Malampun tiba. Zahira sedang menyender sambil melamun di tempat tidurnya di asrama putri. Erika yang melihat pun terdiam heran melihat sahabatnya sedari tadi melamun memikirkan Yusuf.
" Ehem ehem" Erika berdehem .
Zahira masih tetap melamun.
" Jangan melamun, nanti patung patung manekinnya ka Anisa pada roboh" ucap Erika.
" Berisik" gerutu Zahira.
" Kau kenapa?" tanya Erika sambil menatap Zahira.
" Kata calon ibu mertuaku, dia mau pergi buat menuntut ilmu"
" Maksudmu ibu Yuli?" ucap Erika hingga Zahira memicingkan matanya.
" Eh sembarangan ya ibu Yuli. Tentu saja ustadzah Ulfi. Ibu Yuli itukan ibunya si Hasan" gerutu Zahira hingga Erika tertawa tawa.
"Ha ha ha"
" Kau jangan menyebalkan seperti itu"
" Iya iya maaf"
Zahira terdiam kembali.
" Kalau ka Yusuf beneran pergi ke Kairo, lalu bagaimana denganku ya Erika?" tanya Zahira.
" Tidak bagaimana bagaimana, kau akan tetap seperti ini. Genit, centil, ganjen, rewel, cerewet, bawel satu lagi yang sulit kau hindarkan" tutur Erika.
" Apa?"
" Kau sangat sangat menyebalkan" ucap Erika hingga Zahira memicingkan matanya.
" Diralat ya ucapanmu itu, bukan menyebalkan, tapi menggemaskan" tegas Zahira.
" Ok ok"
" Kalau ka Yusuf pergi ke Kairo, nanti disana banyak perempuan cantik yang menggodanya bagaimana???" ucap Zahira sedikit khawatir.
" Jika Yusuf menaruh hati padamu, dia pasti tidak akan tergoda perempuan lain, meskipun perempuan itu lebih cantik, lebih imut dan lebih menggemaskan darimu" tutur Erika.
" Benarkah?"
" Hmmm"
" Tapi kalau ka Yusuf tergoda bagaimana?" tanya Zahira kembali.
" Kalau dia tergoda, mungkin Yusuf bukan jodohmu" ucap Erika.
"Itu sangat menyakitkan Erika, sudah seperti menabur geranat di hatiku"
" Geranat???, meledak dong" ucap Erika sedikit mengejek. Zahira hanya mengerucutkan bibirnya.
" Dengarkan aku Ira, hati hati dengan sifat wanita akhir jaman yang lebih mementingkan jodoh dan kecantikan, tapi jahil dalam urusan agama"
" Apa menurutmu aku memiliki sifat wanita akhir zaman?" tanya Zahira.
" Hmm, sedikit besarnya begitu. Kau terlalu memikirkan tentang Yusuf, kau terlalu berambisi menjadikannya calon imamu. Ilmu agamamu masih kalah oleh Syifa, maaf bukannya aku mengejekmu, tapi kenyataannya ilmu agama yang sudah kau pelajari, hanya sedikit yang masuk ke dalam otakmu. Dan sebaiknya kau lebih mendekatkan diri pada Allah. Lagi pula usiamu belum cukup untuk menikah. Kau masih muda masih 17tahun" tutur Erika.
" Ya mungkin kau benar, aku terlalu memikirkan jodoh dan jahil dalam urusan agama. Tapi kau harus ralat kembali tentang usiaku. Kini usiaku sudah menginjak 19 tahun" tutur Zahira hingga Erika mengernyitkan keningnya.
" Iya 19 tahun kurang 2 tahun kan??" ucap Erika, ada nada mengejek dalam kalimatnya.
* * * * * * * *
Satu minggu berlalu. Zahira terus mengerucutkan bibirnya dihadapan Aisyah.
" Kenapa wajahmu kusut begitu?" tanya Aisyah heran.
"Ka Aisyah tidak peka" ucap Zahira hingga Aisyah menatapnya.
" Jadi kau masih memikirkan Yusuf?" tanya Aisyah.
" Tentu saja, masa iya aku harus memikirkan mang Ilham" gerutu Zahira. Aisyah hanya diam kebingungan.
