Bab 7 : Mawar Putih

Aku memegang tangan Kayla yang terasa dingin. Sebentar lagi giliran Kayla yang menampilkan pertunjukkan pianonya. Di balut dengan dress selutut berwarna magenta, dan dengan makeup natural, rambut yang digerai dengan bando dihiasi mutiara membuat Kayla sangat anggun dan cantik.

“Kak Selena dulu sering bilang sama aku ketika aku gugup, aku cukup pejamkan mata aku dan hitung sampai lima kemudian aku akan melihat kak Selena tersenyum sebagai perwakilan makhluk di dunia yang juga tersenyum padaku, aku rindu kak Selena” mata Kayla tampak berkaca-kaca melihatku. Aku tahu dia pasti sangat merindukan sosok kakaknya yang dulu dan aku berharap aku bisa mengembalikannya.

“Maaf kakak lupa semuanya, tapi meskipun kakak lupa, kakak akan selalu menjadi perwakilan seluruh dunia yan sedang tersenyum melihat Kayla yang sangat cantik” aku memeluk Kayla.

Kayla kemudian menutup matanya sembari menghitung sampai lima dan tepat di hadapannya ketika Kayla membuka mata aku tersenyum melihatnya.

“Kayla, ayuk sebentar lagi kamu” salah satu staf pertunjukkan memanggil Kayla.

“Kayla semangat” kataku pada Kayla yang sudah pergi dengan staf tersebut.

Aku segera melihat kearah monitor untuk melihat bagaimana pertunjukkan Kayla. Sebenarnya aku ingin melihatnya sebagai penonton, tetapi Kayla memintaku untuk menemaninya, sehingga hanya mama dan Damar yang duduk di kursi penonton.

Penampilan Kayla sangat memukau, aku kagum bagaimana kelincahan tangannya menghasilkan alunan musik yang indah yang sangat bersahabat di telinga ku. Bakat Kayla sangat luar biasa, melihat Kayla membuatku bertanya pada diriku apakah aku memiliki hal yang aku sukai seperti dia, karena ketika mama dan Kayla mengatakan aku suka menulis aku masih sulit merasakan bagaimana rasa kecintaanku terhadap dunia kepenulisan.

Kayla yang sudah kembali keruang tunggu talent menghampiriku dengan senyum yang sangat lebar.

“Kak, aku bagus gak?” tanya Kayla padaku yang masih tersenyum lebar.

“Bagus pakai sekali” jawabku yang juga tersenyum lebar melihatnya.

“Kakak memang terbaik” Kayla memeluk ku erat, dengan air mata yang jatuh ke pundak ku. Aku menepuk punggung Kayla pelan. Aku tidak tahu apa yang membuat Kayla menangis dalam pelukanku dan aku hanya menunggunya berhenti dalam tangisnya.

***

Kayla sejak menangis di ruang tunggu sampai di mobil perjalanan pulang tidak mengatakan satu katapun padaku, bahkan dia masih bisa bercanda dengan Damar ataupun dengan mama. Aku bingung apa salahku padanya.

“Kamu udah meningkat teknik nya yah Kay” kata mama pada Kayla.

“Ma, lebih baik kalau mama bilang sama aku, kamu bagus, kamu memukau, pertunjukkan tadi istimewa daripada mama bilang meningkat, karena Kayla bermain piano bukan untuk menunjukkan seberapa baik teknis atau peningkatan Kayla, tapi Kayla bermain piano hanya ingin menyampaikan perasaan Kayla untuk seluruh dunia, begitu kata kak….” Kalimat panjang Kayla terhenti ketika dia ingin menyebutkan nama seseorang dan aku yakin bahwa itu namaku. Wajahnya kembali murung dan kembali berkaca-kaca.

“Ia” jawab mama singkat dengan menghela nafasnya, yang terdengar sesak.

“Kayla, mas Damar mau ngasih kamu sesuatu sebagai hadiah buat kamu yang sudah menyampaikan perasaanya ke seluruh dunia melalui pertunjukkan tadi” kata Damar yang mencoba memecah nuansa kesedihan didalam mobil ini.

“Mawar putih” kata Kayla pelan.

“Oke kita pulang dulu, besok mas dan Selena yang cari mawar putih paling cantik buat kamu” Kata Damar.

“Makasih” suara Kayla terdengar seperti menahan tangis, dan mengarahkan pandangannya ke arah jendela dan aku hanya memandanginya dari samping.

***

Malam ini rumah terasa sangat sepi, bahkan mbok Ros yang setiap malam selalu bercerita dengan mama hari ini pun tidak, mama dan Kayla sejak sampai rumah hanya mengurung diri di kamar mereka masing-masing. Aku tahu mereka begini karena ku, karena aku yang lupa akan diriku, apa yang harus aku lakukan supaya mereka kembali tersenyum.

“Ma” aku ketuk pintu kamar mama berharap mama akan mau berbagi resah nya padaku.

“Masuk” kata mama dari dalam kamarnya.

