NovelToon NovelToon

Seorang Kaisar Wanita.

Kematian dan bangkit dari mati.

Langit kini tampak berwarna merah seperti darah, pertanda kan kalau di situ telah terjadi sebuah peperangan yang dahsyat. Angin yang berhembus kencang telah menyebarkan bau darah dari sekumpulan perajurit perajurit yang mati di medan perang.

Di tempat itu, hanya ada pemandangan yang mengerikan. Suara dentingan pedang dan teriakkan yang memekah kan telinga, serta tanah lapang yang kini sudah menjadi lautan kematian perenggut nyawa.

Seorang kaisar yang dengan jubah perang sedang mengayunkan pedangnya sambil menaiki seekor kuda putih, terlihat begitu gagah perkasa, caranya bertarung begitu hebat dan mematikan.

Kaisar itu menebas kepala perajurit musuh satu persatu, pedang di tangannya telah ter lumuri darah. perang yang sudah berjalan selama tiga hari tiga malam itu tidak membuatnya lelah sedikitpun.

Walaupun tubuh telah dipenuhi luka, dan rasa letih karena terus menerus bertarung, hal itu tidak lah mampu membuat kaisar itu menyerah.

Semua rasa sakit, rasa letih, dan pengorbanan ini adalah demi kemakmuran rakyatnya. Ia harus terus bertarung, sampai salah satu dari kedua pihak kalah, entah itu pihaknya atau pihak musuh.

Kini pihak Kaisar itu telah menghabisi sepertiga dari pihak lawan. “KEMENANGAN SUDAH DEKAT!! MARI KITA SELESAIKAN PEPERANGAN INI BERSAMA!!!” Suara yang begitu lantang dari kaisar itu, mampu membangunkan semangat jiwa petarung dalam diri perajurit.

Perang terus berlanjut, sampai pada akhirnya pihak kaisar itu berhasil memenangkan pertempuran. Sorak sorak bahagia terdengar dari para perajurit, menandakan sebuah kemenangan dan akhir dari sebuah peperangan.

Namun tiba tiba, salah seorang perajurit berteriak.“HUJAN PANAH!!!!....CEPAT LINDUNGI YANG MULIA KAISAR!!!” hujan panah terjadi, beruntung semua perajurit memegang tameng besi untuk melindungi diri dari hujan panah itu.

Namun sangat disayangkan, sang Kaisar tidak memiliki perlindungan. Alhasil beberapa anak panah berhasil menembus kulit, dan pada akhirnya kaisar itu mati namun tetap membawa kemenangan bagi kerajaannya.

Para rakyat bersedih atas kematian kaisar yang begitu mereka cintai, walaupun mereka memperoleh kemenangan, namun hanya ada duka yang saat ini mereka rasakan.

Tak ada petasan kembang api ataupun perayaan atas kemenangan, yang ada hanya kain putih dan kuning yang terpasang di seluruh penjuru kekaisaran sebagai tanda berduka atas kematian seseorang.

Sepuluh tahun berlalu.

Matahari yang terbit menandakan kalau hari sudah pagi, sinar matahari masuk ke dalam sebuah kamar seorang nona ke dua dari kediaman perdana mentri Li.

Terdapat seorang gadis kecil yang sedang terlelap tidur dan kini mulai terbangun karena terganggu dengan sinar matahari yang masuk melalui sela sela kamar.

Mata gadis itu perlahan terbuka, namun saat ia membuka matanya dan melihat sekeliling.... raut wajahnya terlihat bingung dan terkejut.

Gadis kecil itu bergegas turun dari ranjang, namun lagi lagi ia merasa terkejut. “Kenapa tubuhku terasa lebih kecil!!?” Gadis itu bertanya dalam hati.

Kemudian, gadis itu melihat pakaian yang ia kenakan. “Demi langit, apa yang terjadi denganku? bagaimana bisa seorang kaisar sepertiku memakai pakaian tidur seorang gadis?!!” Kemudian ia berjalan menuju cermin.

Gadis itu melihat pantulan wajahnya, dan alangkah terkejutnya ia saat melihat wajahnya saat ini.

“Ba...bagaimana bisa? i..ini, apa ini artinya aku hidup kembali? dan menepati tubuh gadis ini?” Ia bertanya tanya, sebenarnya ini begitu tidak masuk akal, ia ingat betul kalau dirinya sudah meninggal di medan perang karena hujan anak panah, dan apa sekarang?...

Ia saat ini menjadi seorang gadis kecil? entah apa yang direncanakan langit kepadanya, Bagaimana bisa seorang kaisar seperti dirinya justru terjebak di dalam tubuh seorang gadis kecil.