" Jangan terlalu memikirkan Yusuf, fikirkan saja dirimu sendiri. Kalau Yusuf pergi untuk menuntut ilmu kenapa nggak, kan itu haknya" ucap Aisyah.
" Tapi kalau ka Yusuf pergi, sudah pasti aku rindu berat, ka Aisyah tidak pernah dengar, kata si DILAN rindu itu berat" ucap Zahira.
" Ka Aisyah tidak kenal siapa Dilan. Yang berat itu bukannya Rindu, tapi yang berat itu menanggung dosa" ucap Aisyah. Zahira hanya diam sambil mengerucutkan bibirnya.
" Ka, buatkan aku nasi goreng spesial ya" pinta Zahira.
" Tumben minta dibikinin nasi goreng spesial?" tanya Aisyah heran.
" Tentu saja untuk orang yang spesial"
" Yusuf maksudmu???" tanya Aisyah.
" Hmmm"
" Kalau kakakmu tau kau masih genit genit pada Yusuf, dia bisa marah padamu" gerutu Aisyah.
" Kali ini saja ya ka, pliiis" Zahira memohon.
" Bukannya belum lama ini kau membuatkan tahu botak rasa durian untuk Yusuf" ucap Aisyah mengingatkan.
" Makanan yang itu tidak sampai ke tangan ka Yusuf, tapi dibabad habis sama ka Anisa"
Aisyah pun terdiam heran.
" Dimakan Anisa????" tanya Aisyah.
"Hmmm"
" Ko bisa?, tapi dia tidak apa apakan setelah memakan makanan buatanmu?" tanya Aisyah sedikit khawatir.
" Tentu saja tidak, aku kan tidak menaruh racun sianida di masakannya" gerutu Zahira.
Mau tidak mau, Aisyah pun membuatkan nasi goreng beserta telor ceplok yang dibaluri kecap. Setelah selesai, Aisyah pun menaruh nasi goreng itu ke kotak makanan.
" Nih sudah beres. Tapi ingat ya, kau tidak boleh masuk asrama santri putra" Aisyah mengingatkan.
" Iya iya, nanti aku titip pada Syakir"
Zahira pun pergi berjalan kaki menuju rumahnya ustad Rasyid untuk bertemu dengan Syakir. Namun di tengah jalan iya bertemu dengan ustad Ibrahim dan Anisa.
Zahira langsung menyembunyikan kotak makanan itu ke belakang punggungnya.
" Asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
" Mau kemana Ira?" tanya Zahira. Zahira pun tersenyum.
" Aku mau ke rumahnya ka Rasyid" jawab Zahira. Anisa pun menatap tangan Zahira yang di sembunyikan itu.
" Itu apa yang kau sembunyikan itu Ira?" tanya Anisa. Zahira pun terdiam kebingungan, kalau iya bilang itu adalah makanan, iya takut Anisa memintanya kembali.
" Oh ini bukan apa apa ka, ini hanya sekotak daun pandan yang di iris iris" jawab Zahira bohong. Ibra dan Anisa pun terdiam saling lirik. Ibra pun membisikan sesuatu pada istrinya itu, hingga Anisa langsung mengelus ngelus perut buncitnya itu.
" Mungkin daun pandannya mau ditukar dengan rupiah" bisik Anisa pada Ibra. Ibra hanya mengangguk ngangguk.
" Ya sudah ka Anisa, ustad Ibrahim, aku pergi dulu ke rumahnya ka Rasyid, asalamualaikum" pamit Zahira.
" Waalaikum salam"
Zahira pun kembali melanjutkan langkahnya. Ibra dan Anisa hanya menatap kepergian bocah selebor itu.
Sesampainya Zahira di rumah ustad Rasyid.
Tok tok tok.
"Asalamualaikum"
Ceklek.
" Waalaikum salam" jawab ustadzah Yasmin sambil membukakan pintu. Ustadzah Yasmin sedang menggendong Anum.
" Ira, ayo masuk" ajak ustadzah Yasmin.
Zahira pun masuk ke dalam.
" Ka, Syakir ada tidak?" tanya Zahira.
" Ada, dia lagi belajar sama abinya"
Zahira pun menemui Syakir dan ustad Rasyid.
