Radio.

"Haah!! Ya ampun!" Aku langsung menutup mulutku.

"Stt!! jangan berisik!" Winarsih menyembunyikan radio yang baru di belinya. Di tempat kost kami, radio adalah barang terlarang layaknya narkoba atau mariyuana.

Alasannya hanya satu, karena radio memakai listrik, dan kata Ibu kost, 'listrik mahal!'

"Kita nyalain tapi pelan-pelan saja." Bisik Winarsih.

Aku mengangguk senang. Aku ingin dengar musik. Di rumah kost yang besar ini, TV hanya ada satu, itupun kami harus ke rumah Ibu kost yang ada di sebelah. Kadang malas juga, tapi di kamar juga mau apa? sepi. Kalau merasa bingung dan bosan, pada akhirnya aku lebih memilih untuk tidur atau membuka laman Facebook ku sampai bosan.

Tapi sekarang ada radio, pasti lebih menyenangkan.

Aku bisa mengulang hoby ku saat masih SMU, yaitu berkirim salam lewat radio dan request lagu-lagu favorit ku.

Winarsih mulai memutar tombol tuning dan akhirnya menemukan saluran radio yang memutar musik. Kami pun bersorak riang. Tak pernah terbayangkan olehku, mendengarkan radio bisa se-happy ini.

Padahal sekarang teknologi begitu canggih, handphone menyebar di seantero jagad raya, internet pun merajalela dan jejaring sosial menjamur di mana-mana. Tapi aku di sini, sudah menjerit kesenangan karena mendengarkan siaran radio. Kampungan sekali aku ini.

"Suara apa itu!" Tiba-tiba terdengar suara teriakan Ibu kost.

"Cepat kunci pintunya!" Bisik Winarsih. Aku pun langsung melompat dari tempat tidur dan mengunci pintu.

Tok! Tok! Tok!

Ibu kost mulai tak sabar ingin masuk dan terus mengetuk pintu.

"Ambil batu baterai! cepat!" Teriakku lirih. Winarsih mengambil batu baterai lalu memasangnya di radio, kemudian mencabut kabel radio yang menyambung ke stopkontak listrik dan menyembunyikannya di bawah bantal.

Winarsih mengangguk, tanda semua telah aman.

Dengan jantung berdebar kencang, aku membuka pintu kamar dan muncullah Ibu kost dengan muka sangarnya.

"Kenapa bawa radio?! di sini nggak boleh pake listrik!" Ucapnya tegas.

"Nggak pake listrik kok Bu, ini pake batu baterai." Ucap Winarsih semanis mungkin sambil menunjukkan batu baterai yang menempel di dalam radio.

Ibu kost terdiam, tapi wajahnya masih terlihat kesal. Dia pun berbalik. Aku dan Winarsih tersenyum penuh kemenangan.

"Dasar lont*!" Ucap Ibu kost dari kejauhan.

Mataku membulat sempurna dan mulutku menganga, orang setua itu ternyata masih bisa bicara kasar.

"Ya, kamu ger*o nya, kan setiap bulan di setorin duit sama kita." Ucap Winarsih lirih, lalu diikuti tawa kami berdua.

Ibu kost kami memang menakutkan, kata-katanya juga kadang sangat tidak enak di dengar dan menyakiti hati. Jadi maafkan kami ya bu, kadang-kadang suka bandel.

Tapi karena ke-galakkan Ibu kost, kami semua menjadi teman yang sangat dekat bahkan seperti saudara. Mungkin itu semua karena keinginan yang muncul untuk saling melindungi satu sama lain, sebagai anak kost yang teraniaya, wallah.. lebay nya diriku.

"Oh ya Fa, hampir lupa." Winarsih mendekati lemari dan mengambil sebuah amplop putih. "Tadi pagi ada surat buat mu." Dia menyerahkan surat itu dan ku terima.

"Dari Bapak," ucapku sambil membuka surat dan mulai membaca isinya.

Aku menghela napas kemudian melipat kembali surat tadi.

"Kenapa?" tanya Winarsih sambil menatapku.

"Biasa..." aku tersenyum.

"Biasa? apa?"

"Duit. Bapak minta di kirimi duit." Ucapku sambil tersenyum.

"Ada?" tanya nya lagi.

"Nanti lah, gajian baru aku kirim. Sekarang kan tanggal tua bangka." Selorohku sambil tertawa.

"Mungkin lagi butuh banget, Fa. Kalau mau pakai uangku dulu." Winarsih menawarkan bantuan.

"Ck!" Aku mengibaskan tangan, "nggak terburu-buru kok. Santai aja Mbak."

"Wes wengi! Ribut ae! bocah wedok ra ngerti aturan!"

"Ups!" Aku langsung menutup mulutku.

...*...

