5 TAHUN KEMUDIAN
Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun kini terlewati begitu saja. Jangan tanyakan lagi seberapa rindu Zahira pada Yusuf, jawabannya sudah tidak terhitung lagi, dan bisa meledak kapan saja.
Zahira yang kini sudah menginjak usia 22 tahun, tumbuh dewasa dan masih periang seperti dulu. Zahira masih terlihat imut, cantik dan menggemaskan. tubuhnya yang mungil dan penampilannya yang berubah berkali lipat dari saat Yusuf pergi. Sifat buruknya sedikit demi sedikit di buangnya, kecerdasannya pun sedikit demi sedikit bertambah meski tak sepintar dan secerdas Erika dan Yusuf, setidaknya Zahira sudah ada peningkatan. Riziq, ustad Usman serta Erika selalu siap sedia membantu Zahira belajar. Kini Erika pun tumbuh menjadi gadis dewasa cantik dengan perawakan tinggi, semampai, sudah terlihat mirip dengan Anisa. Dan Syifa ???????.
Kini pagi pagi sekali Zahira sudah berdiri di gerbang depan pesantren. Zahira berdiri menatap ke arah jalan menunggu sesuatu. Bang Muklis sekuriti sekaligus ayahnya Syifa menghampiri Zahira.
" Asalamualaikum neng Ira" sapa bang Muklis.
" Waalaikum salam bang Muklis"
Bang Muklis sedikit heran melihat Zahira berwajahkan sendu.
" Neng Ira sedang apa berdiri di depan gerbang, apa mau menggantikan abang sebagai sekuriti?" ucap bang Muklis.
" Ikh, bang Muklis, aku tidak sedang berjaga, tapi aku sedang menunggu calon imamku pulang, aku sudah rindu" jawab Zahira.
" Untuk apa menunggu calon imam pulang?, memangnya neng Ira sudah punya calon imam?" tanya bang Muklis kembali.
" Tentu saja ada bang, tapi masih angan anganku" ucap Zahira memelas.
Tiba tiba datanglah Syifa yang kini sudah berusia 12 tahun, tubuhnya lama lama sedikit mirip dengan ibunya, menghampiri mereka.
" Asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
" Eh, anak ayah pagi pagi udah ke depan, mau kemana Syifa?" tanya bang Muklis.
" Aku mau minta daun pandan yah, ibu kasih sedikit hari ini" ucap Syifa merajuk.
" Daun pandan??"
" Hmmm"
" Kenapa tidak pecahkan celenganmu saja" goda bang Muklis pada putrinya. Syifa hanya mengerucutkan bibirnya. Bang Muklis pun tersenyum lalu memberikan uang 5.000 pada Syifa.
" Ini tambahan uang untukmu"
" Tapi ini coklat Yah, bukan daun pandan" protes Syifa.
" Nanti siang kesini lagi ya, ayah belum kasbon sama ustad Usman" ucap bang Muklis. Syifa pun mengangguk lalu menatap Zahira yang kini sedang melamun sambil menatap gelang pemberian dari Yusuf.
" Ka Ira sedang apa disini?, mau jadi fatner kerja ayahku ya jadi sekuriti?" tanya Syifa.
" Aku sedang rindu pada ka Yusuf, siapa tau saja dia mendadak pulang"
" Syifa, ajak neng Ira pulang ke asrama, kalau ketahuan ustad Riziq bisa berabe urusannya" pinta bang Muklis. Syifa malah cemberut.
" Aku yang anaknya sendiri dan masih berusia 12 tahun di panggil nama, sementara ka Ira anak orang lain dan usianya sudah 22 tahun di panggil èneng, dunia memang kejam" gerutu Syifa sedikit kesal.
Zahira sudah tertawa tawa.
" Pada kenyataannya semua orang menyayangiku Syifa"
" Ayo ka Ira kita pergi" ajak Syifa.
Mereka pun berjalan menuju asrama. Tidak sengaja bertemu dengan Erika.
" Kalian dari mana bisa barengan begitu?" tanya Erika.
" Dari depan. Kita ke tepi perkebunan yu" ajak Zahira.
