SP satu.

"Pak, tolong belikan air mineral di minimarket depan itu!" Titah Vian.

"Baik Den," Pak Slamet langsung keluar dan berlari ke minimarket yang tak jauh dari tempat parkir mobil Vian.

"Tunggu sebentar ya.." Vian menatapku sambil mengelus-elus punggungku.

Aku hanya terdiam dengan sikap lembut Vian padaku dan merasa aneh. Ini seperti bukan Vian, tutur katanya begitu halus, sikapnya begitu perhatian. Apakah ini sifat asli Vian?

Tak lama kemudian Pak Slamet kembali lalu memberiku sebotol air mineral.

"Terima kasih, Pak." Aku menerimanya. Saat mencoba membuka tutup botolnya, aku kesulitan Mungkin karena tanganku masih gemetar karena kejadian barusan.

"Ck!" Vian berdecak kesal dan merebut botol itu dariku, lalu memutar tutupnya hingga terbuka, kemudian menyerahkannya padaku.

Dengan segera aku meminumnya.

"Jalan Pak." Ucap Vian setelah melihatku selesai minum.

Pak Slamet mulai menjalankan mobil dengan perlahan.

Sekilas aku melirik Vian yang duduk di sebelahku, dia sudah merebahkan kepalanya lagi ke sandaran kursi sambil memejamkan mata.

Aku merasa, yang barusan bicara padaku itu bukan Vian. Selama tinggal di rumah Bu Atikah, aku belum pernah mendengar nada bicara Vian yang begitu lembut. Apakah dia sangat khawatir padaku?

Aku menggigit bibir bawahku, mencoba menahan senyum. Duh.. kok aku jadi Ge-er gini!!

"Hei."

"Hmm?" Aku menatap Vian yang masih memejamkan mata.

"Sudah pakai seat belt?" tanyanya masih dengan mata terpejam.

"Su.. sudah..."

Vian mengangguk lalu menghembuskan napas dengan keras.

"Ehmm.. Mas.."

"Huh?

"Antar aku langsung ke Mall saja ya."

Vian membuka matanya dan melihat jam yang melingkar di tangannya, "baru jam sebelas. Apa nggak terlalu cepat? masih ada dua jam lagi, kau bisa istirahat dulu di rumah."

"Aku sama sekali nggak capek, nggak perlu istirahat." Ucapku.

Vian mendengus, "terserah!"

"Pak Slamet, tolong antar saya ke mall ya Pak."

"Baik Mbak." Pak Slamet langsung menjalankan mobil menuju mall, tempat aku bekerja.

"Aku berangkat kerja ya Mas," Ucapku, berpamitan pada Vian.

"Hm." Jawab Vian, singkat.

Aku membuka pintu mobil dan kembali menatap Vian, "Setelah sampai di rumah, langsung istirahat. Jangan sampai kaki mu sakit seperti waktu itu."

"Iya lah, bawel!" Jawab Vian, ketus.

Aku pun berjalan keluar dari mobil Vian, menuju Mall yang terlihat cukup ramai.

Sebenarnya, ini memang terlalu gasik. Jam kerjaku di mulai sekitar satu setengah jam lagi. Mau apa aku di sini? apa iya aku jalan-jalan sendirian muter-muter toko sampai jam satu?

Tapi jika tadi aku ikut pulang, dan bersama Vian lebih lama, aku tak sanggup.

Jantungku saja sampai sekarang masih berdebar-debar tak karuan. Aku menghela napas lagi sambil mengurut dadaku.

"Aahh.. aku makan es teller aja sambil menunggu jam satu." Saat melewati kedai es teller yang cukup terkenal di mall ini, aku langsung berjalan masuk dan memesan satu mangkok untukku sendiri. Cuaca di luar sangat panas, pasti nikmat sekali bisa makan es sambil menghabiskan waktu.

Saat sedang asyik menikmati es ku sambil menatap keramaian mall, tiba-tiba Adnan muncul. Dia berdiri di luar kedai es dan menatapku dari balik dinding kaca yang transparan.