Hari ini aku sift siang, dan seperti biasa, pagi-pagi aku pergi untuk berolah raga. Aku berlari kecil sambil terus memikirkan Bapak dan Ibu di desa.

Kapan ya, aku bisa mengumpulkan uang? agar Bapak dan Ibu hidup dengan lebih baik, tanpa kekurangan. Mereka berdua sudah tua, kasihan sekali kalau harus pergi ke sawah, berpanas-panasan demi sekarung beras.

Aku menghela napas, kalau memikirkan kedua orang tuaku, hatiku jadi sedih. Air mata bahkan sudah menggenang tanpa kusadari.

Buru-buru aku menghapusnya. Aku nggak boleh begini! Aku harus kuat!

"Semangat!!!" Teriakku lantang.

"Mbak, lagi ngapain!"

Wajahku langsung memerah, ada seorang Bapak berbaju satpam mendekatiku.

"Ah, e.. nggak ada apa-apa, Pak." Ucapku, malu. Ternyata Pak Satpam ini adalah penjaga rumah besar yang selalu ku lewati. Tanpa ku sadari, aku sudah berada di depan rumah mewah berlantai tiga itu.

"Ru.. rumahnya.. gede banget ya Pak?" Ucapku basa basi.

"Iya Mbak, tapi nggak ada penghuninya " Jawab si Bapak satpam.

"Masa? rumah sebesar itu nggak ada penghuninya? padahal orang satu kampungku bisa muat semua tuh! Ck ck ck.." Aku menggeleng heran.

Aku loh, umpel-umpelan di rumah kost, berbagi di kasur kecil dengan Mbak Winarsih. Eh, di sini malah rumah segede itu di biarkan kosong. Hidup sungguh tak adil.

Bapak Satpam tadi tertawa mendengarkan celotehanku, "penghuninya memang cuma dua, tapi pembantunya ada sepuluh."

"Sepuluh?!" Ulangku tak percaya. "Pembantu punya sepuluh? ya ampun, kaya banget itu pemiliknya. Punya pabrik pencetak uang ya Pak? Perasaan aku kerja siang malam di bela-belain lembur juga gini-gini aja." Ucapku sambil bercanda hingga Pak Satpam tertawa lagi.

"Memangnya si Mbak kerja di mana?"

"Saya kerja di mall Pak, jadi SPG."

"Syukuri Mbak, anak saya ngelamar kerja kesana kesini belum ada panggilan. Kalau ada lowongan, mbok saya di kasih tau. Siapa tahu anak saya bisa di terima."

"Oh ya, inshaAlloh saya kabari Pak. Nanti kalau ada info lowongan kerja, saya ke sini kasih kabar. Saya permisi ya Pak." Ucapku sambil berpamitan.

Ku sapu kan pandanganku sekejap ke balik pagar rumah besar itu, dan aku melihat seorang lelaki tampan duduk di atas kursi roda sedang memandang tajam ke arahku.

Bulu kudukku merinding. Jangan-jangan orang itu hantu, kulitnya putih banget.

Aku langsung melengos dan melanjutkan lari pagiku.

"Ganteng tapi kok menakutkan ya.. hiii..." Aku bergumam sendiri.

...*...

"Kita jalan yuk."

Aku terdiam tanpa kata (D'Masiv banget ya!).

Antara bingung dan bahagia. Ini bukan mimpi kan? tanpa ba bi bu, Adnan ngajakin jalan? Oh my God!

Apa yang harus ku lakukan? pura-pura jual mahal? menolak? mengulur-ulur? atau langsung mengangguk girang tanpa malu-malu? Aku harus bagaimana???

Ah! peduli amat! Ini kan kesempatan yang sudah kutunggu-tunggu sekian lama, masa aku biarkan berlalu begitu saja!

"Memangnya... kamu mau ajak aku ke mana?" Tanyaku, malu-malu.

"Ya jalan aja, muter-muter kemana gitu. Yang penting berdua."

Aku mencoba sekuat tenaga menahan senyum di bibirku, alhasil hidungku jadi kembang kempis karenanya.

"Boleh, kapan?"

"Nanti aku kabari lewat chat, besok kamu libur kan?"

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Setelah itu, Adnan pun pergi untuk melanjutkan tugasnya.

Setelah Adnan sudah tak tampak, aku langsung melonjak kegirangan.

"Yes! yes! yes!" teriakku riang.

Akhirnya, setelah 20 tahun lamanya, aku bisa merasakan yang namanya kencan.

.

#Enjoy reading ❤️❤️

Ikutin terus kisah Fafa ya gaes..🤗

Terima kasih🙏🙏

Terpopuler

Comments

Herlina Riansyah

Herlina Riansyah

ya ampoon ibu kostnya medit amat deh

2023-05-06

1

💕febhy ajah💕

💕febhy ajah💕

coba ngekos di kandang ayam pasti ngak akan bosan🤭🤭🤭jdi inget dijah, Tini, mak Robin, asti dan boy.