" Ayo, tapi jangan berisik berisik ya, takut ketahuan ustad Usman, nanti kita dihukum lagi" ucap Erika.
" Tapi hari inikan hari libur"
Mereka bertiga pun berjalan menuju perkebunan. Langkah demi langkah mereka lalui hingga kini mereka sampai dan duduk di kursi bambu. Zahira sudah memandang lurus ke tepi perkebunan.
" Tidak terasa ya aku mondok di sini sudah 6 tahun" ucap Erika.
" Aku dari berojol hingga sekarang tetap tinggal di pesantren ini" ucap Syifa.
" Sudah 5 tahun ka Yusuf pergi, tapi tetap tidak ada kabar. Aku rindu" ucap Zahira sedih.
" Kenapa tidak minta nomer hp nya Yusuf" ucap Erika.
" Aku sudah minta berkali kali pada ustadzah Ulfi, dia bilang nanti aku mengganggu konsentrasinya, nanti ka Yusuf akan konsentrasi padaku dan lupa tujuan utamanya pergi ke Kairo" tutur Zahira.
" Ustadzah Ulfi bilang begitu?"
" Hmmm"
Erika pun terdiam dan mulai berfikir.
" Bagaimana kalau kau minta pada Hasan saja, aku yakin dia punya nomernya Yusuf, secara diakan sahabatnya Yusuf" ucap Erika.
" Caranya bertemu Hasan gimana?, aku tidak mau menyelinap ke asrama santri putra, aku takut dihukum ka Riziq sama om ustad" ucap Zahira.
" Kenapa tidak minta tolong pada Syakir" Erika memberi ide. Zahira pun tersenyum, lalu kembali cemberut.
" Tapi keponakanku yang ini sangat menyebalkan" gerutu Zahira.
" Kasih sesuatu buat Syakir" Erika kembali memberi ide.
" Ok nanti kucoba"
_ _ _ _ _ _ _ _
Sore pun tiba, Zahira sudah berjalan menuju rumahnya ustad Rasyid. Di jalan iya bertemu dengan Riziq.
" Asalamualaikum"
" Waalaikum salam, kau mau kemana Ira?" tanya Riziq.
" Aku mau ke rumahnya ka Rasyid"
" Tumben sore sore begini kau ke rumahnya aang Rasyid, jangan bilang kalau kau mau minta lagi uang jajan" ucap Riziq.
" Ka Riziq suudzon aja deh, aku mau ketemu ka Rasyid cuma mau minta tolong sama dia buat jadi wali nikahku kalau ka Yusuf sudah pulang he he" tutur Zahira.
" Ku cubit urat sarafmu" gerutu Riziq.
" Aku kan bercanda ka Riziq. Aku mau ketemu Syakir ada perlu"
" Syakir???"
" Hmmm"
" Ada perlu apa kau sama Syakir??" Riziq penasaran.
" Sssttthh, jangan kepo nanti ubanan. Asalamualaikum" pamit Zahira.
" Waalaikum salam"
Zahira kembali melanjutkan langkahnya hingga sampai di depan rumah ustad Rasyid.
Tok tok tok
" Asalamualaikum"
Ceklek.
" Waalaikum salam" jawab ustad Rasyid sambil membuka pintu.
" Ira"
" Syakir ada gak ka?" tanya Zahira.
" Ada"
Ustad Rasyid pun memanggil Syakir, tidak lama kemudian Syakir datang menghampiri. Syakir yang kini berusia 12 tahun, sudah terlihat sangat tampan seperti ayahnya.
" Ada apa abi?" tanya Syakir.
" Tantemu nyariin"
Syakir pun menatap Zahira.
" Ada apa tante Ira?" tanya Syakir.
" Syakir tanye Ira ada perlu denganmu"
" Kau ada perlu apa sama Syakir?" tanya ustad Rasyid curiga.
"Ini rahasia ka, urusan perempuan" jawab Zahira. Hingga ustad Rasyid dan Syakir memicingkan matanya.
" Apa maksudnya tante Ira urusan perempuan?, aku ini seorang laki laki tampan" ucap Syakir menyelidik hingga Zahira tersenyum senyum.
