"Assalamualaikum kita pulang " ucap Adibah dkk saat tiba dirumah Adibah.
" waalaikumsalam, Ya ampun kaki kamu kenapa sayang " ucap Dinda panik saat melihat Adibah dibantu berjalan oleh Alex.
" gak apa apa Bun, tadi cuma jatoh" ucap Adibah menenangkan Dinda.
Alex membantu Adibah untuk duduk disofa ruang tv diikuti oleh Tasya dan Fajar.
" Bi..bi...nah tolong ambilin air hangat sama handuk kompres Bi " teriak Dinda saat bi nah menampakkan wajahnya.
Bi nah hanya menurut dan kembali kedapur untuk melaksanakan tugasnya.
" ya ampun ini terkilir sayang, kok bisa gini sih " ucap Dinda khawatir saat memeriksa kaki Adibah.
" didorong sampai jatuh Bun " jawab Tasya yang dihadiahi pelototan oleh Adibah.
" siapa yang berani dorongin anak bunda " ucap Dinda sedikit emosi.
" mantan Steven Bun " jawab fajar dengan polosnya yang dihadiahi lemparan bantal sofa oleh Adibah.
" lemes banget mulutnya " kesal Adibah.
" Ya ampun pasti tu cewek ngiri Steven Deket anak bunda yang cantik ini, sampai mau nyelakain anak bunda " ucap Dinda menggoda adibah.
" apa sih bunda " jawab Adibah salah tingkah.
" behhhh dia ngiri banget Bun sama Dibah, sampe Dibah gak dikasih kesempatan buat Deket sama Steven " sambung Tasya bersemangat.
" parah Bun, sampai Steven diintilin kemana aja " lanjut fajar.
" sampe kita muak liat dia terus ngikutin Steven, eeh dibahnya diam aja " lanjut Alex menyindir Adibah.
Adibah menatap empat sahabatnya garang, tapi diacuhkan oleh mereka.
" ya ampun kasihannya putri bunda " Dinda ikut ikutan meledek Adibah, mereka tertawa bersama.
Adibah yang merasa terpojokkan memilih berdiri, dan berjalan perlahan meninggalkan mereka yang asik bergosip ria tentang dirinya.
" non Dibah ini, air hangatnya " ucap bi Inah.
" bawa ke kamar aja Bi " ucap Adibah berjalan tertatih.
Saat Adibah sudah setengah perjalanan menuju kamarnya Tasya baru menyadari bahwa Adibah sudah tidak ada disofa.
" woy Dib, main tinggal aja " ucap Tasya menyusul Adibah.
" yah Adibah ngambek, kalian sih " ucap Dinda menyusul Tasya
" loh kok kita sih, kan yang mulai duluan si tasya " ucap fajar meminta pendapat Alex, Alex hanya mengedikan bahunya acuh lalu meninggalkan fajar sendirian.
" eeh kok gue ditinggal sendirian sih " teriak fajar mengejar alex.
...***...
Disisi lain Steven sedang berada dirumah Sella, setelah mengantar Sella kerumahnya. Sella memohon untuk ditemani dirumahnya karena ia hanya sendirian kedua orang tuanya masih bekerja. Steven hanya menurut bahkan ia lupa bahwa ia berjanji akan menemani Adibah ketoko buku sore ini.
...***...
Kaki Adibah sudah tidak terlalu sakit lagi, setelah di kompres dengan air hangat oleh Dinda, dan dipijit oleh Tasya. Ya Tasya memang sedikit pandai memijit katanya dulu sebelum mamanya menikah lagi Tasya sering diajari oleh mamanya.
Sekarang Adibah sudah siap untuk pergi dengan Steven, ia tidak tidak sabar ingin pergi berduaan dengan Steven. Tasya dkk sudah berkumpul diruang tv bersama bundanya. Setelah dirasa cukup Adibah ikut turun kebawah, bergabung bersama yang lain, sambil menunggu Steven.
" anak bunda mau kemana udah cantik gini " tanya Dinda saat melihat Adibah bergabung bersama mereka.
" mau ketoko buku sama Steven Bun " jawab Adibah seadanya.
" kakinya udah gak sakit emang ?" tanya Dinda khawatir.
" udah gak Bun tenang aja " ucap Adibah menenangkan .
" ya iyalah gak sakit, orang mau pergi sama pujaan hati " ledek fajar.