Mama sedang duduk diatas kasurnya memandangi sebuah album foto dan aku ikut duduk bersama mama.

“Album foto siapa ini ma?” tanya ku.

“Album foto Selena dan Kayla, dulu Kayla selalu saja di setiap moment foto berdua dengan kakaknya dan dia selalu mencetak foto tersebut dan diletakkan di album foto khusus berdua” seperti yang ku pikirkan bahwa Kayla benar merindukan sosokku yang dulu.

“Ma, maaf kalau aku menjadi orang asing bagi kalian berdua” aku pun mulai menangis dan memeluk mama.

“Kamu tidak pernah menjadi orang asing bagi mama, kamu tetap anak mama, kamu tetap akan menjadi Selena nya mama” mama memelukku sangat erat.

Malam itu aku habiskan dikamar mama. Mama menceritakan seluruh kejadian antara aku dan Kayla di album foto kami berdua, di mulai dari Kayla yang masih bayi, segala moment Kayla dan foto yang terakhir hari sebelum kecelakaan kata mama. Sampai sekarang mama belum pernah menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi, setiap ditanya mama selalu menghindar dengan beralasan aku belum siap untuk menerima banyak informasi yang nantinya akan membuat kondisiku akan drop, dan bahkan mama tidak pernah menyebut nama Ghandi sekalipun, dan aku pun tidak pernah bertanya, karena Kayla melarang ku untuk itu dan Kayla belum memberikan satupun alasannya.

***

“Janji yang harus ditepati” kata Damar.

Damar yang terlalu pagi sudah menculik ku untuk membelikan bunga mawar putih sebagai hadiah Kayla, bahkan alarm ku pagi ini di gantikan dengan nada dering ku karena Damar sudah menelfon ku sejak subuh.

“Dam, gak kepagian, ini masih jam tujuh loh, udah buka toko bunga nya?” tanya ku yang terdengar sedikit kesal, karena menurutku waktu tidurku belum cukup.

“Pastinya belum buka, tapi aku mau ngajak kamu sarapan dulu” kata Damar yang tersenyum kearah ku.

“Dam, kamu belum ada lanjutin kisah kita yang dulu” aku melihat ekspresi dari Damar yang awalnya tersenyum berubah menjadi serius.

“Kamu se ingin itu menjadi Selena yang dulu” tanya Damar serius.

“Aku ingin kembali menjadi diriku yang sebenarnya Dam, kamu tahu kemaren Kayla nangis diruang tunggu dan sampai pagi ini dia belum bicara sama aku, dan aku yakin itu alasannya karena aku bukan kakak yang dia kenal lagi” mataku berkaca-kaca, Damar hanya diam tanpa berkata apapun. Aku berusaha menahan air mataku yang hampir jatuh.

Damar menghentikan mobil disebuah taman yang terlihat sepi pagi ini. Damar turun dan membawa barang-barang dari bagasi.

“Yuk turun” kata Damar yang sudah berdiri di depan jendela mobil.

“Tapi kita mau sarapan?” tanyaku yang masih didalam mobil.

“Ia, kita mau sarapan, ni aku bawa sarapannya” Damar mengangkat barang yang di ambilnya dari bagasi dan menunjukkannya kepadaku.

Aku turun dan mengikuti Damar ketempat yang bisa kami gunakan untuk duduk dan sambil sarapan.

“Jadi, apa kabar Selena?” Damar tersenyum kearah ku, sontak saja air mataku yang sedari tadi ku tahan akhirnya jatuh juga. Aku menangis terisak-isak di depan Damar, segala sesak yang aku rasakan setelah bangun dari koma dan sampai sekarang akhirnya menemukan wadahnya. Aku tidak pernah menangis seperti ini sedari bangun dari koma, tetapi melihat Kayla yang begitu sedih, aku jadi menyalahkan diriku sendiri.

“Selena itu adalah satu-satunya cewek yang sulit untuk menunjukkan ekspresinya, sedih, marah, bahagia, kecewa selalu sama aja, tetapi kalau sama Ghandi ada dua ekspresi yang akan terlihat yaitu bahagia dan takut” Damar melihat ku dengan mengelus lembut kepalaku.

“Dam, kalau dimata kamu aku gimana?”tanyaku yang masih terisak dan Damar melihatku dengan tertawa kecil.

Damar dan aku menghabiskan sarapan dengan suasana pagi yang sepi, dan sejuk.

“Kamu tahu, ini salah satu impian Ghandi untuk sarapan disini, dia selalu ingin makan bertiga, tapi aku tak pernah mau” kata Damar terdengar sedih.

“Kenapa Dam?” tanyaku yang sudah tidak menangis lagi.

“Aku takut hanya menjadi nyamuk” Damar kembali dengan tawanya.

“Setidaknya kamu kan menjadi saksi kisah cinta kami” kataku melihat Damar tersenyum.

“Benar, saksi dan hanya pemain pendukung di kisah Ghandi dan Selena” kata Damar menatapku. Tatapan Damar membuat ku menjadi canggung, aku kemudian membuka sarapan yang di bawa Damar sebagai pengalihan kecanggungan ku.