" Oh iya tante Ira lupa kalau keponakan tante Ira ini keponakan paling tampan setelah Adam hi hi" tutur Zahira hingga kini Syakir kembali memicingkan matanya.
" Adam hanya manis, yang tampan itu aku" protes Syakir.
" Iya iya, Syakir tampan dan Adam manis" ucap Zahira pasrah.
" Terus ada perlu apa tante Ira denganku?" tanya Syakir kembali. Zahira sedikit menarik tangannya Syakir sedikit menjauh dari ustad Rasyid.
" Tolongin tante Ira ya, tolong tanyakan pada Hasan, tante Ira minta nomer ponselnya ka Yusuf" bisik Zahira.
" Kenapa harus minta sama ka Hasan, aku juga punya nomernya ka Yusuf" ucap Syakir.
" Benarkah????"
" Hmmmm"
" Kenapa tidak dari dulu kau bilang kalau kau punya nomernya ka Yusuf. Keponakan durhaka kau" gerutu Zahira.
" Tante Ira mau tidak nomernya ka Yusuf?"
" Tentu" ucap Zahira penuh harap.
" Kita barter ya" pinta Syakir hingga Zahira mengernyitkan keningnya.
" Barter dengan apa?, poin, koin atau daun pandan?" tanya Zahira.
" Aku tidak mau itu semua, aku mau yang lain dari yang lain" jawab Syakir. Zahira mulai berfikir lalu tersenyum dan mengambil kertas yang dilipat lipat dari saku bajunya.
"Tante Ira cuma punya ini, ini harta tante Ira yang paling berharga" ucap Zahira.
" Benarkah???"
" Hmmm"
" Ok kita barter"
Zahira memberikan kertas itu pada Syakir, dan Syakir pun memberikan nomer ponsel Yusuf pada Zahira.
" Ok barter sukses"
Zahira pun tersenyum senyum melihat nomer itu. Syakir masih penasaran dengan kertas yang diberikan tantenya itu.
" Syakir tante Ira pulang dulu ya. Terima kasih untuk nomernya. Asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Zahira kini pergi dari rumah kakaknya itu. Syakir sudah membuka kertas itu karna penasaran.
"PAGI MINUM JAMU
SIANGNYA BELI KELAPA
DUH ZAHIRA SENYUMU,
MANIS BAGAIKAN GULA."
Syakir pun mengernyit setelah membaca isi kertas itu.
" Hueek hueeek Oo Oo"
Syakir serasa ingin muntah membaca surat itu. Ustad Rasyid hanya tersenyum melihat kelakuan putra dan adik perempuannya itu.
Zahira pun pergi ke perkebunan. Iya mengambil hpnya yang sengaja di pintanya dulu dari Aisyah. Zahira langsung menekan nomer itu untuk menghubunginya.
" Duuuh kenapa aku jadi deg degan begini ya, mungkin gerogi mau mendengar suara kekasih hati" ucap Zahira.
Telepon pun tersambung. Zahira langsung bicara tanpa memberi kesempatan yang di telepon untuk bicara.
" Asalamualaikum ka Yusuf, Kalau ada bentuk hati dalam dadaku, kini sudah pecah menjadi dua bagian. Yang satu di penuhi cinta, yang setengahnya lagi di penuhi rindu. Ka aku merindukanmu" tutur Zahira.
" Ehem ehem"
Terdengar suara laki laki berdehem di balik telponnya. Hingga Zahira terdiam.
" Ini seperti bukan suaranya ka Yusuf" batin Zahira.
" Maaf, ini siapa ya?" tanya Zahira sedikit takut.
" Saya ustad Azam"
Deg
Deg
Deg.
" Asalamualaikum"
Zahira langsung menutup sambungan teleponnya. Ita sudah geram pada keponakannya itu yang sengaja memberikan nomer ustad Azam padanya.
" SYAKIIIIIIIIRRRRRRR"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Erna Masliana
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-07-30
0
Erna Masliana
ponakan durhakim 🤣🤣🤣🤣
2024-07-30
0
nay.be
🤣🤣🤣
2023-08-15
1