Marah membawa berkah.

"Fa," Adnan meraih tanganku. Dan aku menepisnya kasar.

"Aku harus kerja, aku sudah terlambat." Aku segera berlalu meninggalkan Adnan yang masih menatapku.

Aku bukan marah, bahkan kesalahannya sudah aku maafkan dari hari dia tak mengabari apa-apa. Tapi aku memang harus mulai membuat jarak dengannya, bukan untuk membuatnya menjauhiku, tapi agar hati ku menjadi lebih damai. Aku nggak suka punya perasaan bahwa aku sedang di permainkan, aku nggak mau menyakiti perasaanku sendiri karena lelaki nggak jelas itu.

Kalau dia benar-benar serius ingin mendekatiku, dia pasti nggak akan menyerah sampai di sini. Tapi kalau dia hanya bermain-main dengan perasaanku, aku sudah siap jika mulai hari ini dia menjauhiku.

Aku merapihkan baju-baju daganganku yang berantakan. Me-lap plastik-plastik pembungkus yang agak berdebu, sampai Nunung datang mendekat.

"Aku lihat koh tadi." Bisiknya, sambil pura-pura membantuku beberes.

"Lihat apa?"

"Waktu kamu cuekin Adnan, aku seneng banget liatnya! aku baru tau kalau kamu bisa cuek seperti itu ke Adnan. Biasanya dia lewat aja kamu langsung kemlipik -salah tingkah-."

"Harus aku lakukan, Nung. Jika tidak, dia akan terus mempermainkan hatiku." Jawabku super lebay, ala-ala telenovela di TV.

"Aku setuju denganmu, Fulgoso!" Ucap Nunung membalas acting lebay ku.

Kami berdua pun tertawa cekikikan.

"Uhuk! Uhuk!"

Ups! ada Ibu koordinator yang sedang memperhatikan kami. Aku langsung beringsut dan melanjutkan aktivitas beberesku, Nunung pun perlahan-lahan kembali menuju counter nya.

...*...

Jam setengah sepuluh malam toko baru tutup karena sangat ramai. Aku capek luar biasa, tapi jemputan belum datang.

Aku duduk sendirian di tangga depan pintu masuk Mall sambil meluruskan kakiku yang kaku.

Seperti biasa, setiap kali sift siang dan pulang malam, aku selalu minta di jemput. Itu juga salah satu perintah Bu Atikah.

Sebenarnya aku agak tak enak hati, tapi jarak rumah Vian dan Mall ini memang lumayan jauh. Kalau harus jalan kaki, bisa setengah jam lamanya. Dan aku sudah sangat lelah.

Akhirnya jemputan ku datang, aku langsung beranjak dari dudukku dan masuk ke dalam mobil mewah yang di supiri Pak Slamet.

"Baru tutup tokonya, Mbak?"

"Iya Pak, pembelinya nggak habis-habis. Kakiku sampai kaku." Gerutu ku.

Pak Slamet hanya tersenyum, lalu mulai menjalankan mobil.

Pukul 21.45 aku sampai di rumah Vian.

Ya Tuhan, capek luar biasa. Rasanya ingin pingsan, kepalaku juga sedikit pusing. Aku ingin langsung merebahkan tubuhku dan tidur.

Aku masuk melalui pintu depan dan melihat Vian masih di sana, duduk di kursi rodanya, di tengah ruang tamu sambil menatapku.

"Lho, Mas Vian belum tidur?"

"Kamu dari mana saja!" Bentaknya. "Sudah jam berapa ini!"

"Aku kan sift siang, ya memang pulang nya malam." Aku bingung, ada apa gerangan dengannya? dia salah makan atau apa sih?

"Apa kamu nggak malu! kerja tapi pulang semalam ini!"

"Kenapa malu? Yang pulang malam bukan hanya aku, hampir seluruh pegawai yang kerja di mall, pulang jam segini. Apa salahnya? Di mana malunya?"

"Aku nggak suka, kamu pulang selarut ini! kamu tinggal di sini! jadi harus mengikuti aturan rumah ini! Kamu kayak cewek murahan yang pulang larut malam."

Kemarin dia bilang aku mendekatinya karena mau dengan hartanya lalu bilang cewek seperti aku banyak di pinggir jalan. Sekarang dia bilang, aku cewek murahan. Mulutnya benar-benar harus di sumpel pake sabun mandi.

Rasanya pengen banget, menarik lampu kristal yang ada di atas dan menjatuhkannya tepat di atas kepala Vian. Agar otak nya yang isi kotoran itu bisa keluar.

Aku mengatur nafasku yang mulai memburu karena emosi.

"Kamu sadar nggak sama kata-kata mu barusan?" tanyaku lirih.

"Sadar apa enggak!!!!" Teriakku. Aku sudah nggak bisa lagi menahan emosi.

"Aku nggak terima, di hina orang manja sepertimu! Kamu memang punya segalanya, nggak perlu susah-susah bekerja siang malam demi uang yang nggak seberapa sepertiku. Tapi bukan berarti kamu bisa menghina pekerjaanku!

Bisa apa kamu tanpa uangmu! makan saja masih di layani, berjalan saja nggak bisa, ikut terapi nggak mau! lelaki lemah macam kamu, punya hak apa menghina kerja kerasku!

Untung saja kamu di lahirkan oleh Bu Atikah, kalau nggak, kamu pasti sudah mati di jalanan karena nggak punya kemapuan apa-apa untuk bertahan hidup! Dasar anak manja!" Aku berhenti sambil menarik napas dalam-dalam. Aku bicara terlalu banyak karena emosi.

"Berani nya kamu menghina ku..." Vian pun tampak marah, wajahnya yang putih berubah memerah. Tangannya mencengkram erat pegangan kursi roda.

"Siapa yang memulai! Kamu yang lebih dulu menghina aku! Makan saja masih di layani kok menghina orang lain! Nggak tahu malu! Cih!" Aku berjalan menjauhi Vian dan menuju kamar tidurku, dengan jantung yang berdebar kencang. Seluruh tubuhku gemetar. Rasanya kakiku sulit sekali untuk ku gerakan.

Apa yang baru saja aku lakukan!!!

Tiba-tiba aku tersadar dan menyesal.

Aku membaringkan tubuhku di ranjang dengan masih mengenakan seragam kerja yang sudah bau keringat.

Kepalaku berdenyut-denyut, sakit sekali. Apa karena aku berteriak-teriak ya? aku butuh aspirin, tapi kaki ku sudah tak bisa aku gerakkan lagi, aku sudah terlalu lelah untuk mencari Mbok Yem dan meminta obat.

Sudahlah, aku tidur saja. Besok mungkin aku sudah baikan.

...*...

Aku terbangun dengan tubuh yang terasa segar. Kepalaku tak sakit lagi, kaki ku juga sudah tak pegal lagi.

Alhamdulillah.. rasanya aku sudah tidur selama tiga hari, hehe..

Jam berapa ini? matahari sudah bersinar cerah sekali. Aku melirik jam wekerku.

"What!! jam 9?" Aku langsung meloncat dari ranjang dan buru-buru ke kamar mandi kemudian berhenti. "Oh iya, hari ini aku sift siang lagi, untung saja." Aku mengelus dada.

"Kok nggak ada yang bangunin aku ya?" gumamku, sambil berjalan menuju kamar mandi, lalu mencuci wajahku dan menyikat gigi.

Setelah keluar dari kamar mandi, aku berhenti tepat di depan kamar Vian, lalu mengintip ke dalam. Sepi, kamarnya juga sudah rapih. Kemana dia?

"Mbok..." Aku turun dari lantai dua menuju dapur, mencari Mbok Yem.

"Kayaknya Mbok Yem lagi ke pasar, Mbak. Itu sarapannya Mbak Fafa ada di meja." Jawab Siti yang sedang membersihkan guci besar yang ada di pojokkan ruang tengah.

"Oh.. Terus Mas Vian nya kemana, Ti?"

"Nggak tau Mbak, Den Vian pergi pagi-pagi tadi, sekitar jam 7. Cuma pergi berdua dengan Pak Slamet."

"Kemana ya?"

"Tadi pagi Den Vian melarang kami membangunkan Mbak Fafa, makanya Mbak Fafa jadi bangun kesiangan."

Aku masih bingung dan hanya ber 'oh' ria. Lalu berjalan menuju dapur dan memakan nasi goreng yang ada di atas meja makan

"Kamu sudah makan, Ti?" teriakku dari dapur.

"Sudah kok Mbak," Balas Siti dari ruang tengah.

Mentang-mentang nggak ada pemilik rumah, kami jadi teriak-teriak sesuka hati.

"Mbak Fafa sudah bangun to?"

Aku menoleh dan melihat Mbok Yem muncul dari pintu dapur yang terhubung dengan halaman belakang. Aku pun tersenyum malu.

"Sudah enakkan badannya?"

Aku menatap Mbok Yem, bingung.

"Semalam, badan Mbak Fafa panas banget, mengigau terus. Makanya saya nggak berani bangunin, biar istirahatnya puas."

"Iya Mbok, semalem capek banget. Di tambah marah-marah sama Mas Vian." Aku menghela napas

"Bu Atikah marah nggak ya? kalau tahu semalam aku marah-marah sama Mas Vian." Aku tertunduk lemas.

"Tenang aja Mbak Fafa, Bu Atikah orangnya baik. Apalagi kalau tahu, akibat di marahin Mbak Fafa semalam, Den Vian jadi mau terapi lagi. Beliau pasti memuji Mbak Fafa."

"Serius Mbok?" Aku terkejut sampai berdiri dari dudukku.

.

