Satu minggu pun berlalu, gelang pemberian Yusuf masih terpasang dipergelangan tangannya Zahira. Sore itu Zahira sedang fokus membaca buku pemberian dari umi Fadlun, iya sampai berulang ulang membacanya karna sedikit kurang faham. Zahira sedang berusaha memantaskan diri untuk Yusuf. Meski sikap selebornya yang susah dihilangkan dan sulit dibuang, tapi setidaknya Zahira sudah berusaha. Sifatnya yang seperti itu seakan sudah mendarah daging. Hanya saja dia lebih sedikit bisa mengurangi kegenitannya, meski tak banyak yang diberubah. Zahira yang ceria dan menggemaskan yang sedikit sulit untuk berlemah lembut, itu adalah kepribadiannya yang sulit untuk dirubah. Itu adalah jati diri Zahira yang apa adanya. Iya berharap sifatnya yang heboh bisa mengimbangi sifat Yusuf yang kalem.
Erika pun kini sedang asik belajar. Tiba tiba Syifa mengetuk pintu.
Tok tok tok.
" Asalamualaikum"
" Waalaikum salam" jawab Erika sambil membuka pintu. Dilihatnya Syifa sedang berdiri di depan pintu.
" Masuk Syifa" ajak Erika.
Syifa pun menatap Zahira.
" Apa Syifa, kenapa menatapku seperti itu?" tanya Zahira heran.
" Dua jam yang lalu aku melihat ustadzah Ulfi sama ustad Azam pergi, kudengar mereka pergi ke bandara untuk menjemput ka Yusuf" tutur Syifa.
Zahira pun terkejut.
" Benarkah???" tanya Zahira antusias.
Syifa pun mengangguk ngangguk.
" Kau tidak mau menyambutnya Ira?" tanya Erika. Zahira malah terdiam sambil menatap buku pemberiannya umi Fadlun.
" Iya ka Ira, kenapa tidak menyambut ka Yusuf, kita menyalakan petasan yang banyak untuk penyambutan" ucap Syifa memberi ide.
" Kau fikir ka Yusuf mau disunat pake menyalakan petasan segala" gerutu Zahira hingga Erika tertawa tawa.
" Kalau menyambut pake petasan, sudah pasti nanti kita diseret ustad Usman ke perkebunan untuk di beri hadiah alias dihukum" ucap Erika.
" Kau tidak mau menyambutnya, atau hanya sekedar saling menatap untuk melepas rindu?" ucap Erika.
" Aku ingin bertemu ka Yusuf, aku rindu, tapi aku tidak punya kepercayaan diri untuk menemuinya" ucap Zahira menunduk.
" Kenapa?" tanya Erika heran.
" Aku belum menjadi wanita yang diinginkannya, aku belum menjadi wanita shalehah yang menjunjung tinggi kehormatannya, aku pun belum menjadi wanita yang di idamkannya. Aku malu, aku malu bertemu ka Yusuf" tutur Zahira. Erika dan Syifa pun terdiam saling lirik.
" Tumben ka Ira punya malu" bisik Syifa.
" Sssttthh" ucap Erika.
" Kau yakin tidak mau bertemu Yusuf?" tanya Erika. Zahira hanya menunduk. Tiba tiba saja seorang Zahira yang selebor mendadak hilang kepercayaan dirinya.
" Kau tidak perlu malu Ira, kau sudah berusaha semampumu untuk menjadi wanita idamannya Yusuf. Kalau Yusuf memang mencintaimu, dia pasti akan menerimamu apa adanya, tidak perduli lagi dengan sifatmu yang selebor dan pecicilan, tidak perduli lagi dengan kecerdasanmu yang berbeda dengan yang lain" tutur Erika. Zahira pun menatap Erika.
" Apa menurutmu ka Yusuf menaruh hati padaku?" tanya Zahira.
" Menurutku Yusuf ada hati padamu saat dia mau pergi ke Kairo, buktinya dia memberimu gelang jelek dan berharap kau mau berubah menjadi lebih baik"
" Gelangnya tidak jelek, tapi bagus" gerutu Zahira.
" Iya iya gelangnya bagus" Erika pasrah.
" Apa menurutmu setelah lima tahun berlalu perasaan ka Yusuf tidak berubah?"
" Aku tidak tau, 5 tahun itu waktu yang cukup lama, dengan waktu 5 tahun juga, seseorang bisa saja berubah" ucap Erika.
" Maksudnya?"
" Ya siapa tau saat dia pergi ke Kairo, dia ada hati padamu, tapi setelah sampai di Kairo, dia bertemu wanita yang lebih menyebalkan darimu, dan Yusuf menaruh hati padanya" tutur Erika hingga Zahira cemberut kesal.
" Kau jangan mematahkan hatiku seperti itu Erika" gerutu Zahira. Erika malah tertawa.
" Maaf Ira, aku hanya bercanda, lagi pula tidak akan ada perempuan menyebalkan selain dirimu" ucap Erika sambil tertawa tawa.
" Kau jangan membuatku kesal begitu" ucap Zahira.
" Sssttth, jangan banyak berdebat, ayo kutemani kau untuk bertemu Yusuf"
" Aku malu"
" Ayo ka, nanti kau menyesal, semua santri mendadak genit setelah mendengar kepulangan ka Yusuf, mereka sudah bersiap siap untuk mengintip ka Yusuf di jendela asrama" tutur Syifa.
" Benarkah???" tanya Zahira penasaran. Syifa pun mengangguk ngangguk.
" Masih malu?" tanya Erika.