***

“Kita sudah sampai” Damar menghentikan mobilnya disebuah toko bunga yang sangat indah, memang toko bunganya tidak terlalu besar hanya satu ruko tapi design luar toko ini sangat cantik menurutku, pintu masuk yang bergaya prancis, lengkap dengan bunga-bunga berwarna-warni diatasnya, dan didalamnya juga bernuansa sangat vintage, begitu banyak bunga disini.

“Mau cari bunga buat mbaknya mas?” kata penjual bunga tersebut.

“Bukan untuk saya” kataku menegaskan.

“Siapa itu?”terdengar dari arah belakang suara perempuan paruh baya terdengar sangat ramah di telingaku.

“Tante Ranty” Damar memeluk wanita paruh baya itu. Damar terlihat akrab dengan wanita paruh baya ini. Wanita paruh baya melihatku dengan senyum yang sangat lebar.

“Selena?” wanita paruh baya itu memeluk ku erat.

“Iaa” kata ku pelan, aku bingung harus berbicara apa, aku hanya melihat Damar yang tersenyum melihat Tante Ranty.

“Aku tahu semua dari Damar, jadi kamu gak perlu takut atau merasa bersalah karena gak kenal Tante” kata tante Ranty yang menggenggam tanganku dengan mata yang berkaca-kaca.

“Baiklah tante kita akhiri reunian ini untuk sementara waktu, jadi aku kesini mau memesan sebuket bunga mawar putih” kata Damar.

Tante Ranty dan Damar terlihat fokus memilih bunga mawar putih yang akan dirangkai, sedangkan aku berjalan pelan mengitari toko bunga ini dan langkah ku terhenti ketika melihat sebuah buket bunga mawar merah yang sangat cantik. Warna merahnya yang sangat menyala, wanginya yang sangat semerbak, seakan memanggilku untuk membawanya pulang bersama ku.

“Dam, aku beli bunga ini juga” Kata ku yang sudah tergoda dengan bunga itu.

“Selena, sejak kapan kamu menyukai mawar merah” tante Ranty dan Damar sudah berdiri tepat di belakang ku dan ikut memandang mawar merah itu. Aku terdiam dengan pertanyaan tante Ranty, dan pastinya jawabannya aku tidak tahu kapan, tapi aku bisa merasakan bahwa aku menyukai bunga ini.

“Yang ini juga yah tante” kata Damar yang menganggukkan kepalanya pelan kepada tante Ranty yang sedang terkejut menatapku.

***

“Dam, aku gak suka mawar merah yah?” tanyaku pada Damar.

“Seingat aku sih enggak, tapi aku gak tau juga yah, karena terlalu banyak yang berubah dari kamu yang aku kenal dulu” kata Damar.

Damar belum menceritakan kenapa dia delapan tahun lalu pindah, pertemuanku dengan Damar bukan seperti teman lama yang sudah lama tidak berjumpa, tetapi seperti orang baru yang sedang berada di tahap saling mengenal.

“Bunga mawar putih ini untuk diapain sama Kayla?” tanyaku penasaran.

“Setau aku, Kayla gak terlalu suka bunga, yang suka bunga mawar putih itu kamu” kata Damar tersenyum melihat ku.

“Entahlah, semoga dengan adanya bunga dari kamu ini, Kayla bisa berbagi sedihnya sama aku” kataku yang juga tersenyum melihat Damar.

“Oh ya, bunga mawar merah itu buat apa?” tanya Damar padaku.

“Aku juga gak tau, tapi karena cantik jadinya aku tergoda deh” kata ku sembari tertawa kecil.

“Berarti itu bunga mawar merah kedua yang aku beli untuk kamu” kata Damar.

“Kedua?” tanyaku penasaran.

“Kita udah sampai” kata Damar dan pintu gerbang di buka oleh pak Rusdi.

“Kamu turun, karena aku mau langsung pergi dan jangan lupa langsung di kasih sama Kayla, bilangin aku ada urusan” Damar mengelus kepalaku pelan, aku hanya bisa menurutinya dan turun sembari melihat mobil Damar pergi dari rumah ku.

“Kak” terdengar suara Kayla di belakang ku.

“Kay, ini bunga dari Damar” kata ku tersenyum memberikan bunga itu kepada Kayla.

“Maaf yah kak, Kayla kemarin gak ada bicara sama sekali dengan kakak” Kayla memelukku erat.

“Kakak ngerti kok” aku menepuk pundak adikku pelan.

“Jadi bunga ini mau kamu apakan?” tanyaku penasaran.

“Mau aku kasih sama teman yang paling spesial dan aku rindukan kak” kata Kayla yang sudah dengan senyum di wajahnya.

“Siapa cie cie” kataku menggodanya.

“Ini bunga dari mas Damar yah? Aduh Duh, selamat tinggal Mas Ghandi” Kayla yang membalas menggoda ku.

“Ghandi tetap nomor satu” kata ku dengan tersenyum.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!