Zahira berjalan pulang ke asrama sambil membawa 2 amplop berisi uang jajan dari kedua kakaknya. Biasanya iya akan berjingkrak jingkrak setelah mendapatkan gaji mingguannya (uang jajan). Tapi kali ini dia berjalan lunglai tak bersemangat setelah Syakir menyuruhnya untuk mengucapkan selamat tinggal pada Yusuf, meskipun Zahira belum tau pasti tentang kepergian dirinya atau kepergian Yusuf.
" Sebenarnya ka Yusuf itu mau kemana sih?, kenapa tiba tiba Syakir menyuruhku untuk mengucapkan selamat tinggal. Apa aku yang akan dibawa pergi. Apa Syakir hanya mengerjaiku saja?" batin Zahira.
Di tengah jalan ia bertemu dengan Dewi. Dewi sedang nencari cari Syifa putrinya.
" Asalamualaikum Ira"
" Waalaikum salam ka Dewi" jawab Zahira tak bersemangat hingga Dewi megernyit heran.
" Kau kenapa Ira?, apa kau sakit?" tanya Dewi.
Zahira pun mengangguk ngangguk.
" Memangnya kau sakit apa?" tanya Dewi kembali.
" Aku sakit hati"
Dewi langsung menyipitkan matanya.
"Kumat"
" Ka Dewi sedang cari apa?" tanya Zahira.
" Cari Syifa, di cariin di asrama tidak ada, di rumah juga tidak ada, masa iya dia diculik"
"Ka, kalau Syifa diculik, jangan dicariin dulu ya, biar dia bisa merasakan sesuatu yang menyenangkan dalam hidupnya" ucap Zahira.
" Heeeh sembarangan kalau kau bicara" gerutu Dewi. Zahira malah tertawa tawa.
" Ya sudah aku pergi dulu mau cari Syifa, asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Setelah kepergian Dewi, Zahira pun kembali melangkahkan kakinya menuju asrama.
Setelah sampai di asrama, Zahira langsung masuk ke kamarnya ( Dedemit alam gaib). Zahira duduk di tempat tidurnya sambil mengerucutkan bibirnya hingga Erika yang melihatnya merasa heran.
" Kenapa bibirmu cemberut begitu?" tanya Erika.
" Aku lagi galau"
" Masa???"
" Hmmm. Si Syakir minta aku untuk ngucapin selamat tinggal sama ka Yusuf. Apa coba maksudnya?" Zahira heran sendiri.
" Memangnya kau mau kemana?" tanya Erika ikutan kepo.
" Aku tidak akan pergi kemana mana"
" Sudahlah jangan difikirkan ucapannya Syakir, diakan masih anak anak, bicaranya juga pasti asal asalan" ucap Erika.
* * * * * * * * *
Keesokan harinya.
Setelah selesai mengikuti pelajaran dari ustadzah Ulfi, Zahira pun berjalan bersama Syifa ke luar kelas. Zahira sudah menatap ustadzah Ulfi yang kini sedang berjalan sendirian.
"Aku penasaran, apa aku harus bertanya pada ustadzah Ulfi tentang ka Yusuf. Tapi aku malu, tapi juga penasaran. Ya sudah buang saja rasa malunya, kau kan memang tidak punya rasa malu Zahira, he he" batin Zahira.
Zahira pun sedikit berlari untuk mengejar ustadzah Ulfi hanya sekedar ingin bertanya tentang putranya.
" Ustadzah" panggil Zahira sambil berlari. Seketika ustadzah Ulfi langsung menghentikan langkahnya dan menatap Zahira.
" Kenapa Ira?" tanya ustadzah Ulfi.
Zahira sedikit ragu untuk bertanya.
" Eeee, boleh aku tanya sesuatu??"
" Tentu"
" Ka Yusuf mau pergi kemana ustadzah?" tanya Zahira.
Bukannya menjawab, ustadzah Ulfi malah tersenyum.
" Ko ustadzah malah senyum?" tanya Zahira.
" Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya balik ustadzah Ulfi. Zahira malah menggeleng hingga ustadzah Ulfi kembali tersenyum.
