Sang Nyonya rumah mengajakku ke taman yang ada di sisi kanan rumah. Hebat sekali rumah ini, ruang tamunya memiliki beberapa pintu, kanan, kiri dan di depan sebagai pintu utama.
Kami berdua berjalan menuju gazebo yang ada di tengah taman bunga yang cantik dan tertata rapih.
Setelah kami berdua duduk, tak lama kemudian, muncullah beberapa pelayan yang membawa dua nampan berisi makanan dan meletakkannya di atas meja.
Setelah tutup nampan di buka, aku terhenyak (duh lebaynya🤦).
Ada nasi goreng, ayam tepung dan telor mata sapi. Tak lupa juga tersedia potongan apel dan segelas jus jeruk.
Oh my God! kalau beli di warung, berapa duit ini??
Nasi goreng pakai telor ceplok aja, 15.000.
ayam tepung ecek-ecek yang di jual di pinggir jalan, 8000. Jus jeruk 7500. Total ini semua tigapuluh ribuan!!! Padahal target makan ku itu dua puluh ribuan! sehari loh ya, dua kali makan itu.
Eh, kenapa juga aku harus menghitung semua ini? aku kan nggak harus bayar! Duh, aku begitu terharu. Tapi slow down Fafa, kamu harus tenang. Jangan mempermalukan dirimu sendiri di depan wanita anggun ini.
"Silahkan." Ucap sang Nyonya, ramah.
"Terima kasih." Jawabku sambil tersenyum dan mencoba perlahan-lahan mengambil sepiring nasi goreng itu dengan hati-hati. Takut kelihatan terlalu girang, kalau piringnya sampai jatuh saat ku pegang dengan terburu-buru, kan nggak lucu! Hehehe.
Seperti yang ku duga, nasi gorengnya enak sekali, dan jus jeruknya segar luar biasa.
Ya Alloh.. Terima kasih atas rejekiMu hari ini. Air mata ku hampir menetes karena terharu.
"Oh ya, kita belum berkenalan kan?" Ucap Sang Nyonya, sambil terus memperhatikan gerak-gerik ku.
Aku tersenyum. Nasi goreng ini hampir habis ku makan, tapi malah belum berkenalan dengan yang memberi. Malunya!
"Nama saya Fafa, Bu..."
"Saya Atikah Gunardi, Ibu dari lelaki yang marah-marah tadi. Namanya Vian."
Aku mengangguk sambil sekali lagi menyuapkan butiran nasi goreng ke dalam mulutku. Tinggal beberapa sendok lagi, mubazir jika tidak di habiskan.
"Nak Fafa bekerja di mana?"
"Saya bekerja sebagai SPG di mall."
"Suka dengan pekerjaan kamu?"
Aku berhenti melahap nasi goreng, dan menatap Bu Atikah. Bingung.
'Tidak bisa di bilang suka sih, lebih tepatnya butuh.' Batinku.
"Berapa salary kamu dalam satu bulan?"
"Ya, UMR Jogja plus insentif, kalau penjualan saya target."
"Hmmhh.." Bu Atikah bergumam sambil mengangguk beberapa kali.
"Kalau setiap bulan saya bayar kamu lima juta, kamu mau bekerja di sini?"
"Li, lima juta? untuk apa?" Tanya ku, bingung.
"Merawat anak saya, Vian. Yang marah-marah tadi. Sebenarnya dia anak yang baik, hanya sedikit frustasi karena sakit."
"Tapi saya bukan perawat, Bu. Saya takut nda' kompeten untuk merawat seseorang."
"Anak saya, Vian. Bukan membutuhkan perawat." Bu Atikah menarik napas panjang.
"Yang dia butuhkan sebenarnya adalah teman yang bisa mendukungnya agar rasa percaya dirinya bisa kembali. Sepertinya kalian sebaya. Saya harap kamu bisa menemaninya dan menjadi temannya. Saya pikir kamu mampu."
Bu Atikah terdiam lalu kembali bercerita. "Sudah puluhan perawat yang berhenti karena tidak tahan dengan sikap kasar Vian." Bu Atikah tertunduk, dia terlihat sedih.
"Dulu, Vian adalah anak yang baik. Dia punya banyak teman bahkan kekasih yang sangat cantik. Tapi setelah kecelakaan yang membuat kakinya tidak bisa di gerakkan lagi.
Vian mulai kehilangan rasa percaya dirinya, dia menjauhi teman-temannya, bahkan kekasihnya sepertinya sudah tidak peduli lagi. Sudah lama saya tidak melihatnya datang menemui Vian.