" Aku mau melihat ka Yusuf, tapi kita ngintip saja, jangan sampai ka Yusuf melihat kita" ucap Zahira.
" Loh kenapa??"
" Kalau aku tetap maksa ingin bertemu k Yusuf, nanti aku kelihatan genit sekali, lagi pula nanti om ustad bisa menghukum kita kalau ketahuan bertemu dan genit pada k Yusuf" tutur Zahira.
" Ya sudah kita lihat Yusuf dari kejauhan" ucap Erika. Zahira Erika dan Syifa pun keluar asrama. Di lihatnya semua santri putri sedang berkumpul menatap kerah luar dari jendela kamar masing masing. Zahira langsung menggeram dan langsung menghampiri para santri di luar jendela.
" Mau pada bintitan ya ngintip ngintip" gerutu Zahira sambil menutup semua jendela di tiap kamar santri putri dari luar.
" Huuuuuuuu"
Semua menyoraki Zahira. Erika dan Syifa pun tertawa tawa. Kini ketiga perempuan itu sudah berdiri bersembunyi di balik pohon besar yang ada disebrang jalan.
" Ssstth, jangan berisik ya, nanti ketahuan" pinta Zahira.
" Yakin tidak mau menyapa Yusuf?" tanya Erika. Zahira hanya menggeleng.
" Aku malu" ucap Zahira sambil menunduk.
Dilihatnya ada sebuah taxi berhenti didepan gerbang pesantren.
" Eh apa itu Yusuf yang datang?" ucap Erika.
Zahira sudah deg degan dibuatnya. Saat mobil berhenti, ustadzah Ulfi pun turun dari mobil bersama ustad Azam.
" Sepertinya benar itu mobilnya Yusuf" ucap Erika kembali. Mata Zahira tidak berkedip menatap ke arah taxi itu.
" Ka Yusufnya mana?" ucap Syifa penasaran.
" Sssttth"
Setelah ustadzah Ulfi turun, lalu turunlah kakek Rohman.
" Astaghfirullah, ka Yusuf pulang dari Kairo mendadak tua" ucap Syifa. Zahira dan Erika langsung mengernyitkan keningnya.
" Itu mbah Rohman Syifa" Erika menegaskan.
" Ooooh"
Zahira terus pokus menatap taxi itu hingga keluarlah Yusuf (23 tahun). Tanpa terasa senyum Zahira muncul begitu saja tanpa diduga. Yusuf yang kini tumbuh dewasa, terlihat tampan dengan postur tubuhnya yang tinggi.
" Subhanallah ka Yusuf" batin Zahira sambil tersenyum. Rindu yang selama 5 tahun terpendam, kini telah terbayar sudah saat melihat Yusuf meski hanya melihat dari kejauhan. Zahira tak henti hentinya tersenyum melihat laki laki yang menjadi pujaan hatinya itu.
Saat Syifa melihat Yusuf, iya pun tersenyum senyum.
" Waaah ka Yusuf hensem banget" ucap Syifa hingga Erika yang mendengar pun langsung menutup mata Syifa dengan tangannya.
" Kondisikan matamu bocah ingusan" ucap Erika. Namun Syifa malah menepis tangannya Erika.
" Ka Yusuf tampan mirip Humood Alkhunder, eh mirip Maher Zain eh bukan, mirip putranya ustad Azam" tutur Syifa.
" Mingkem Syifa" pinta Erika. Erika pun menatap Zahira yang kini sedang tersenyum.
" Yakin tidak mau menghampirinya?" tanya Erika. Zahira langsung menunduk.
" Aku malu"
Yusuf, ustadzah Ulfi, ustad Azam dan kakek Rohman pun masuk ke pesantren itu. Yusuf tersenyum saat melangkahkan kakinya di pesantren.
" Alhamdulilah, bisa pulang ke pesantren lagi" batin Yusuf senang.
Ustad Usman dan Ustad Soleh pun menyambut kedatangannya Yusuf.
" Asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Yusuf pun tersenyum lalu bersalaman dengan ustad Soleh dan ustad Usman.
" Selamat datang ya Suf"
Yusuf pun tersenyum mengangguk.
" Terima kasih ustad"
" Bagaimana kabarnya?"
" Alhamdulilah baik ustad"
" *S*i Yusuf makin tampan, pasti si selebor makin tergila gila" batin ustad Usman.
Mata Yusuf pun mencari cari sesuatu dari arah satu ke arah yang lain.
" Cari apa Suf?" tanya ustadzah Ulfi.
" Tidak apa apa umi"
Mereka pun berjalan kembali menuju rumahnya ustad Azam. Yusuf masih mencari cari sesosok gadis mungil yang iya juga rindukan. Zahira yang dicari pun malah bersembunyi.
Zahira, Erika dan Syifa masih bersembunyi di balik pohon besar.
" Ssstth, jangan bersuara, mereka berjalan kemari"
Saat rombongan Yusuf melewati pohon itu, Yusuf memegangi dadanya yang bergetar tak biasa. Yusuf pun lihat kanan lihat kiri hingga Zahira cs langsung merubah posisi agar tidak ketahuan ngintip ngintip, namun tiba tiba Zahira tidak sengaja menginjak kakinya Syifa
namun saat Syifa mau menjerit, Erika langsung sigap membekap mulutnya.
" Tahan dulu sampai Yusuf pergi jauh"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
nay.be
Bener banget ustadz Usman 👍😂
2023-08-16
1
nay.be
🤣🤣🤣
2023-08-16
1
nay.be
😂😂😂
2023-08-16
1