Ellora geleng - geleng kepala melihat Raven hanya terbengong menatapnya, ia segera membereskan pencuri - pencuri itu dengan menyatukan ketiganya lalu mengikat mereka dengan seprei kasur karena ia tidak menemukan tali apapun di kamar itu.
Raven akhirnya tersadar dan segera ikut membantu Ellora.
Setelah semuanya selesai, Ellora tanpa berkata apapun kembali ke tempat tidur. Ia membentangkan selimutnya lalu berguling - guling ke kanan dan juga ke kiri, hingga semua selimut menutupi semua tubuhnya seperti kepompong.
Raven sekali lagi dibuat terkejut dengan kelakuan sang Putri.
Tak selang berapa lama, sudah tak terlihat pergerakan apapun lagi dari tempat tidur yang ditiduri wanita itu.
Raven melihat sepertinya Ellora sudah kembali tertidur. Ia masih memikirkan kelakuan aneh sang Putri yang pandai bertarung tadi, akhirnya ia memutuskan untuk berjaga dan melupakan tidurnya. Dia juga khawatir pencuri - pencuri itu akan siuman, seraya duduk ia melamun tapi tatapannya tertuju pada tubuh Putri yang terbungkus selimut.
Ia pikir kenapa semakin mengenalnya, ia semakin tertarik kepada sang Putri. Bahkan ia belum menemukan sosok sang Putri yang kejam seperti yang dikatakan rumor yang sudah dirinya dengar.
Sosok sang Putri yang Raven lihat selama dua hari ini adalah sang Putri kebalikan dari rumor yang beredar. Itu pun baru dua hari, entah sikap apa selanjutnya yang akan ditunjukan oleh Putri lagi. Hanya saja sekarang ia melihat sikap gadis itu sangat periang, pintar, lucu, juga sangat pemberani.
Ia menyadari jika Putri ternyata sangat kuat karena gadis itu bukan hanya bisa bertarung, tapi memang sepertinya sudah ahli dalam bertarung. Raven tersenyum mengakui jika ia tidak boleh percaya dengan perkataan dari rumor begitu saja, sepanjang ini Raven sangat menyukai perilaku dan sifat sang Putri.
***
Pagi harinya saat Ellora terbangun, dia akhirnya teringat kejadian semalam. Matanya melihat sekeliling dan tidak melihat siapapun. "Mungkin, Raven sudah membereskan mereka." Gumamnya seraya bangun dan turun dari tempat tidur single.
Dia segera bersiap untuk mandi, setelahnya ia berencana akan mencari sarapan. Ketika dia baru saja selesai mandi dan akan membuka pintu kamar mandinya tiba-tiba ia terpeleset dan spontan berteriak, tapi ia bisa bertahan karena refleks dari ilmu bela dirinya membuatnya tidak terjatuh ke lantai. Tapi sayang handuk yang melilit tubuhnya sudah terjatuh setengah pinggang, mengekspos bagian atas tubuhnya yang polos.
Sialnya lagi waktunya sangat pas saat Raven membuka pintu kamar mandi karena dia cemas mendengar Putri yang berteriak. Alhasil kedua buah dada Ellora yang polos terpampang nyata di depan mata pemuda dengan darah panasnya, membuat Raven menelan salivanya.
Ellora terkejut karena tubuh polosnya dilihat lelaki itu, ia langsung menendang Raven dengan penuh kekuatan. Kepala lelaki itu terjatuh lebih dulu ke lantai, hingga membuat kepalanya itu sakit sampai matanya berkunang - kunang.
Ellora tidak memperdulikannya, ia menutup pintunya kembali dengan cepat melilitkan handuknya dengan sangat erat. "Hei laki - laki genit, Lo kalo mau masuk bisa ketok pintu dulu gak sih?! Apa lo gak pernah belajar sopan-santun? Sialan emang lo ya!" Omelnya dari kamar mandi.
Kepala Raven masih terasa pusing, ia dengan cepat mengeleng - gelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ia baru saja mendengar lagi bahasa yang tidak ia mengerti. Ia segera berdiri kemudian berjalan mendekati depan pintu kamar mandi yang tertutup.
"Saya tidak berniat jelek pada tuan Putri, tadi saya mendengar Putri berteriak ketika saya baru kembali ke dalam kamar. Saya tidak tau kalau Putri sedang mandi, maafkan saya Putri. Kalau begitu saya akan keluar dari kamar lagi, agar anda bisa berpakaian dan kita juga bisa mulai sarapan." Kata Raven dengan jujur, ia melangkahkan kakinya berjalan pergi ke luar kamar.
