Bab 17 : Tidak Selesai

"Aku balik dulu yah" kata Damar.

"Kamu gak masuk dulu? Tapi katanya mau cerita" pinta ku pada Damar.

"Masuk dong mas Damar, bentar lagi ada yang nangis kalau di tinggal mas Damar" terdengar suara Kayla percis di belakangku.

Damar tertawa melihat Kayla yang tersenyum menggoda ku.

"Nanti aku telfon kamu yah, aku lagi ada kerjaan" Damar kembali mencubit pipi ku pelan dan sudah bisa di pastikan bagaimana wajah Kayla seperti mengatakan "cie cie".

"Aduh jangan cubit terus dong" kataku melepaskan tangan Damar dari pipiku.

"Oke, aku pergi yah" Damar kemudian pergi meninggalkan kami berdua.

"Ih, mau dong di cubit pipi nya, lucu banget" Kayla mencubit pipiku percis seperti Damar lakukan. Aku hanya tersenyum tipis melihat tingkah lakunya.

"Kay, mama mana ?" tanyaku pada Kayla. Aku ingin memberitahu mama agar tidak perlu merepotkan Damar untuk menjadi Penjagaku.

"Pergi kak" kata Kayla.

"Besok kalau mama nyuruh Damar jagain aku, atau jemput aku atau apapun itu kalau damarnya sibuk kayak sekarang di larang aja yah" kata ku pada Kayla.

"Hmmm, ada yang gak mau di kira pacar posesif ni" Kayla terus-terusan saja menggoda ku.

"Terserah kamu saja deh, kakak mau makan dulu, laper" kata ku.

" Jadi kesal karena gak bisa makan berdua sama mas Damar" Kayla tertawa melihat wajah ku yang sudah mulai memerah.

Sebenarnya aku ingin Damar lebih lama lagi disini, bukan hanya karena ingin mendengar ceritanya, tetapi juga kehadirannya. Aku suka Damar menjadi temanku, tapi aku belum bisa memikirkan dia lebih dari sekedar teman, karena aku masih belum bisa mengingat Ghandi. Aku takut ketika aku membuka hati untuk orang lain, aku hanya akan mencari pelampiasan karena kehilangan Ghandi yang bahkan aku tidak tahu bagaimana cara aku jatuh cinta pada nya.

***

"Kamu belum tidur ?" kata Damar. Tepat jam dua belas malam ini Damar menelfon ku, untung saja aku belum tidur.

"Kenapa ? Ini udah tengah malam loh" kata ku pada Damar.

"Enggak ada, pengen denger kamu baca puisi, udah lama kamu gak lanjutin kebiasaan kamu itu" kata Damar terdengar menggoda ku.

"Malas bangun tengah malam" jawab ku terdengar sedikit ketus.

"Aku bercanda, kamu bentar-bentar ngambek" kata Damar mencoba membujukku.

"Jadi kamu kenapa tengah malam gini masih belum tidur?" tanyaku.

"Kalau aku yang berpuisi aja gimana?" kata Damar.

"Emang kamu bisa?" kataku sebari tertawa.

"Enggak sih" Damar ikut tertawa.

"Sudah aku duga, memang cuma Ghandi yang bisa buat puisi untuk aku pakai hati" kata ku.

"Ghandi yah" kata Damar dengan suara yang terdengar sedikit kesal.

"Kamu kenapa?" tanyaku penasaran.

"Aku cuma mau dengar suara kamu" kata Damar yang membuat dadaku tiba-tiba terasa sesak. cara Damar mengatakannya sungguh manis di telinga ku.

"Kamu jadi pintar gombal yah" kata ku untuk mencairkan suasana hati ku.

"Percaya atau tidak itu terserah kamu, yang jelas aku ingin dengar suara kamu" kata Damar terdengar serius.

"Ia aku percaya" kata ku.

"Boleh aku jujur?"Suara Damar tiba-tiba terasa berat seperti orang yang sedang menahan tangisnya.

"Kamu kenapa?" tanyaku makin penasaran.

"Aku rindu kamu Selena" kata Damar.

"Wajar kamu rindu aku, soalnya kamu beberapa hari ini sibuk terus" kata ku.

