"Seko endi je? kok jam semene tembe bali?"
(Dari mana aja? kok jam segini baru pulang?)
Waktu membuka pintu kamar kost, aku berpapasan dengan Mbak Winarsih.
"Berangkat Mbak?" Bukannya menjawab pertanyaannya, aku malah balik bertanya.
"Hooh, yo wes yo." Jawabnya, kemudian berlalu.
"Ya, hati-hati."
Dengan gontai aku masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhku di atas kasur yang lumayan keras. Aku memeluk bantalku dan melamunkan kejadian tadi.
#Flashback on.
Aku masuk ke sebuah kamar dan bertemu dengan orang yang bernama Vian. Nama lengkapnya, Melviano Mahaprana Gunardi.
Orangnya benar-benar tampan. Rupanya, dia adalah lelaki yang waktu itu pernah ku lihat sekilas dari luar gerbang rumah.
Kulitnya sangat putih, bahkan lebih putih dari pada kulitku. Rambutnya hitam dan tebal, sedikit panjang pada bagian poni hingga menutupi tatapan matanya yang tajam.
Hidungnya sangat mancung dan bibirnya tebal kemerahan.
Ini benar-benar definisi dari kata 'tampan paripurna!'.
"Siapa dia, Mom?"
Wuih.. suaranya juga merdu, sedikit serak-serak dan sexy.
"Ini Fafa, dia akan menggantikan suster Nita."
"Dia perawat? Lulusan mana?" ucap Vian sambil memandangku dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Aku kesal melihat tatapan meremehkan di matanya, saat melihatku.
"Saya lulusan salah satu SMU negri di Klaten! Kenapa memangnya?"
"Memangnya kamu bisa apa?" ada nada meremehkan di suaranya.
Nantang ni orang!
"Kita lihat saja nanti!" Aku menoleh ke arah Bu Atikah yang sedari tadi berdiri di sebelahku. "Kapan saya bisa pindah ke sini?!"
#Flashback off.
Aku menutup wajah ku dengan bantal dan menyesal. Aku memang gampang sekali terpancing emosi. Tanpa berpikir panjang, langsung merasa harus membalas tantangan dari mata sinis Vian.
Tapi anehnya, Bu Atikah malah terlihat senang, alih-alih marah karena aku sudah berani membentak anaknya.
Aduuhh hidupku selanjutnya bagaimana ini?? Tapi, aku harus tetap semangat! Demi lima juta! Bayangkan, apa saja yang bisa aku lakukan dengan uang sebanyak itu. Aku harus bisa bertahan! Semangat!
Aku menarik napas yang begitu panjang sampai dadaku terangkat, lalu menghembuskannya melalui mulut.
Beranjak dari tiduran ku dan mulai mengemasi barang-barang.
Selamat tinggal Ibu kost yang galak, selamat tinggal kamar kecil yang pengap!
Setelah itu aku berpamitan pada Ibu Kost dan langsung meluncur ke rumah Bu Atikah naik mobil mewahnya.
...*...
Aku masuk ke dalam kamar yang sudah di sediakan oleh Bu Atikah, dan terperangah.
Kamar ini luar biasa besar, beberapa kali lipat dari kamar kost ku. Ranjangnya juga besar, mungkin bisa untuk tidur berlima?
Ada lemari kayu dan meja rias pula. Luar biasa inih!!
"Maaf nak Fafa, kamar mandinya di luar, nggak di dalam kamar." Ucap Bu Atikah.
"Oh, nggak apa-apa, Ibu. Ini sudah cukup, bahkan terlalu mewah untuk saya."
"Syukurlah kalau nak Fafa tidak keberatan tidur di sini. Ini adalah kamar perawat, letaknya persis di sebelah kamar Vian. Supaya memudahkan Vian saat memanggil perawatnya. Saya harap, nak Fafa bisa bersabar dengan Vian."
Demi lima juta, aku pun tersenyum.
"Saya akan berusaha." Demi lima juta! sambung ku dalam hati.
"Tugas nak Fafa adalah menemani Vian. Ajak dia keluar jalan-jalan atau kalau memungkinkan, ajak dia ke mall. Pokoknya buat Vian jadi merasa bersemangat agar mau melanjutkan terapi.
Oh ya, antarkan makan untuk Vian jam 7 pagi, jam 12 siang dan makan malam jam 7 malam.
Jam 3 sore, dia harus di sajikan teh dan cemilan. Jangan lupakan vitamin serta obat-obat yang harus di minum Vian secara rutin. Vian itu susah banget kalau di suruh minum obat."
"Bagaimana kalau saya berangkat bekerja?"
"Ya, nanti kita bicarakan lagi masalah itu dengan pelayan yang lain."
Aku mengangguk, tanda mengerti.
"Sebelum saya pergi, mari kita berkenalan dengan semua pegawai saya." Bu Atikah berjalan keluar kamar, aku pun mengikutinya dari belakang.
Bu Atikah berhenti ketika sampai di sebuah ruangan yang cukup besar. Di sana sudah berderet beberapa pelayan dan satpam.
Di ruangan besar ini, terdapat kursi sudut yang sangat besar dan empuk. Ada TV big screen di lengkapi sound system yang fantastis. Mungkin ini adalah ruang tempat seluruh keluarga bersantai sambil nonton TV, atau Video atau karaoke.
Aku melihat dua buah microfon tanpa kabel terletak di atas meja.