" Ih fajar resek " ucap Adibah melempar bantal sofa cukup keras ke wajah fajar.
Gatcah...bantalnya tepat mengenai wajah fajar yang membuat fajar sedikit meringis.
" mimpi apa gue punya sahabat cewek dua duanya suka main kasar " ucapnya sambil mengelus wajahnya yang terasa perih.
" apa maksud Lo dua duanya ? hahh " ucap Tasya dengan tatapan mengintimidasi.
" ampun Kanjeng ratu " ucap fajar mengangkat kedua tangannya seolah memohon.
" takut pun " ledek Tasya dengan logat Upin ipinya.
melihat tingkah fajar yang selalu diluar nalar dan Tasya yang galak mebuat Dinda geleng geleng kepala.
Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol dan bercanda bersama. Dinda bahagia karena Adibah memiliki sahabat yang sangat perduli padanya. Tak terasa hari sudah hampir Maghrib tapi Steven belum kunjung datang. Adibah juga sudah berapa kali menghubunginya tapi tetap saja tidak diangkat.
" belum bisa dihubungi Dib ?" tanya Tasya saat melihat Adibah yang mulai gelisah.
" udah deh Dib, besok aja kita temenin ke toko buku " sambung Alex.
" jangan terlalu berharap Dib, paling Steven lupa karena udah sama Mak lampir itu " lanjut fajar telak.
Benar kata fajar, seharusnya ia tidak usah terlalu berharap, pasti Steven lebih mementingkan Sella dari pada dirinya. Dada Adibah terasa sesak, sakit rasanya ketika menjadi yang terlupakan.
" udah, siapa tau Steven pulang kerumahnya nemuin om Sofyan " ucap Dinda berusaha menenangkan putrinya.
"gak m..plfffft...." Tasya langsung membekap mulut fajar yang akan membuat Adibah semakin bersedih.
" ya udah Dibah keatas ya Bun, mau shalat Maghrib habis itu mau belajar " ucap Adibah mengulas senyum tipis lalu meninggalkan mereka diruang tv. Mereka hanya menatap iba melihat Adibah seperti itu.
Adibah masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya. Ia hanya butuh waktu sendiri. Adibah melaksanakan shalat Maghrib, setelah selesai ia memilih untuk duduk dibalkon kamarnya sambil menikmati dinginnya malam.
" Apakah semua laki laki selalu menyakiti ? Apakah seperti ini yang bunda rasakan saat ayah berselingkuh ? " tanya Adibah pada dirinya sendiri.
Bulir bulir bening membasahi pipinya, Adibah biarkan ia mengalir meluapkan segala emosinya. Ia menangis sambil memeluk lututnya, berusaha menenangkan hatinya. Berharap setelah ini kesedihannya akan hilang.
" Lo dari mana aja jam segini baru pulang ?" tanya Tasya saat Steven memasuki rumah Adibah.
" dari rumah Sellakan tadi gue udah bilang ke kalian " jawabnya tanpa bersalah.
" tuh kan bener kata gue, pasti Steven lupa sama janjinya karena keasikan sama Mak lampir " ucap fajar nyolot.
Steven tampak mencerna ucapan Fajar, tak butuh waktu lama Steven langsung berlari menuju kamar Adibah.
" Dib, kamu di dalam ? Dib maafin aku, aku beneran lupa Dib " ucap Steven dibalik pintu kamar Adibah.
Adibah dapat mendengar suara Steven tapi Adibah enggan untuk bertemu dengannya saat ini.
Dinda ingin mengecek keadaan Adibah, namun ia melihat Steven yang masih mengenakan seragamnya duduk didepan pintu kamar Dibah sambil memohon agar Adibah tidak marah kepadanya, Dinda menghampirinya.
" sudah, ganti seragam dulu, biarkan dia sendiri " ucap Dinda pada Steven.
" I...iya Bun " Steven langsung beranjak menuju kamarnya yang berada didepan kamar Adibah.
Ia benar benar merasa sangat bersalah, bisa bisanya ia lupa bahwa ia ada janji dengan Adibah. Dan bisa bisanya ia terlena dengan Sella padahal dia sudah berjanji pada dirinya untuk memprioritaskan Adibah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
3 like dulu ya. nanti aku balik lagi
ditunggu feedbacknya
2021-01-22
1