Saat ini Adibah dkk sedang berada diruang makan, seperti biasa sebelum berangkat mereka akan sarapan bersama. Tidak ada yang membuka suara hanya ada suara dentingan sendok. Sejak semalam Adibah tidak berbicara sama sekali, bahkan tasyapun terpaksa harus tidur bersama Dinda karena Adibah mengurung diri dikamarnya.
Adibah merasa sudah kenyang ia berdiri dari duduknya dan langsung berpamitan dengan Dinda. Steven sangat yakin ialah penyebab Adibah menjadi seperti itu.
" Dib....." Steven ikut beranjak dan berpamitan dengan Dinda lalu menyusul Adibah yang sudah keluar rumah.
" Dibah, plisss " ucap Steven saat berhasil meraih tangan Adibah.
" kenapa stev ?" tanya Adibah biasa.
" Dib pliss maafin aku, aku beneran lupa" Steven sangat merasa bersalah atas kejadian kemarin.
" aku gak marah kok " ucap Adibah dengan senyum yang sulit diartikan.
" beneran kamu gak marah ? " ucap Steven masih ragu.
" iya stev, semua orang bisa lupa, i am fine " ucap Adibah lagi.
Tiba tiba saja Steven memeluk tubuh Adibah. Adibah merasa jantungnya berdegub sangat kencang saat Steven tiba tiba memeluknya. adibah merasa bahagia bercampur sedih ia takut Steven mengulanginya lagi.
" Dib, aku tau kamu pasti sedih kemarin maafin aku Dib, aku gak bermaksud nyakitin kamu " ucap Steven mempererat pelukannya.
" ehem... masih pagi " ledek fajar yang baru keluar rumah disusul Tasya dan Alex.
Mendengar suara fajar Steven langsung melepaskan pelukannya pada Adibah, merekapun salah tingkah.
" so sweetnya " ucap Tasya alay.
" belum mukhrim woy " goda Alex.
" apaan sih ganggu aja " ucap Steven keki lalu berjalan kegarasi Adibah untuk mengambil motornya.
Wajah Adibah sudah dipastikan sangat merah, karena ia sangat malu kepergok oleh sahabatnya sedang dipeluk Steven, beruntung bundanya tidak melihat.
" cieee udah baikan " goda Tasya menoel pipi Adibah.
" apaan sih sya " ucap Adibah malu malu.
"Dib ayo " ajak Steven saat tiba didepan Adibah.
" oh gitu mentang mentang baikan mau berduaan aja, ok fine kita putus " ucap fajar dengan kealayannya.
" udah sih biarin, sirik aja Lo ayo ntar telat " ajak Alex pada Tasya dan fajar untuk naik kemobil Alex.
Saat Tasya, Alex dan fajar masuk kedalam mobil Adibah juga ikut naik ke atas motor Steven. Steven menyerahkan helmnya ke Adibah namun Adibah tidak menerimanya.
" Dib pake helmnya " ucap Steven menyodorkan helm tersebut kembali.
" gak mau, itu punya Sella " ucap Adibah.
Steven terkekeh mendengar ucapan Adibah, Adibah benar benar polos ia selalu berucap apa adanya, itulah yang membuat Steven tertarik pada Adibah.
" ya udah sekarang kamu pakai helm aku, nanti pulang sekolah kita beli helm baru ya " bujuk Steven menyerahkan helm yang ia kenakan kepada Adibah.
" terus kamu ?" tanya Adibah sambil mengenakan helm Steven.
" udah gampang " ucap Steven lalu melajukan motornya ke pos satpam.
" pak Hadi pinjem helm dong, ni pak Hadi ntar kalo mau pake motor pake yang ini aja " ucap Steven menyerahkan helm yang ia pegang tadi.
" ok, ini den " pak Hadi memberika sebuah helm kepada Steven.
" terimakasih pak " lalu Steven menjalankan motornya menuju sekolah.
Tasya dkk sudah berangkat terlebih dahulu saat Steven sedang menukarkan helmnya. Selama di perjalanan tidak ada yang memulai pembicaraan Steven hanya fokus pada jalanan. Tidak butuh waktu lama merekapun sampai diparkiran sekolah. Tasya dkk sudah sampai karena mobil Alex sudah terparkir diparkiran.