2023-04-08

0

Acoh Kwekwek

Acoh Kwekwek

masih nyimak Thor 😁

2023-01-04

0

lihat semua
Episodes
1 Namaku Fafa.
2 Radio.
3 Sebuah Misi.
4 keputusan.
5 bermula.
6 Pelangi??
7 jurus penjualan.
8 kursi kayu jati bikin emosi.
9 jalan-jalan pagi.
10 Marah membawa berkah.
11 Permintaan maaf.
12 Terapi di mulai.
13 Khayalan Mbok Yem.
14 Gosip.
15 Lelaki kardus dan Sundel bolong.
16 Siapa Falentina?
17 SP satu.
18 Ke Pantai.
19 Perasaan yang tak terkendali.
20 Bertemu sepupu.
21 Karaoke.
22 Blacklist.
23 Ternyata Vian...
24 Acuh.
25 Kecewa.
26 Janji ku.
27 Siapa aku di hatimu.
28 First kiss.
29 Mami mertua?
30 Ada apa antara Vian dan Rama?
31 O.. oh, kamu ketahuan.
32 Malu.
33 Pulang Kampung jadi sultan.
34 Bertemu lelaki primadona desa.
35 Mas Vian, I luv u..
36 Kedatangan sang pujaan hati.
37 Alon le...
38 Pulang ke Jogja.
39 Restu dari Mommy.
40 Penasaran.
41 Kembali bekerja.
42 Terkuak.
43 Visual.
44 Cara jitu mendapatkan kebenaran.
45 I luv u more...
46 Benci!
47 Benci (benar-benar cinta)
48 Pak Juliver.
49 Jagalah Hati.
50 Berteman??
51 Ajakan Mommy.
52 Suami pencemburu.
53 Makan malam..
54 Makan Malam part 2
55 Keributan saat sarapan.
56 Sakit hati.
57 Sudah tak peduli lagi?
58 Jujurlah tanpa ku tanya!
59 Pertengkaran.
60 Dilema.
61 Balik kampung lagi.
62 I Miss you, but I hate You!
63 Balik kampung lagi part 2
64 Dunia terbalik.
65 Jatuh cinta lagi.
66 Gara-gara ubi Cilembu.
67 Ketemu Besan.
68 Kemenangan sejati.
69 Hari H.
70 Sampai maut memisahkan. (END)
71 pengumuman karya baru.
72 karya baru
73 promo karya baru
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Namaku Fafa.
2
Radio.
3
Sebuah Misi.
4
keputusan.
5
bermula.
6
Pelangi??
7
jurus penjualan.
8
kursi kayu jati bikin emosi.
9
jalan-jalan pagi.
10
Marah membawa berkah.
11
Permintaan maaf.
12
Terapi di mulai.
13
Khayalan Mbok Yem.
14
Gosip.
15
Lelaki kardus dan Sundel bolong.
16
Siapa Falentina?
17
SP satu.
18
Ke Pantai.
19
Perasaan yang tak terkendali.
20
Bertemu sepupu.
21
Karaoke.
22
Blacklist.
23
Ternyata Vian...
24
Acuh.
25
Kecewa.
26
Janji ku.
27
Siapa aku di hatimu.
28
First kiss.
29
Mami mertua?
30
Ada apa antara Vian dan Rama?
31
O.. oh, kamu ketahuan.
32
Malu.
33
Pulang Kampung jadi sultan.
34
Bertemu lelaki primadona desa.
35
Mas Vian, I luv u..
36
Kedatangan sang pujaan hati.
37
Alon le...
38
Pulang ke Jogja.
39
Restu dari Mommy.
40
Penasaran.
41
Kembali bekerja.
42
Terkuak.
43
Visual.
44
Cara jitu mendapatkan kebenaran.
45
I luv u more...
46
Benci!
47
Benci (benar-benar cinta)
48
Pak Juliver.
49
Jagalah Hati.
50
Berteman??
51
Ajakan Mommy.
52
Suami pencemburu.
53
Makan malam..
54
Makan Malam part 2
55
Keributan saat sarapan.
56
Sakit hati.
57
Sudah tak peduli lagi?
58
Jujurlah tanpa ku tanya!
59
Pertengkaran.
60
Dilema.
61
Balik kampung lagi.
62
I Miss you, but I hate You!
63
Balik kampung lagi part 2
64
Dunia terbalik.
65
Jatuh cinta lagi.
66
Gara-gara ubi Cilembu.
67
Ketemu Besan.
68
Kemenangan sejati.
69
Hari H.
70
Sampai maut memisahkan. (END)
71
pengumuman karya baru.
72
karya baru
73
promo karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!