Ellora sedikit merasa menyesal saat mendengar perkataan lelaki itu, ia merasa semakin malu karena sudah salah menuduhnya. Dengan cepat ia keluar dari kamar mandi ketika mendengar suara langkah kaki Raven terdengar menjauh keluar kamar.
Dengan cepat wanita itu berpakaian lalu merapihkan barang-barang mereka, ia keluar kamar dan segera bergabung dengan Raven yang sudah ada di meja makan penginapan.
Ellora duduk di seberang meja, ia segera meminta maaf karena sudah salah menuduhnya. "Maaf, aku salah sudah menuduhmu."
Raven melirik wajah gadis itu saat mendengar permintaan maaf tentang kejadian tadi, tapi tiba - tiba ia teringat kembali dengan dua gunung putih mungil dengan ujungnya berwarna pink muda. Matanya seketika menatap ke arah dua gunung itu, wajahnya langsung memerah.
Ellora menyadari apa yang sedang ditatap lelaki di depannya, sekarang ia benar - benar merasa sangat kesal. Ia melototi Raven membuat lelaki itu segera menundukkan kepala.
Setelah selesai makan, mereka berencana akan melakukan perjalanan sesuai dengan perbincangan mereka tadi malam. Mereka akan pergi ke kota lain dengan menaiki sebuah kapal. Ellora yang kurang mengerti tentang transportasi di abad zaman kuno ini, hanya bisa menuruti perkataan Raven.
Mereka segera pergi ke dermaga, Ellora masih dengan tampilannya sebagai laki - laki. Sekitar tengah hari mereka berdua tiba di dermaga, ternyata masih sedikit orang - orang yang datang. Mereka berencana akan menaiki Kapal Karavel La Nina , sebuah kapal klasik yang digerakkan oleh layar. Ketika sudah menjelang tengah hari, Kapal pun berangkat dengan membentangkan layarnya lebar - lebar.
Raven membawa Ellora beristirahat di sebuah ruangan kecil di dalam Kapal tersebut yang sudah mereka berdua sewa.
Ellora duduk untuk beristirahat, "Kita akan pergi ke Kota mana?"
"Ke suatu Kota yang belum pernah anda lihat. Tempat dimana anda bisa menjadi diri anda sendiri tanpa harus menyamar, juga tanpa takut ditemukan oleh Kerajaan anda." Jawab Raven.
Nah, gue kan emang belum tau satu kota pun di zaman ini! Tapi gak apa-apa sih, anggap aja lagi berpetualang, yang penting gue masih bisa menjadi diri gue sendiri nanti disana.
Raven berjalan pergi ke luar bilik yang mereka sewa untuk mencari makanan, karena sudah waktunya untuk makan siang. Tak berapa lama dia kembali dan mereka pun makan dengan tenang.
Setelah selesai Ellora tak kuat menahan rasa kantuknya, ia tidur di tempat yang sudah disediakan oleh kapal.
Raven hanya memandangi wajah sang Putri yang sedang tertidur, "Sebenarnya seperti apa dirimu yang sesungguhnya, Putri? Tak apakah aku membawamu pergi jauh dari Kerajaan-mu? Apa kamu tau di dalam pikiranku masih banyak pertanyaan yang benar - benar menggangguku? Jadi aku hanya mengikuti keinginan hatiku, untuk mengikuti keinginanmu seperti sekarang." Gumamnya.
"Baiklah, mari kita berpetualang bersama dan lebih saling mengenal lagi. Sebelum nantinya aku mengambil keputusan, akan menikahimu atau tidak." lanjut lelaki itu seraya mengulas senyum hangat di bibirnya.
Malam pun akhirnya tiba, orang - orang yang berada di atas kapal banyak sekali yang masih melakukan kegiatan mereka. Ada yang sedang minum - minum, ada juga yang sedang bernyanyi. Tentu saja ada juga yang sedang memadu kasih, sedangkan Raven dan Ellora sudah terlelap dan pergi ke alam mimpi.
^Bersambung^
Terima kasih 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Cherry🍒
hahaha beeh raven
2024-04-16
0
Radi
kok pihak kerajaan khususnya sang bunda permaisuri tidak kecarian si putri bungsu yg hilang ya thor
2024-01-20
0
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
🤣🤣🤣🤣 malunyaaaaa🤭🤭🤭
2023-02-15
1