Adibah dan Steven berjalan beriringan dikoridor. Terdengar beberapa murid menggosipkan mereka.
"*eh itu Adibah sama Steven balikan ya "
"kayaknya mereka emang belum putus deh"
"ih, mereka emang cocok banget "
" cocokan Steven sama Sella daripada sama Adibah "
" sok cantik banget, mendingan juga Steven sama gue* "
kira kira seperti itulah beberapa ucapan yang terlontar dari mulut murid murid yang mereka lalui. Steven melihat Adibah sedikit risih digosipkan lalu menggenggam tangan Adibah menyalurkan ketenangan. Adibah menatap Steven, steven membalas dengan senyuman manisnya. Tanpa mereka sadari seorang gadis berjalan tak jauh dari mereka dan melihat semuanya.
" cuma gue yang boleh milikin steven, dan tunggu akibatnya karena Lo berani merebut milik gue " batin gadis tersebut.
Saat mereka berkumpul didepan ruang ujian Adibah disana sudah ada tasya, Alex dan fajar, dan tak lama bel masuk berbunyi, mereka pun berpisah menuju ruangan masing masing.
" Ngerjainnya harus teliti, jangan buru buru " ucap Steven sebelum menuju ruangannya lalu mengacak rambut Adibah.
Adibah tersipu malu, sudah lama Steven tidak mengacak rambutnya, rasanya ia ingin jingkrak jingkrak. Adibah hanya tersenyum malu lalu masuk keruangannya. Moodnya sangat bagus hari ini ia yakin bisa mengerjakan semua soal ujian dengan baik.
...***...
" gak mau terlalu terlalu polos " ini sudah yang kedelapan kali Adibah menolak saran Steven.
" terus maunya yang mana Adibah cantik " ucap Steven gemes.
Sesuai janji Steven, sepulang sekolah mereka langsung menuju toko helm untuk membeli helm baru untuk Adibah. Sudah 30 menit mereka mencari helm yang Adibah inginkan namun belum juga ketemu, dan ini adalah toko ketiga yang mereka masuki.
" stev... nah yang ini " tunjuk Adibah pada sebuah helm.
Helm berwarna biru langit dengan motif awan putih menarik perhatian Adibah.
" ya udah, yuk ke kasir " ajak Steven.
Steven membayar kekasir sedangkan Adibah menunggu dipintu masuk toko. Dan tak lama Steven datang dengan barang belanjaannya.
" stev, laper makan yuk " ucap Adibah manja.
Adibah memang selalu manja jika bersama orang terdekatnya terlebih kepada Steven.
" ayo makan disana ?" tunjuk Steven pada restoran yang tidak jauh dari tempat mereka.
Adibah menggelengkan kepalanya, pertanda tidak setuju.
" aku mau makan bakso yang waktu itu kita pernah makan bareng Tasya dkk" ucap adibah.
Steven tau bakso yang dimaksud Adibah adalah bakso pinggir jalan yang tidak jauh dari rumahnya.
" ok, ayo tuan putri " ucap Steven yang membuat Adibah tersenyum malu.
Tak membutuhkan waktu lama mereka tiba dibakso yang Adibah inginkan, karena memang jaraknya tidak terlalu jauh. Steven memesan dua mangkuk bakso.
" Dib, aku minta maaf ya masalah kemarin " ucap Steven menggenggam tangan Adibah.
" iya gak apa apa aku udah maafin kok stev " Adibah membalas memegang tangan Steven.
" aku sayang kamu Dib, tapi aku belum yakin dengan perasaan aku, aku gak mau suatu saat nyakitin kamu dib " jelas Steven merasa bersalah.
" aku ngerti stev, aku bisa Deket sama kamu kayak sekarang aja udah bersyukur " Adibah memberikan senyum termanisnya.
" terimakasih ya udah mau ngertiin aku " ucap Steven membalas senyuman Adibah.
Pesanan merekapun tiba, mereka langsung menyantap baksonya. Tampak sesekali mereka tertawa terlihat jelas bahwa Adibah sangat bahagia saat ini. Adibah berharap ia bisa terus bahagia seperti ini bersama Steven.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments