Seorang Kaisar Wanita.
Langit kini tampak berwarna merah seperti darah, pertanda kan kalau di situ telah terjadi sebuah peperangan yang dahsyat. Angin yang berhembus kencang telah menyebarkan bau darah dari sekumpulan perajurit perajurit yang mati di medan perang.
Di tempat itu, hanya ada pemandangan yang mengerikan. Suara dentingan pedang dan teriakkan yang memekah kan telinga, serta tanah lapang yang kini sudah menjadi lautan kematian perenggut nyawa.
Seorang kaisar yang dengan jubah perang sedang mengayunkan pedangnya sambil menaiki seekor kuda putih, terlihat begitu gagah perkasa, caranya bertarung begitu hebat dan mematikan.
Kaisar itu menebas kepala perajurit musuh satu persatu, pedang di tangannya telah ter lumuri darah. perang yang sudah berjalan selama tiga hari tiga malam itu tidak membuatnya lelah sedikitpun.
Walaupun tubuh telah dipenuhi luka, dan rasa letih karena terus menerus bertarung, hal itu tidak lah mampu membuat kaisar itu menyerah.
Semua rasa sakit, rasa letih, dan pengorbanan ini adalah demi kemakmuran rakyatnya. Ia harus terus bertarung, sampai salah satu dari kedua pihak kalah, entah itu pihaknya atau pihak musuh.
Kini pihak Kaisar itu telah menghabisi sepertiga dari pihak lawan. “KEMENANGAN SUDAH DEKAT!! MARI KITA SELESAIKAN PEPERANGAN INI BERSAMA!!!” Suara yang begitu lantang dari kaisar itu, mampu membangunkan semangat jiwa petarung dalam diri perajurit.
Perang terus berlanjut, sampai pada akhirnya pihak kaisar itu berhasil memenangkan pertempuran. Sorak sorak bahagia terdengar dari para perajurit, menandakan sebuah kemenangan dan akhir dari sebuah peperangan.
Namun tiba tiba, salah seorang perajurit berteriak.“HUJAN PANAH!!!!....CEPAT LINDUNGI YANG MULIA KAISAR!!!” hujan panah terjadi, beruntung semua perajurit memegang tameng besi untuk melindungi diri dari hujan panah itu.
Namun sangat disayangkan, sang Kaisar tidak memiliki perlindungan. Alhasil beberapa anak panah berhasil menembus kulit, dan pada akhirnya kaisar itu mati namun tetap membawa kemenangan bagi kerajaannya.
Para rakyat bersedih atas kematian kaisar yang begitu mereka cintai, walaupun mereka memperoleh kemenangan, namun hanya ada duka yang saat ini mereka rasakan.
Tak ada petasan kembang api ataupun perayaan atas kemenangan, yang ada hanya kain putih dan kuning yang terpasang di seluruh penjuru kekaisaran sebagai tanda berduka atas kematian seseorang.
•
•
•
•
•
•
Sepuluh tahun berlalu.
Matahari yang terbit menandakan kalau hari sudah pagi, sinar matahari masuk ke dalam sebuah kamar seorang nona ke dua dari kediaman perdana mentri Li.
Terdapat seorang gadis kecil yang sedang terlelap tidur dan kini mulai terbangun karena terganggu dengan sinar matahari yang masuk melalui sela sela kamar.
Mata gadis itu perlahan terbuka, namun saat ia membuka matanya dan melihat sekeliling.... raut wajahnya terlihat bingung dan terkejut.
Gadis kecil itu bergegas turun dari ranjang, namun lagi lagi ia merasa terkejut. “Kenapa tubuhku terasa lebih kecil!!?” Gadis itu bertanya dalam hati.
Kemudian, gadis itu melihat pakaian yang ia kenakan. “Demi langit, apa yang terjadi denganku? bagaimana bisa seorang kaisar sepertiku memakai pakaian tidur seorang gadis?!!” Kemudian ia berjalan menuju cermin.
Gadis itu melihat pantulan wajahnya, dan alangkah terkejutnya ia saat melihat wajahnya saat ini.
“Ba...bagaimana bisa? i..ini, apa ini artinya aku hidup kembali? dan menepati tubuh gadis ini?” Ia bertanya tanya, sebenarnya ini begitu tidak masuk akal, ia ingat betul kalau dirinya sudah meninggal di medan perang karena hujan anak panah, dan apa sekarang?...
Ia saat ini menjadi seorang gadis kecil? entah apa yang direncanakan langit kepadanya, Bagaimana bisa seorang kaisar seperti dirinya justru terjebak di dalam tubuh seorang gadis kecil.
Ia terus menerus menatap pantulan wajahnya, saat ini dirinya sedang berfikir keras mengenai semua hal yang terjadi kepada dirinya.
Tiba tiba, ia melihat sebuah ingatan, tidak hanya ingatan tapi juga sebuah kejadian yang bukan dari ingatan itu, dan semua itu begitu cepat namun jelas.
Pertama ia melihat tubuhnya yang terbaring di peti mati, kemudian ia melihat adiknya, yaitu pangeran ke dua yang memakai jubah emas dengan mahkota di kepalanya.
Setelah itu berlanjut dengan ingatan seseorang, atau lebih tepatnya itu adalah ingatan gadis ini.
Ia melihat perdana mentri yang sedang menggendong seorang gadis kecil yang begitu mirip dengan pantulan dirinya yang ada di cermin, ingatan itu terus berlanjut.