Sebenarnya, setelah operasi, Vian masih bisa berjalan walaupun mungkin tidak se normal orang biasa, asalkan dia mau mengikuti terapi tiap minggu."
Bu Atikah menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. "Tapi dia tidak mau mengikuti terapi itu. Dia seperti kehilangan semangat, dan setiap hari selalu marah-marah pada siapa saja yang dia temui.
Saya bingung harus bagaimana lagi, saya harap kamu bisa membantu." Bu Atikah menggenggam tangan ku erat.
"Tapi, apa yang bisa saya lakukan Bu? saya nggak tahu apa-apa."
"Temani saja dia. Buat kepercayaan dirinya muncul kembali agar dia punya semangat untuk sembuh. Jadilah teman yang selalu berada di sisinya dan mendukungnya."
"Kenapa Ibu percaya sama saya, Ibu bahkan belum mengenal saya."
"Kamu baik, itu dasar paling utama. Kamu jauh-jauh kemari untuk bertemu Pak Satpam, yang bahkan dia sendiri sudah lupa denganmu. Kebaikanmu tanpa pamrih, tujuan mu mulia. Itu yang membuat saya yakin."
"Tapi..." Aku ragu. Apa aku harus keluar dari pekerjaanku sebagai SPG? bagaimana jika aku juga di usir keluar seperti perawat tadi? aku nggak punya pekerjaan dong! *O*h no!!
"Begini saja nak Fafa. Nak Fafa jangan keluar dari pekerjaan yang sekarang."
Bu Atikah bisa membaca pikiranku??
"Lalu?"
"Tinggallah di sini dan menemani Vian, sambil terus bekerja di mall. Tenang saja, kalian nggak akan berdua saja. Ada dua orang satpam yang bergantian jaga, sepuluh pelayan dan tukang kebun yang tinggal di rumah ini.
Semua fasilitas akan saya sediakan, antar jemput saat bekerja, kamar tidur sendiri, makan dan minum semuanya gratis! Plus tiap bulan saya bayar lima juta. Tapi saya mohon, kamu bisa bertahan di samping Vian. Bagaimana?"
Penawaran yang sangat menggiurkan. Kalau cuma menjadi teman ngobrol anak orang kaya manja, sepertinya bukan masalah sulit. Aku juga terkenal keras orangnya. Lagipula membayangkan uang lima juta yang akan masuk ke dalam kantongku tiap bulannya, membuatku tak kuasa menolak tawaran ini.
Bayangkan! apa saja yang bisa aku lakukan dengan uang sebanyak itu? jika bisa bertahan sepuluh bulan saja, Aku bisa merenovasi rumah ku di desa. Luar biasa!!!
"Baiklah akan saya coba." Ucapku, akhirnya.
"Terima kasih." Bu Atikah tampak sangat bahagia. "Nanti saya suruh sopir mengantar kamu untuk mengambil barang-barang mu. Malam ini kamu mulai tidur di sini."
"Hah? secepat ini?"
"Iya, soalnya malam nanti saya sudah harus ke bandara, saya akan ke luar negri untuk beberapa hari."
"Ta.. tapi, saya bahkan belum berkenalan dengan Mas Vian."
"Kalau begitu, sekarang kita ke kamarnya."
Bu Atikah langsung bangun dari duduknya dan menarik tanganku agar mengikutinya.
Kami berjalan menuju kamar Vian di lantai dua. Entah kenapa jantungku berdebar-debar sangat kencang.
Aku sangat penasaran, seperti apa sih orang yang bernama Vian itu?
Aku hanya mendengar suaranya saja tadi, wajahnya belum sempat ku lihat.
Tapi... apa keputusan ini tepat? sepertinya aku terlalu cepat mengiyakan. Bagaimana kalau sampai aku berbuat kesalahan dan menyesal?
#like dan komen readers sangat saya nantikan🤗
terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Nabil Az Zahra
sayang di sini gada kerjaan kek gtu,cma nemenin ngobrol dpt gaji besar+fasilitas.di sini ngobrol ya cma dpt capek+dosa klo dah masuk ghibah🤣🤣🤣
2023-06-21
1
Herlina Riansyah
5 jt + cogan Fa y asalkan km mampu ngluluhin hati Vian yg udh beku so trauma yg dialami krn kecelakaan n org² trdekat yg mulai menjauh .kasain Vian
2023-05-06
1
Acoh Kwekwek
5 juta Fa
2023-01-04
0