Aku langsung mengalihkan pandanganku, pura-pura tak melihatnya. Eh, dia nya malah berjalan masuk lalu duduk di sampingku.

"Fa..."

"Kenapa kamu ke sini? kamu kan lagi kerja?!" Aku menatap Adnan yang berpakaian security, lengkap. Menandakan dia sedang bertugas.

"Aku ingin bicara denganmu."

"Bicara apa?"

"Bicara tentang kita."

Tentang kita?? 'kita' dari mana??

"Aku nggak mau kamu berubah, Fa. Aku ingin kamu tetap seperti dulu, selalu tersenyum padaku.

Adnan, Adnan.. makanan aja ada masa kadaluarsa nya, apalagi sikap manusia.

"Aku ingin kita bisa seperti dulu lagi, aku suka sama kamu, Fa."

Kalau Adnan bilang seperti ini beberapa minggu yang lalu, aku pasti melonjak girang. Sekarang aku sudah nggak ada perasaan apapun padanya. Lagian dia kan sudah punya Melsa!

"Fa..." Adnan mencoba meraih tanganku, tapi dengan segera aku menepisnya.

"Bukannya kamu sudah dengan Melsa?" Ucapku sambil melanjutkan makan es teller.

"Aku dan Melsa nggak ada hubungan apa-apa, sungguh. Dia yang selalu mendekatiku."

"Tapi Melsa sudah bilang padaku, kalau kalian berdua sedang dekat. Jangan begini, Nan. Nanti dia kira aku merebut kamu dari dia. Aku malas berurusan sama sund.. eh, Melsa."

"Aku akan putusin Melsa."

What??! jadi kalian bener sudah jadian. Perasaan barusan Adnan bilang, dia nggak ada hubungan dengan Melsa. Dasar cowok nggak jelas!

"Aku nggak mau masuk ke lingkaran setan, jangan bawa aku di antara kalian berdua. Kita hanya teman, sampai kapanpun akan tetap seperti itu. Dulu memang aku pernah suka padamu, tapi sekarang sudah tidak ada lagi perasaan itu di hatiku. Maaf Nan, mending kamu jalani saja hubungan mu dengan Melsa, baik-baik. Okey!" Aku beranjak dari dudukku dan meninggalkan Adnan yang masih terpaku di tempatnya.

Aku menghela napas lega. Untung saja, perasaanku padanya sudah hilang sama sekali. Lelaki nggak jelas kayak gitu, nggak pantas untuk di sukai.

Lagian, aku berebut lelaki sama orang kayak Melsa? nggak banget! amit-amit.

Aku menjitak pelan kepalaku tiga kali.

Aku berjalan menuju pintu ruang istirahat, masih ada setengah jam lagi. Aku akan ganti baju seragam dan berdandan sebentar sebelum mulai bekerja.

Saat sedang merapihkan barang-barang ku yang berantakan di dalam loker, tiba-tiba rambutku yang sudah ku ikat dengan rapi, di tarik dengan keras.

"Aduh!!!" Pekik ku.

"Beraninya kamu deketin pacarku!!" Melsa berteriak marah sambil menarik rambutku.

"Kamu gila ya Mel!!" Aku langsung mencengkram erat dan menancapkan kuku ku ke tangan Melsa yang sedang menjambak rambutku.

"Kamu yang gila!!" Melsa makin histeris.

Teman-teman SPG yang sedang berkumpul di ruang istirahat langsung mendekat dan melerai kami berdua, mereka menarik Melsa agar menjauhi ku.

"Kalau aku lihat kamu deketin Adnan lagi, ku cabut semua rambutmu sampai botak!!!" Teriak Melsa, dia histeris dan ingin mendekati aku lagi, untungnya ada tiga orang SPG yang memeganginya.

"Tadi kamu makan es berduaan denan Adnan kan!! Dasar cewek murahan! piaraan Om-om! nggak pantas kamu deketin Adnan!"

