sampai kapan? Tapi kata-kata ayah tadi di rumah sakit...?
Semakin lama, Karina merasakan dadanya makin sesak. Setelah lebih dari setengah
jam, Karina keluar dari kamar mandi, kemudian keluar kamar menuju ke dapur
untuk mempersiapkan makan malam. Dia tidak peduli Seno mau makan atau tidak,
yang penting dia sudah melaksanakan kewajibannya. Bi Asih yang tadi juga
mendengar kata-kata Seno, hanya memandang sedih ke arah Karina.
“Bagaimana kabar bapak non? Mudah-mudahan cepat sehat ya...”
“Iya bi, makasih. Mohon doanya saja.” Jawab Karina pelan.
Setelah meja makan siap, Karina masuk ke kamar untuk memanggil suaminya.
“Mas makan malam sudah siap. “ Kata Karina sambil memunguti baju-baju kotor Seno. Tidak ada jawaban, tetapi Seno melangkah keluar kamar dan menuju ruang makan diikuti Karina. Seperi biasa, Karina mengambil piring dan mengisi nasi serta lauk dan sayur untuk Seno. Mereka makan dalam diam, bahkan Karina selalu menundukkan kepalanya.
“Bagaimana kondisi ayah...?” Tiba-tiba suara Seno memecah keheningan setelah menyelesaikan makannya. Biar bagaimanapun, ayah Karina adalah mertuanya, sekaligus orang yang sangat berjasa untuk kehidupan papanya, pikir Seno. Karina kaget dengan pertanyaan itu, kemudian mengangkat kepalanya.
“Hampir seluruh badan sudah bengkak dan wajahnya pucat.” Jawab Karina lirih. Kembali sunyi, sampai Seno berdiri dan meninggalkan meja makan. Karina ke dapur membawa piring-piring kotor.
“Sudah non biar bibi saja yang beresin..”
“Ya bi makasih. Bibi makan saja dulu, ajak yang lainnya.”
“Iya non setelah meja makan beres.”
******
Halooo.... up lagi ya...
Yukkk... dukung terus dengan vote, like & komen biar smangat terus up nya.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
Makin sedih....
Ngapain Seno marah2 lht Karin sm cowok lain ,ntar nyesel tuh.....
2024-08-12
1
Rena Agustina
jangan terlalu ngarep dan cuek kejar karir lebih baik daripada tmikirin suami yg terang2n gak cinta biar sukses dulu baru mikirin rumah tNgga
2021-12-09
0
Yollandha Putri°𝐍𝐍᭄
mulai ada perubahan ..,.😅😅
2021-10-26
0