#Like dan komentar kalian adalah penyemangatku❤️

Terpopuler

Comments

Herlina Riansyah

Herlina Riansyah

yess good job Fafa .. noh liat Vian mw therapy lg hbs kena omelanmu 👍👍💪💪

2023-05-06

1

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah kan,,Anggap sajankemarahan mu itu,semangat utk Vian…

2023-04-25

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Bagus aku suka kamu begitu,Baru dia tau sekarang dia udah ada temen debat🤣🤣🤣😜😜

2023-04-25

0

lihat semua
Episodes
1 Namaku Fafa.
2 Radio.
3 Sebuah Misi.
4 keputusan.
5 bermula.
6 Pelangi??
7 jurus penjualan.
8 kursi kayu jati bikin emosi.
9 jalan-jalan pagi.
10 Marah membawa berkah.
11 Permintaan maaf.
12 Terapi di mulai.
13 Khayalan Mbok Yem.
14 Gosip.
15 Lelaki kardus dan Sundel bolong.
16 Siapa Falentina?
17 SP satu.
18 Ke Pantai.
19 Perasaan yang tak terkendali.
20 Bertemu sepupu.
21 Karaoke.
22 Blacklist.
23 Ternyata Vian...
24 Acuh.
25 Kecewa.
26 Janji ku.
27 Siapa aku di hatimu.
28 First kiss.
29 Mami mertua?
30 Ada apa antara Vian dan Rama?
31 O.. oh, kamu ketahuan.
32 Malu.
33 Pulang Kampung jadi sultan.
34 Bertemu lelaki primadona desa.
35 Mas Vian, I luv u..
36 Kedatangan sang pujaan hati.
37 Alon le...
38 Pulang ke Jogja.
39 Restu dari Mommy.
40 Penasaran.
41 Kembali bekerja.
42 Terkuak.
43 Visual.
44 Cara jitu mendapatkan kebenaran.
45 I luv u more...
46 Benci!
47 Benci (benar-benar cinta)
48 Pak Juliver.
49 Jagalah Hati.
50 Berteman??
51 Ajakan Mommy.
52 Suami pencemburu.
53 Makan malam..
54 Makan Malam part 2
55 Keributan saat sarapan.
56 Sakit hati.
57 Sudah tak peduli lagi?
58 Jujurlah tanpa ku tanya!
59 Pertengkaran.
60 Dilema.
61 Balik kampung lagi.
62 I Miss you, but I hate You!
63 Balik kampung lagi part 2
64 Dunia terbalik.
65 Jatuh cinta lagi.
66 Gara-gara ubi Cilembu.
67 Ketemu Besan.
68 Kemenangan sejati.
69 Hari H.
70 Sampai maut memisahkan. (END)
71 pengumuman karya baru.
72 karya baru
73 promo karya baru
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Namaku Fafa.
2
Radio.
3
Sebuah Misi.
4
keputusan.
5
bermula.
6
Pelangi??
7
jurus penjualan.
8
kursi kayu jati bikin emosi.
9
jalan-jalan pagi.
10
Marah membawa berkah.
11
Permintaan maaf.
12
Terapi di mulai.
13
Khayalan Mbok Yem.
14
Gosip.
15
Lelaki kardus dan Sundel bolong.
16
Siapa Falentina?
17
SP satu.
18
Ke Pantai.
19
Perasaan yang tak terkendali.
20
Bertemu sepupu.
21
Karaoke.
22
Blacklist.
23
Ternyata Vian...
24
Acuh.
25
Kecewa.
26
Janji ku.
27
Siapa aku di hatimu.
28
First kiss.
29
Mami mertua?
30
Ada apa antara Vian dan Rama?
31
O.. oh, kamu ketahuan.
32
Malu.
33
Pulang Kampung jadi sultan.
34
Bertemu lelaki primadona desa.
35
Mas Vian, I luv u..
36
Kedatangan sang pujaan hati.
37
Alon le...
38
Pulang ke Jogja.
39
Restu dari Mommy.
40
Penasaran.
41
Kembali bekerja.
42
Terkuak.
43
Visual.
44
Cara jitu mendapatkan kebenaran.
45
I luv u more...
46
Benci!
47
Benci (benar-benar cinta)
48
Pak Juliver.
49
Jagalah Hati.
50
Berteman??
51
Ajakan Mommy.
52
Suami pencemburu.
53
Makan malam..
54
Makan Malam part 2
55
Keributan saat sarapan.
56
Sakit hati.
57
Sudah tak peduli lagi?
58
Jujurlah tanpa ku tanya!
59
Pertengkaran.
60
Dilema.
61
Balik kampung lagi.
62
I Miss you, but I hate You!
63
Balik kampung lagi part 2
64
Dunia terbalik.
65
Jatuh cinta lagi.
66
Gara-gara ubi Cilembu.
67
Ketemu Besan.
68
Kemenangan sejati.
69
Hari H.
70
Sampai maut memisahkan. (END)
71
pengumuman karya baru.
72
karya baru
73
promo karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!