Seketika amarahku memuncak mendengar hinaan Melsa, aku langsung mendekat dan mencakar wajahnya, sudah seminggu kuku tanganku belum ku potong, jadi masih panjang dan bisa membuat Melsa jera.

Kini giliran aku yang di pegangi oleh teman-teman SPG.

"Siapa yang kamu bilang murahan! Kamu itu yang murahan!!!" Bentakku.

Melsa kembali marah, tiga orang SPG yang memeganginya tak kuasa menahan amukannya, Melsa mendekat dan menarik kembali rambutku. Ruang istirahat langsung kacau karena pertengkaran kami berdua.

"Diam semuanya!!!" Tiba-tiba Pak Handoyo, berteriak dan membuat aku dan Melsa berhenti.

Beliau adalah Store Manager Bulan Departemen store, tempat ku bekerja.

"Kalian berdua, ke ruangan saya! segera!" Suara Pak Handoyo menggelegar, membuat jantungku berdebar makin kencang.

Seharian jantungku benar-benar bekerja lebih keras dari pada biasanya. Tadi karena hampir celaka, lalu karena sikap lembut Vian, dan sekarang karena amukan dari Pak Handoyo.

Semoga saja aku nggak kena SP! Ya Tuhan.. kenapa aku harus terpancing emosi sih? padahal aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak adu jotos sama Melsa.

Dengan gontai, aku berjalan ke ruang Manager diikuti Melsa. Semua orang di ruang istirahat berbisik-bisik membicarakan aku dan Melsa.

Malu sekali rasanya.

"Duduk!" Pak Handoyo mempersilahkan aku dan Melsa untuk duduk di sofa ruangannya. Kami pun menurut.

"Kenapa kalian berdua bertengkar?!" Tanya Pak Handoyo pada kami berdua.

"Saya nggak tahu kenapa, tiba-tiba Melsa menarik rambut saya dan berteriak-teriak seperti orang gila!" Ungkap ku. Dadaku masih naik turun menahan emosi.

Pak Handoyo menatap Melsa yang terdiam.

Kenapa ini anak? kok malah diam? tadi suaranya kenceng banget waktu menghinaku!

"Hix.." Melsa terisak.

Ebuset... malah akting nangis dia!!!

"Maafkan saya Pak, Ini semua gara-gara Fafa. Dia mencoba merebut pacar saya. Hix.."

"Tapi saya nggak melakukannya Pak!"

Pak Handoyo mengangkat tangannya agar aku diam, aku pun menurut.

"Masalah pribadi, sebaiknya jangan di bawa ke lingkungan kerja." Ucap Pak Handoyo, tegas.

"Kalian saya skors 3 hari. Saya akan melayangkan surat ke perusahaan kalian masing-masing."

"Tapi Pak..."

Pak Handoyo menggelengkan kepalanya, dia tidak mau di bantah.

Aku pun terduduk, kesal.

Semua ini gara-gara Melsa dan Adnan!!! Argghhh kenapa aku harus berurusan dengan dua orang menyebalkan ini sih!!!

Terpopuler

Comments

cha

cha

si sundel kan fa

2022-12-05

0

Atieh Natalia

Atieh Natalia

sabar ya Fafa

2021-09-01

0

Frida Erfara

Frida Erfara

wkwk jadi inget dulu temen counterku berantem sama anak kasir gara2 anak security
bener2 deh anak2 security nih meresahkan karna suka tebar pesona pdhl banyak SPB yg ganteng tpi pasti lebih sering sama anak security😅