"Aku rindu Selena yang dulu, tetapi aku..." tiba-tiba Damar menghentikan kata-katanya.

"Tetapi apa?" tanyaku penasaran.

"Udah malam banget, kita tidur lagi yah" kata Damar

"Kamu selalu begini, selalu aja, kamu sama dengan mama, kenapa sih kalian gak bisa langsung bahas intinya sama aku, harus penuh rahasia, aku capek, kamu tau aku tu hidup cuma bernafas aja, aku gak tau caranya hidup itu, aku gak ngenalin aku sendiri dan kalian selalu saja.. hiks hiks hiks" aku melampiaskan kemarahan ku pada Damar. Kenapa meraka selalu penuh dengan teka-teki, kenapa mereka gak ada satupun yang mau terbuka kepada ku. Dan air mata ku mengalir deras. Aku menangis dan mematikan telfon ku. Aku marah, aku kecewa, aku bingung tuhan, apa yang sebenarnya terjadi di dalam hidup ku.

***

"Kak, matanya kok bengkak?" Kayla terkejut melihat mata ku yang bengkak. Semalaman aku tidak tidur, aku hanya menangis meratapi yang terjadi pada ku.

"Kamu kenapa?" Mama datang terlihat khawatir melihat kondisiku.

"Gak apa ma" kata ku sembari tersenyum.

"Gak apa gimana, itu matanya bengkak" mama terlihat sangat khawatir.

"Ia aku begadang semalaman" kata ku.

"Ngapain kakak begadang sampai mata kakak bengkak?" tanya Kayla penasaran.

"Kakak baca novel sedih banget, kemaren Damar yang kasih novelnya, jadi begadang sambil nangis" kata ku.

"Mama gak mau kamu begadang lagi, mama gak mau kamu kenapa-kenapa" kata mama.

"Ia ma" kata ku.

"Mama pergi dulu yah, mama gak sarapan sama kalian hari ini, mama mau sarapan sama rekan kerja mama" kata mama yang kemudian pergi meninggalkan aku dan Kayla.

Kayla melihat ku dengan seksama tanpa berkedip. Dari raut wajahnya terlihat dia begitu penasaran dengan yang terjadi pada ku.

"Begadang baca novel" kata ku menjawab tatapan Kayla.

"Sejak kapan mas Damar beli novel untuk kakak?" tanya Kayla curiga.

"Gak usah bahas nama Damar deh Kay" kata ku ketus ketika Kayla mengatakan nama Damar.

"Kakak loh yang bawa-bawa nama mas Damar, ayo ngaku" kata Kayla. Aku juga yang membuat Kayla penasaran karena menjadikan Damar alibi mata ku ini.

"Kamu cepetan sarapan, sekolah loh" kata ku mengalihkan Kayla.

"Kakak berantem yah sama mas Damar?" kata Kayla yang masih fokus melihat ku

"Enggak, kakak cuma kesal sama dia, selalu gak terbuka sama kakak" kata ku ketus.

"Kesal kok sampai bengkak matanya?" tanya Kayla yang sudah merubah ekspresi wajahnya dari penasaran ke senyum menggoda ku.

"Apaan sih kamu" kata ku pada Kayla.

"Wajar dalam hubungan itu ada selisih paham kak" kata Kayla menepuk pundak ku.

"Apaan, aku sama Damar gak ada hubungan spesial yah, bahkan aku gak ingat sama dia, sama kayak kamu dan mama dan yang lainnya juga gak pernah jelas ngasih kejelasan siapa diri aku, capek tau Kay" aku menangis dan Kaylan pun ikut menangis melihat ku.

"Gak ada yang mau begini kak, mama, aku, mas Damar kami gak mau juga, kalau aku bisa ulang waktu..." Kayla memberhentikan perkataannya.

"Kalimat kamu aja gak bisa kamu selesaikan, bukan cuma kamu tapi semuanya begitu" Aku pergi meninggal kan Kayla yang masih menangis menuju kamar ku.

Dikamar handphone ku berdering, Damar menelfon ku, aku biarkan saja, aku tidan ingin menerima alasan apapun hari ini, aku hanya ingin sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!