" Yusuf mau menuntut ilmu, insya Allah ke Kairo, dia pergi bersama mbahnya. Itu juga baru rencana" ucap ustadzah Ulfi. Zahira pun terkejut dan hampir tak percaya. Zahira sudah ingin menangis berguling guling, namun iya tahan karna malu kalau harus menangis dan berguling guling dihadapan calon ibu mertua.
" Apa aku boleh ikut?" tanya Zahira sambil menatap ustadzah Ulfi. Ustadzah Ulfi malah tertawa kecil.
" Kau jangan ikut, nanti Yusuf tidak fokus belajarnya, bisa bisa Yusuf ke sana hanya memanandangimu saja" goda ustadzah Ulfi hingga Zahira tersenyum getir.
" Kau menuntut ilmu di sini saja sama ustadzah Ulfi"
Zahira hanya diam sambil menundukan kepalanya, hingga ustadzah Ulfi tersenyum lalu membelai lembut wajah imutnya Zahira.
" Kau tau tidak, kisah kasihnya ustad Riziq sama Aisyah dulu?" ucap ustadzah Ulfi hingga kini Zahira menatap ibunya Yusuf itu untuk meminta jawaban.
" Yang mana?" tanya Zahira.
" Dulu kakakmu itu pergi ke kairo untuk menuntut ilmu, dan Aisyah belajar disini bersama ustadzah, mereka sama sama belajar meskipun di tempat yang berbeda. Allah tidak akan pernah kehabisan cara untuk menyatukan yang berjodoh. Sejauh apapun jaraknya, sebesar apapun perbedaannya, Allah pasti satukan mereka" tutur ustadzah Ulfi. Zahira pun terdiam.
" Apa aku berjodoh dengan ka Yusuf?. Jika aku di sini dan ka Yusuf pergi ke kairo atau kemana pun, dan perbedaan kami yang bertolak belakang. Ka Yusuf yang kecerdasannya di atas rata rata, sementara aku yang kecerdasannya dibawah rata rata, apa Allah akan satukan kami???" batin Zahira bertanya tanya.
" Dengarkan ustadzah ya Ira, jika kau dan Yusuf berjodoh, insya allah, sejauh apapun jarak diantara kalian dan seberapa lama kalian tidak berjumpa, Allah pasti satukan kalian" ucap ustadzah Ulfi. Zahira pun mengangguk ngangguk, matanya sudah berkaca kaca.
" Ustadzah pulang dulu ya, jangan terlalu difikirkan, asalamualaikum" ucap ustadzah Ulfi sambil berlalu pergi.
" Waalaikum salam"
Zahira sudah menitikan air matanya.
" Aduh, ini baru rencana saja air mataku sudah meleleh, bagaimana jika benar benar terjadi, sudah pasti nanti aku banjir air mata" gumam Zahira sambil menyeka air matanya.
Zahira pun berlari menuju rumahnya Riziq. Ditengah jalan iya menabrak Dewi.
BRUUUGH.
zahira tersungkur di jalan.
" Astaghfirullah Ira"
Dewi langsung membangunkan Zahira.
" Ira kau tidak apa apa?" tanya Dewi. Bukannya menjawab, Zahira malah kembali berlari sambil menangis, membuat Dewi mengernyit heran.
" Si selebor kenapa?, tumbenan dia nangis, pasti ada sesuatu. jangankan di marahi, di culik saja dia tertawa, tapi ini menangis, pasti ada kejadian genting. Apa dia berantem dengan Erika???" gumam Dewi.
* * * * * *
Sementara di rumahnya Riziq. Di sana sedang ada ustad Usman sedang bertamu membicarakan tentang Zahira bersama Riziq. Mereka duduk di depan rumah bersama Aisyah.
"Aku sendiri bingung, entah kenapa kecerdasan Zahira sangat sulit berkembang, padahal dia sudah kuberi les pelajaran tambahan" ucap ustad Usman.
" Erika juga sering membantunya belajar dan mengaji" ucap Aisyah. Riziq pun terdiam.
" Ira itu berbeda dengan yang lain. Setiap pelajaran yang yang diterimanya, hanya sekitar 30 sampai 40 % saja yang masuk dalam otaknya" tutur Riziq. Semua nampak bingung.