Ia terus menerus menatap pantulan wajahnya, saat ini dirinya sedang berfikir keras mengenai semua hal yang terjadi kepada dirinya.

Tiba tiba, ia melihat sebuah ingatan, tidak hanya ingatan tapi juga sebuah kejadian yang bukan dari ingatan itu, dan semua itu begitu cepat namun jelas.

Pertama ia melihat tubuhnya yang terbaring di peti mati, kemudian ia melihat adiknya, yaitu pangeran ke dua yang memakai jubah emas dengan mahkota di kepalanya.

Setelah itu berlanjut dengan ingatan seseorang, atau lebih tepatnya itu adalah ingatan gadis ini.

Ia melihat perdana mentri yang sedang menggendong seorang gadis kecil yang begitu mirip dengan pantulan dirinya yang ada di cermin, ingatan itu terus berlanjut.

Dan pada akhirnya, ingatan itu selesai.

Ia menghela nafas berat. “Li Ying, putri ke dua dari perdana mentri Li.” Kemudian ia menyentuh wajahnya. “Mulai sekarang aku harus terbiasa dengan tubuh ini!!.” ia mendudukkan dirinya di kursi. “Beruntung tubuh gadis ini masih belum tumbuh, setidaknya aku akan lebih muda terbiasa.”

Tiba tiba dari luar ada yang mengetuk pintu.

“Nona ke dua, sudah waktunya anda bersiap siap!!..” Itu adalah pelayan pribadi gadis yang bernama Li Ying itu.

Pintu perlahan terbuka, dan seorang gadis yang usianya lebih tua dari Li Ying masuk ke dalam kamar dan di ikuti pelayan yang lain.

Li Ying yang dalam posisi duduk dan menatap cermin, Kini kepalanya menoleh ke samping untuk melihat pelayan itu. “Qixuan, pelayan pribadiku, umurnya saat ini masih 15 tahun.” Ia mengingat tentang pelayan itu.

Li Ying kemudian bangkit dari posisi duduknya. “Qixuan, kalau aku tidak salah.... saat ini adalah hari di mana kakakku akan menikah dengan putra mahkota?” Ia bertanya kepada pelayan itu dengan begitu berwibawa seperti saat dirinya menjadi kaisar dulu.

Untuk sekilas, pelayan yang di panggil Qixuan dan pelayan yang lain merasa tertegun dengan perubahan sikap nona mereka.

Qixuan mengangguk. “Benar nona, sekarang adalah hari pernikahan nona pertama dengan putra mahkota...” ia menjawab pertanyaan dari Li Ying.

“Kalau begitu, cepatlah bantu aku bersiap siap!...” Li Ying memerintah pelayan itu, namun caranya berbicara begitu berbeda dengan biasanya, caranya berbicara saat ini begitu berwibawa, dan ditambah dengan ekspresi wajahnya yang begitu tenang dengan senyum tipis.

Qixuan dan pelayan yang lain mulai membantu nona mereka untuk bersiap siap. setelah beberapa saat, akhirnya mereka telah selesai membantu Li Ying bersiap siap.

“Nona, mari saya antar... yang lain sudah menunggu...” Ucap Qixuan yang akan menggendong Li Ying.

Li ying mengangkat salah satu tangannya. “Tidak perlu, aku akan berjalan kaki saja!!...” Ia menghentikan pelayan itu, mana mungkin dirinya yang dulunya seorang kaisar akan di gendong seperti anak kecil.

Li ying melangkah pergi keluar dari kamarnya. Saat ia sudah keluar, ia dapat melihat banyaknya dekorasi pernikahan di kediaman perdana mentri.

Li Ying terus melangkahkan kaki kecilnya, sampai pada saat dirinya bertemu perdana mentri yang sekarang adalah ayahnya.

“Aku tidak pernah menyangka kalau suatu hari perdana mentri itu akan menjadi ayahku..” Li Ying bergumam dalam hati.

Qixuan melihat nona nya itu melamun, kemudian ia memanggil nona nya itu. “Nona kedua!!” Panggilnya, dan Li Ying menoleh untuk menatap Qixuan. “Nona, kenapa anda melamun?” Ia bertanya dengan lembut.

Li Ying menatap pelayan itu dengan wajah yang masih terlihat tenang.“Itu tidak penting!” Jawab Li Ying singkat.

Sedangkan perdana mentri saat ini berjalan ke arah Li Ying untuk menghampirinya. Li Ying melihat ayahnya mendekat, dan saat ayahnya sudah ada di hadapannya...