Asyik banget nih kalau aku bisa karaoke.
Batinku. Aku sangat suka bernyanyi dan sering mengadakan konser tunggal, di kamar mandi. Hahaha.
Tapi aku disini untuk bekerja, bukan untuk bermain!
Aku mencoba mengingatkan diriku sendiri.
"Nak Fafa." Panggil Bu Atikah, membuyarkan lamunanku.
Aku mendekati Bu Atikah secara perlahan dan tersenyum kepada semua orang yang berjejer dan memperhatikanku.
"Ini Nak Fafa, mulai hari ini dia bekerja untuk merawat Vian. Kalian semua harus membantu dia agar betah berada di sini dan tidak kabur seperti yang lain." Seloroh Bu Atikah dan di ikuti tawa dari para pelayan.
Aku tersenyum kaku. "Mo.. mohon bantuannya."
Gerrr... Lagi-lagi semua orang tertawa.
"Ini Mbok Yem, dia yang suka masak di rumah ini." Bu Atikah mulai memperkenalkan pelayannya satu persatu. Beliau menyebutkan nama mereka secara bergantian. Dari Satpam, juru masak, tukang kebun dan pelayan yang tugasnya membersihkan setiap sudut rumah. Tak Lupa Pak Slamet, si sopir berkumis tebal melintang mirip Pak Raden.
Sepertinya semua pelayan di rumah ini sangat ramah, aku menghembuskan napas lega.
...*...
Aku terbangun pagi ini dengan perasaan bahagia. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kasur se-empuk ini. Tapi begitu membayangkan di ruang sebelah ada laki-laki galak dan menyebalkan, aku jadi kesal.
Untung ganteng!
Sudah hampir jam 5 pagi, aku harus segera sholat dan beberes kamar. Nggak enak kan kalau kamarku berantakan.
Tok. Tok. Tok.
Tak lama kemudian, ada seseorang mengetuk pintu kamarku.
Seorang pelayan masuk.
"Maaf Mbak, Den Vian biasanya sarapan jam 7 pagi dan minum obat ini. Nanti Mbak Fafa yang anter ya, saya takut. Oh ya, sarapannya Mbak Fafa ada di ruang makan."
"Terima kasih." Ucapku sambil tersenyum. Ku lirik jam weker-ku yang ada di atas nakas. Baru jam 6 pagi tapi sudah selesai masak? Ya ampun, betapa malasnya aku yang masih sibuk di kamar dan gelundungan di kasur empuk ini.
Aku beranjak dari tempat tidurku yang super nyaman dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai mandi, aku turun ke lantai satu menuju ruang makan. Dan benar saja, di atas meja makan sudah tersaji sarapan yang sangat menggiurkan. Harumnya saja sudah membuat cacing-cacing di dalam perutku bernyanyi riang.
"Mending Mbak Fafa makan dulu, setelah itu baru mengantarkan makanan ini ke kamar Den Vian. Biar Mbak Fafa punya tenaga dan siap tempur!" Kata Mbok Yem.
Aku tersenyum, "memangnya mau perang, Mbok?"
Aku pun duduk dan mulai menyendok nasi liwet yang ada di atas meja makan. Baunya bener-bener menggoda. Pokoknya kalau masalah masak, Mbok Yem juaranya. Warung gudeg langganan ku di jalan Malioboro, lewat!
Alasannya satu, ini gratis, kalau gudeg itu harus bayar. Hahaha.
Mbok Yem adalah seorang Ibu-ibu berumur sekitar 50 tahunan. Bertubuh gemuk dan memakai konde. Benar-benar wanita Jogja tempo dulu. Sikapnya ramah dan baik.
Mengingatkanku pada Ibu. Hanya saja, Ibu ku bertubuh kurus, tidak se-gemuk Mbok Yem.
Nama sebenarnya adalah Nariyem, tapi lebih suka di panggil Mbok Yem. Aku pun suka panggilan itu. Lebih familiar dan nyaman.
Setelah selesai makan, aku membawa piring kotor bekas makan ku ke wastafel untuk ku cuci. Aku kan bukan pemilik rumah, aku juga bekerja di sini, jadi aku harus mau ikut beberes walaupun hanya mencuci piring bekas ku sendiri.
"Saya nganterin makanan sama obatnya Mas Vian dulu, ya Mbok." Ucapku sambil beranjak dan mengangkat nampan yang berisi makanan dan obat untuk 'sang pangeran'.
"Oh iya Mbak, hati-hati ya." Ucap Mbok Yem, serius. Seakan kuatir aku tak akan kembali dengan selamat.
Aku membulatkan tekad dan mulai berjalan secara perlahan menuju kamar Vian yang ada di lantai 2.
Sungguh perjalanan yang sangat panjang Serasa berpuluh-puluh kilometer jauhnya.
Semakin dekat dengan kamar sang pangeran jutek itu, jantung ku berdebar semakin kencang.
Duh! kekhawatiran Mbok Yem mulai mengusikku...
#Apakah Fafa berhasil kembali dengan selamat?🤭
tunggu kelanjutannya ya, readers kesayangan aku 🤗.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Herlina Riansyah
ak yg baca aj ikutan deg deg serr.. Faa 😅😅😳😳
2023-05-06
1
Acoh Kwekwek
jeng..jeng..jeng.....
2023-01-04
0
cha
demi lima juta ..demi lima juta kayaknya pas jadi mantra
2022-12-05
0