" Hai hai hai, keponakan tante Ira yang tampan" Zahira merayu pada Syakir hingga Syakir mengernyitkan keningnya.
" Kalau sudah merayu begitu, pasti ada maunya" batin Syakir.
" Ada apa Ira, tumben jam segini kemari?" tanya ustad Rasyid.
" Aku ada perlu ka sama Syakir" jawab Zahira.
" Ada perlu apa denganku?" tanya Syakir heran. Zahira pun membisikan sesuatu.
" Berikan kotak makanan ini pada ka Yusuf, satu lagi, tante Ira titip puisi untuk ka Yusuf" Zahira memberikan kotak makanan dan selembar kertas.
" Kalau ketahuan abi sama om Riziq, tante Ira bisa dihukum" bisik Syakir.
" Jangan sampai mereka tau" bisik Zahira kembali. Syakir pun terdiam dan mulai berfikir.
" Pliiiis" Zahira memohon. Hingga Syakir terpaksa mengangguk.
" Ok terima kasih"
" Ehem ehem"
Ustad Rasyid berdehem karna Zahira dan putranya malah bisik bisikan.
" Kalian membicarakan apa?" tanya Ustad Rasyid.
" Jangan kepo ka, kata ka Riziq, orang suka kepo itu uban dikepalanya akan tumbuh mendadak" tutur Zahira.
" Kenapa kalian bisik bisik?" tanya ustad Rasyid kembali.
" Ka Rasyid tidak perlu tau, ini urusan perempuan" ucap Zahira.
" Kau fikir putraku ini perempuan?" gerutu ustad Rasyid hingga Zahira tersenyum getir lalu menatap Syakir yang kini sudah memicingkan matanya. Zahira sudah cengengesan.
" Maaf Syakir, tante Ira lupa kalau kau itu bersarung, hi hi hi"
Setelah kepergian Zahira, Syakir pun pergi ke asrama untuk memberikan kotak makanan dan puisi untuk Yusuf. Sesampainya di asrama, Syakir pun tidak sengaja bertemu dengan Yusuf yang sedang berjalan bersama Hasan dan Ahmad.
" Asalamualaikum ka Yusuf"
" Waalaikum salam Syakir"
Syakir pun memberikan kotak makanan dan selembar surat itu pada Yusuf.
" Ini dari tante Ira untuk ka Yusuf" ucap Syakir. Perlahan Yusuf pun menerima pemberian Zahira itu.
" Terima kasih ya Syakir" ucap Yusuf.
Stakir pun mengangguk dan langsung berpamitan pergi. Kini Hasan dan Ahmad pun kepo.
" Isinya apa Suf, aku penasaran. Jangan jangan isinya tumis daun pandan" ucap Hasan, ada nada mengejek dalam kalimatnya. Perlahan Yusuf pun membuka kotak makanan itu. Terlihat nasi goreng dan telor ceplok yang dibaluri kecap serta sayurannya.
" Wiiih nasi goreng" ucap Ahmad.
" Cicipi dulu Suf, takutnya itu imitasi" ucap Hasan hingga Yusuf mengernyitkan keningnya.
" Maksudku takutnya itu nasi goreng dibuat bukan menggunakan kecap, tapi menggunakan oli" tutur Hasan.
Yusuf pun mencicipinya sedikit.
" Ini kecap. Rasanya juga enak" ucap Yusuf.
" Cieeeeee" goda Hasan dan Ahmad. Yusuf pun perlahan membuka kertas itu.
" Palingan isinya itu pantun" ucap Hasan.
Dilihatnya tulisan itu. Yusuf langsung tersenyum hingga Hasan dan Ahmad kepo.
" Puisi apaan sih?"
Seketika Hasan dan Ahmad langsung tertawa setelah membaca isi surat itu.
" Allahuma bariklana fimarajaktana wakina adzabanar" Hasan membacakan.
Zahira salah bawa kertas.
-
-
-
-
-
-
Cerita ini dibuat untuk menghibur semata. Jika ada ucapan atau perbuatan yang tidak menyenangkan, saya minta maaf. Ambil positifnya saja.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
nay.be
🤣🤣
2023-08-15
1
nay.be
Ira ngingetin baca doa sebelum makan
2023-08-15
1
Ume Aidid
😂🤣🤣🤣
2022-09-19
1