“Li Ying memberi salam kepada ayah.” Cara Li ying memberi salam berhasil membuat sang perdana mentri tertegun untuk beberapa saat.

Perdana mentri itu mendekati putrinya dan menggenggam tangan kecil itu. “ Li Ying, apa kau baik baik saja? kau tidak seperti bisanya?” wajah perdana mentri itu yang terlihat cemas.

Li Ying menunjukan senyum tipis. “Kenapa ayah terlihat cemas? bukankah yang putrimu lakukan ini sudah benar?” Ucapan yang terdengar begitu sopan dan dewasa, namun yang mengucapkan itu adalah seorang gadis yang masih berusia 5 tahun.

Perdana mentri tertawa saat mendengar ucapan putrinya. “Rupanya putri kecilku ini sudah dewasa!!...” Setelah itu, ia ingat kalau saat ini ada hal yang lebih penting.

Sebelum perdana menteri itu mengatakan sesuatu, Li Ying terlebih dahulu bersuara. “Sudah waktunya untuk mengantar kakak menuju tandu pengantin, sebaiknya kita tidak membuang buang waktu di sini!!..” Ucapan yang begitu tegas dan berwibawa dari seorang gadis kecil, sungguh membuat semua orang yang berada di sekitarnya merasa kagum.

Dan entah bagaimana, untuk sekilas, perdana mentri melihat putrinya itu yang menggunakan jubah emas dengan mahkota di kepalanya.

“Yang mulia kaisar!...” Ucapnya tanpa sadar.

Pengantin wanita

Perasaan terkejut saat ini menyelimuti Li ying, jantungnya berdebar dengan begitu kencang, ia seperti merasakan tubuhnya terkena terjangan tsunami.

Dan penyebab perasaan terkejut itu tidak lain adalah ucapan tak berotak Li ho yang menyebut Li ying yang mulia kaisar.

Li ying tersadar dari gelombang keterkejutannya, walaupun rasa bingung masih menjadi badai di hatinya.... namun, Li ying yakin kalau Li ho hanya asal bicara.

Li ying tertawa kecil, tawanya itu begitu indah dan terlihat anggun. “Apa apaan itu?.... ayahanda, ini putrimu! bukan yang mulia kaisar.” Ucap Li ying sambil sesekali terkekeh pelan.

Mendengar perkataan putrinya itu, Li ho akhirnya berhasil mengembalikan pikirannya dari halusinasi yang tak masuk di akal itu.

Namun yang Li ho tak ketahui adalah, itu semua bukan sekedar halusinasi semata.... itu semua adalah kenyataannya.

Yaitu, dalam diri Li ying terdapat jiwa seorang kaisar yang telah tewas di medan perang sepuluh tahun yang lalu.

Li ho menatap putrinya itu lekat lekat, ada rasa yakin dan juga ada rasa ragu yang menyelimuti hatinya, namun ia tersadar kalau saat ini bukan waktu yang tepat untuk berhalusinasi dalam dunia fantasinya.

“Ah!... maafkan ayahmu ini, lebih baik jika kita segera pergi untuk menemui kakakmu!!” Ucap Li ho untuk mengahlikan pembicaraan.

Li ying mengangguk, syukurlah kalau perdana mentri Li ho yang sekarang menjadi ayahnya itu memilih untuk tidak membahas hal yang barusan.

“Kalau begitu kita harus cepat, tidak baik untuk terus menerus membuang waktu dengan mengobrol!” Ucap Li ying dengan sikap agungnya.

Merekapun akhirnya pergi menuju paviliun Li jiao sang nona pertama dari kediaman Li dan kakak dari Li ying.

Li ying beserta ayahnya yaitu Li ho memasuki halaman paviliun milik Li jiao, dan saat mereka berada di depan pintu kamar, tiba tiba pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita cantik bak seorang dewi dengan gaun pernikahan berwarna merah.

Untuk sekejap, Li ying merasa kagum dengan kecantikan itu, kakaknya itu memang begitu cantik, selain itu kakaknya juga begitu anggun dan lemah lembut.

Li ho tersenyum penuh bangga, ia kemudian berkata.“Putriku, kau terlihat begitu menawan hari ini!!” Ucap Li ho yang memuji putri tertuanya itu.

Li jiao tersenyum malu malu sambil menutup setengah wajahnya menggunakan kipas lipat untuk menyembunyikan rona merah di pipinya.

Kemudian Li jiao melirik adik kecilnya, ia sedikit merasa heran. mengapa adiknya itu begitu pendiam hari ini?.... biasanya ia akan terus berceloteh dan mengatakan banyak hal kepadanya, namun sekarang?.....