" Apa Ira pernah kepeleset hingga kepalanya terjedot dan terjadinya pergeseran otak yang mengakibatkan daya tangkap pelajarannya melemah?" tanya ustad Usman.
" Aku tidak tau. Aku menemukannya setelah dia berusia 15 tahun. Aku tidak tau apa yang pernah terjadi dengannya sebelumnya" ucap Riziq.
Tiba tiba terdengar teriakan Zahira yang membahana.
" KA RIZIIIIIIIIIIIIQ"
Semua nampak terkejut. Zahira datang lalu berguling guling kesana kemari dihadapan mereka sambil menangis. Hingga Riziq, Aisyah dan ustad Usman menganga.
" Astaghfirullah alazim"
" Ira kenapa kau berguling guling?" tanya Riziq.
" Aisyah, cepat kau buatkan aku kopi panas, aku sudah tidak sabar ungin menyembur ubun ubunnya si Zahira" ucap ustad Usman.
" Eh bocah semprul, kalau kau ingin berguling guling jangan disini, berguling gulinglah di tanah perkebunan sana" gerutu Riziq sambil membangunkan adik perempuannya itu.
" Tidak apa apa berguling guling disini juga, lantai jadi bersih" ucap Aisyah sambil cekikikan. Zahira sudah bangun sambil menangis.
" Katakan kau kenapa?" tanya Riziq.
" Ka Yusuf mau pergi ke Kairo, aku ingin ikut, sekarang ka Riziq buatkan aku paspor sama Visa" tutur Zahira. Semua nampak mengernyitkan kening masing masing.
" Ustad Riziq, adikmu benar benar minta dirukiah" ucap ustad Usman.
" Untuk apa kau minta dibuatkan paspor sama visa?" tanya Riziq.
" Tadikan aku bilang mau ikut ka Yusuf belajar disana. Boleh ya ka plis pliiiiis" Zahira memelas hingga Riziq kesal.
" Iya, nanti kubuatkan paspor sama visa dan keperluan lainnya, akan kukirim kau ke kairo, dan kujadikan kau sebagai TKI disana" gerutu Riziq. Zahira sudah cemberut kesal, sementara Aisyah dan ustad Usman sudah cekikikan.
" Hi hi hi hi"
" Bukan jadi TKI, tapi aku ke sana mau menuntut ilmu bersama ka Yusuf" tegas Zahira.
" Kau fikir menuntut ilmu di Kairo tidak butuh uang banyak?" tanya Riziq sambil menggerutu.
" Leee, daun pandan masih banyak dibelakang rumahnya mang Ilham" ucap Aisyah hingga Riziq memicingkan matanya.
" Maaf Le bercanda" ucap Aisyah sedikit takut.
" Plis ya ka, buatkan aku paspor sama keperluan lainnya" pinta Zahira memelas.
" Ustad Riziq, buatkan saja paspor sama keperluan lainnya, kasihan adikmu ini. Tapi jangan buat paspor untuk ke Kairo, tapi buatkanlah dia paspor menuju alam gaib. Biar Zahira bisa berkumpul dengan sebangsanya" tutur ustad Usman hingga Zahira menggeram.
" Jangan macam macam om ustad" gerutu Zahira.
" Ka, pliiiiiis" Zahira memelas.
" Uni, kau bawa air mendidih sama handuknya, kau kompreslah ubun ubunnya Zahira" pinta Riziq sedikit kesal. Zahira sudah mengerucutkan bibirnya. Sementara Aisyah dan ustad Usman langsung tertawa kembali.
" Ha ha ha ha"
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Cerita ini dibuat untuk menghibur semata. Jika ada ucapan atau perbuatan yang kurang menyenangkan, saya minta maaf. Tidak ada sedikitpun niat dalam hati untuk menyinggung atau merendahkan apapun. Ambil positifnya saja.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Mmh Astri
💪💪💪👍😁🥰
2023-06-15
1
Revansyah Sunah Revan
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-12-11
3
Fadilah Herbalis Nasa
🤣🤣🤣
2021-08-12
2