2021-07-25

0

lihat semua
Episodes
1 Namaku Fafa.
2 Radio.
3 Sebuah Misi.
4 keputusan.
5 bermula.
6 Pelangi??
7 jurus penjualan.
8 kursi kayu jati bikin emosi.
9 jalan-jalan pagi.
10 Marah membawa berkah.
11 Permintaan maaf.
12 Terapi di mulai.
13 Khayalan Mbok Yem.
14 Gosip.
15 Lelaki kardus dan Sundel bolong.
16 Siapa Falentina?
17 SP satu.
18 Ke Pantai.
19 Perasaan yang tak terkendali.
20 Bertemu sepupu.
21 Karaoke.
22 Blacklist.
23 Ternyata Vian...
24 Acuh.
25 Kecewa.
26 Janji ku.
27 Siapa aku di hatimu.
28 First kiss.
29 Mami mertua?
30 Ada apa antara Vian dan Rama?
31 O.. oh, kamu ketahuan.
32 Malu.
33 Pulang Kampung jadi sultan.
34 Bertemu lelaki primadona desa.
35 Mas Vian, I luv u..
36 Kedatangan sang pujaan hati.
37 Alon le...
38 Pulang ke Jogja.
39 Restu dari Mommy.
40 Penasaran.
41 Kembali bekerja.
42 Terkuak.
43 Visual.
44 Cara jitu mendapatkan kebenaran.
45 I luv u more...
46 Benci!
47 Benci (benar-benar cinta)
48 Pak Juliver.
49 Jagalah Hati.
50 Berteman??
51 Ajakan Mommy.
52 Suami pencemburu.
53 Makan malam..
54 Makan Malam part 2
55 Keributan saat sarapan.
56 Sakit hati.
57 Sudah tak peduli lagi?
58 Jujurlah tanpa ku tanya!
59 Pertengkaran.
60 Dilema.
61 Balik kampung lagi.
62 I Miss you, but I hate You!
63 Balik kampung lagi part 2
64 Dunia terbalik.
65 Jatuh cinta lagi.
66 Gara-gara ubi Cilembu.
67 Ketemu Besan.
68 Kemenangan sejati.
69 Hari H.
70 Sampai maut memisahkan. (END)
71 pengumuman karya baru.
72 karya baru
73 promo karya baru
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Namaku Fafa.
2
Radio.
3
Sebuah Misi.
4
keputusan.
5
bermula.
6
Pelangi??
7
jurus penjualan.
8
kursi kayu jati bikin emosi.
9
jalan-jalan pagi.
10
Marah membawa berkah.
11
Permintaan maaf.
12
Terapi di mulai.
13
Khayalan Mbok Yem.
14
Gosip.
15
Lelaki kardus dan Sundel bolong.
16
Siapa Falentina?
17
SP satu.
18
Ke Pantai.
19
Perasaan yang tak terkendali.
20
Bertemu sepupu.
21
Karaoke.
22
Blacklist.
23
Ternyata Vian...
24
Acuh.
25
Kecewa.
26
Janji ku.
27
Siapa aku di hatimu.
28
First kiss.
29
Mami mertua?
30
Ada apa antara Vian dan Rama?
31
O.. oh, kamu ketahuan.
32
Malu.
33
Pulang Kampung jadi sultan.
34
Bertemu lelaki primadona desa.
35
Mas Vian, I luv u..
36
Kedatangan sang pujaan hati.
37
Alon le...
38
Pulang ke Jogja.
39
Restu dari Mommy.
40
Penasaran.
41
Kembali bekerja.
42
Terkuak.
43
Visual.
44
Cara jitu mendapatkan kebenaran.
45
I luv u more...
46
Benci!
47
Benci (benar-benar cinta)
48
Pak Juliver.
49
Jagalah Hati.
50
Berteman??
51
Ajakan Mommy.
52
Suami pencemburu.
53
Makan malam..
54
Makan Malam part 2
55
Keributan saat sarapan.
56
Sakit hati.
57
Sudah tak peduli lagi?
58
Jujurlah tanpa ku tanya!
59
Pertengkaran.
60
Dilema.
61
Balik kampung lagi.
62
I Miss you, but I hate You!
63
Balik kampung lagi part 2
64
Dunia terbalik.
65
Jatuh cinta lagi.
66
Gara-gara ubi Cilembu.
67
Ketemu Besan.
68
Kemenangan sejati.
69
Hari H.
70
Sampai maut memisahkan. (END)
71
pengumuman karya baru.
72
karya baru
73
promo karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!