Dan pada akhirnya, ingatan itu selesai.
Ia menghela nafas berat. “Li Ying, putri ke dua dari perdana mentri Li.” Kemudian ia menyentuh wajahnya. “Mulai sekarang aku harus terbiasa dengan tubuh ini!!.” ia mendudukkan dirinya di kursi. “Beruntung tubuh gadis ini masih belum tumbuh, setidaknya aku akan lebih muda terbiasa.”
Tiba tiba dari luar ada yang mengetuk pintu.
“Nona ke dua, sudah waktunya anda bersiap siap!!..” Itu adalah pelayan pribadi gadis yang bernama Li Ying itu.
Pintu perlahan terbuka, dan seorang gadis yang usianya lebih tua dari Li Ying masuk ke dalam kamar dan di ikuti pelayan yang lain.
Li Ying yang dalam posisi duduk dan menatap cermin, Kini kepalanya menoleh ke samping untuk melihat pelayan itu. “Qixuan, pelayan pribadiku, umurnya saat ini masih 15 tahun.” Ia mengingat tentang pelayan itu.
Li Ying kemudian bangkit dari posisi duduknya. “Qixuan, kalau aku tidak salah.... saat ini adalah hari di mana kakakku akan menikah dengan putra mahkota?” Ia bertanya kepada pelayan itu dengan begitu berwibawa seperti saat dirinya menjadi kaisar dulu.
Untuk sekilas, pelayan yang di panggil Qixuan dan pelayan yang lain merasa tertegun dengan perubahan sikap nona mereka.
Qixuan mengangguk. “Benar nona, sekarang adalah hari pernikahan nona pertama dengan putra mahkota...” ia menjawab pertanyaan dari Li Ying.
“Kalau begitu, cepatlah bantu aku bersiap siap!...” Li Ying memerintah pelayan itu, namun caranya berbicara begitu berbeda dengan biasanya, caranya berbicara saat ini begitu berwibawa, dan ditambah dengan ekspresi wajahnya yang begitu tenang dengan senyum tipis.
Qixuan dan pelayan yang lain mulai membantu nona mereka untuk bersiap siap. setelah beberapa saat, akhirnya mereka telah selesai membantu Li Ying bersiap siap.
“Nona, mari saya antar... yang lain sudah menunggu...” Ucap Qixuan yang akan menggendong Li Ying.
Li ying mengangkat salah satu tangannya. “Tidak perlu, aku akan berjalan kaki saja!!...” Ia menghentikan pelayan itu, mana mungkin dirinya yang dulunya seorang kaisar akan di gendong seperti anak kecil.
Li ying melangkah pergi keluar dari kamarnya. Saat ia sudah keluar, ia dapat melihat banyaknya dekorasi pernikahan di kediaman perdana mentri.
Li Ying terus melangkahkan kaki kecilnya, sampai pada saat dirinya bertemu perdana mentri yang sekarang adalah ayahnya.
“Aku tidak pernah menyangka kalau suatu hari perdana mentri itu akan menjadi ayahku..” Li Ying bergumam dalam hati.
Qixuan melihat nona nya itu melamun, kemudian ia memanggil nona nya itu. “Nona kedua!!” Panggilnya, dan Li Ying menoleh untuk menatap Qixuan. “Nona, kenapa anda melamun?” Ia bertanya dengan lembut.
Li Ying menatap pelayan itu dengan wajah yang masih terlihat tenang.“Itu tidak penting!” Jawab Li Ying singkat.
Sedangkan perdana mentri saat ini berjalan ke arah Li Ying untuk menghampirinya. Li Ying melihat ayahnya mendekat, dan saat ayahnya sudah ada di hadapannya...
“Li Ying memberi salam kepada ayah.” Cara Li ying memberi salam berhasil membuat sang perdana mentri tertegun untuk beberapa saat.
Perdana mentri itu mendekati putrinya dan menggenggam tangan kecil itu. “ Li Ying, apa kau baik baik saja? kau tidak seperti bisanya?” wajah perdana mentri itu yang terlihat cemas.
Li Ying menunjukan senyum tipis. “Kenapa ayah terlihat cemas? bukankah yang putrimu lakukan ini sudah benar?” Ucapan yang terdengar begitu sopan dan dewasa, namun yang mengucapkan itu adalah seorang gadis yang masih berusia 5 tahun.
Perdana mentri tertawa saat mendengar ucapan putrinya. “Rupanya putri kecilku ini sudah dewasa!!...” Setelah itu, ia ingat kalau saat ini ada hal yang lebih penting.
Sebelum perdana menteri itu mengatakan sesuatu, Li Ying terlebih dahulu bersuara. “Sudah waktunya untuk mengantar kakak menuju tandu pengantin, sebaiknya kita tidak membuang buang waktu di sini!!..” Ucapan yang begitu tegas dan berwibawa dari seorang gadis kecil, sungguh membuat semua orang yang berada di sekitarnya merasa kagum.
Dan entah bagaimana, untuk sekilas, perdana mentri melihat putrinya itu yang menggunakan jubah emas dengan mahkota di kepalanya.
“Yang mulia kaisar!...” Ucapnya tanpa sadar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Herol
hasss
2023-10-08
1
Herol
sepertinya menarik
2023-10-08
1
Herol
tinggalkan jejak
2023-10-08
1