Sekarang adiknya itu malah menunjukkan sikap yang begitu tenang dengan senyum tipis di wajah mungil dan imutnya, bahkan adiknya itu seperti memancarkan aura keagungan.

Li jiao terbangun dari lamunannya saat mendengar suara seorang pelayan. “Tuan besar, rombongan pengantin pria telah tiba!!” Ucap pelayan itu memberitahukan.

“Begitu ya? baiklah, kami akan mengantarmu menuju tandu pengantin!.” Ucap Li ho dengan senyum bahagia kepada putri tertuanya yang akan menikah ini.

Li jiao hanya membalas dengan anggukan kecil. Sang perdana mentri Li ho berjalan di depan, sedangkan Li ying saat ini sedang berjalan berdampingan dengan kakaknya, Li jiao.

Li ying melirik Li jiao sekilas, kemudian ia berkata. “Aku akan berdoa, semoga langit melindungimu. kakak!” Ucap Li ying tiba tiba.

Li jiao menatap adiknya itu dengan tatapan rumit. mengapa adiknya itu mendoakan keselamatannya? mengapa tidak mendoakan kebahagian atau keberuntungan?..... ia akan menikah dan bukan berperang.

Li ying tersenyum tipis saat melihat tatapan rumit dari kakaknya itu, kakaknya yang satu ini memang masih muda dan belum berpengalaman.

“Istana adalah tempat yang lebih berbahaya daripada medan perang!” Ucap Li ying singkat namun terdengar begitu tegas dan penuh penekanan.

Mendengar perkataan adiknya itu, membuat Li jiao terasa ingin tertawa keras. apa apaan ucapan adiknya itu?.... tinggal di istana dan berlimpah harta itu bagaikan di surga!.... bagaimana bisa adik perempuannya itu membandingkan istana dengan medan perang, dasar aneh!...

Li jiao menganggap perkataan Li ying hanya sebuah omong kosong belaka, ia berfikir kalau adiknya itu saat ini sedang berusaha menggoda nya dengan cara menakut nakuti dirinya.

Sedangkan Li ho, ia tau betul apa maksud dari ucapan Li ying, sebagai seorang pejabat tinggi, Li ho tau betul kalau istana adalah tempat yang sangat berbahaya.

Bahkan orang bisa kehilangan kepalanya hanya karena salah berbicara, istana adalah neraka yang berwujud surga, tempat yang penuh dengan intrik dan persengkongkolan.

Li ho merasa penasaran, bagai mana putrinya yang baru berusia 5 tahun itu bisa mengetahui apa itu istana dengan begitu baik, bahkan putrinya yang lebih tua saja masih berpikir polos kalau istana itu adalah tempat yang indah.

Mereka akhirnya sampai di depan gerbang kediaman Li, di sana sangat meriah dengan banyaknya petasan dan orang orang yang ingin melihat calon pengantin wanita yang akan menaiki tandu pengantin.

Li ying melihat seorang pria yang begitu gagah dengan pakaian pengantin yang berwarna senada dengan kakaknya, pria itu saat ini sedang menunggangi seekor kuda berwarna putih.

Dia adalah....

“Wang yelu!!” sang pangeran mahkota.

Li ying melihat Wang yelu dari atas sampai bawah, keponakan dari kehidupan pertamanya itu sama sekali tidak berubah. masih tetap sama dengan wajah datar dan sikap tegas.

Wang yelu melirik Li jiao, sang pengantinnya, wanita yang akan menjadi istri sahnya. ia hanya melirik Li jiao sekilas tanpa minat dan rasa tertarik sedikitpun.

Mata Wang yelu kemudian berpindah untuk melirik sosok mungil yang berjalan di samping pengantin wanita, sosok gadis yang manis dan imut namun.....

Wang yelu bisa merasakan keanehan dari gadis kecil itu, tatapan gadis kecil itu begitu tenang namun menenggelamkan..... dan tatapan itu rasanya tidak asing, ia seperti pernah melihat tatapan itu, namun di mana dan kapan ia tak tau.

Sang pengantin wanita memasuki tandu pernikahan, rombongan juga akhirnya pergi menuju istana.

Li ying duduk di dalam sebuah kereta kuda dengan seorang wanita, wanita itu terlihat begitu cantik walaupun sudah tidak muda lagi.

Kalau tidak salah, wanita ini adalah nyonya besar Li, atau lebih tepatnya ibu dari Li ying yang bernama Li shuwan.

Sepanjang perjalanan, ibunya itu hanya memasang wajah datar, kentara kalau suasana hatinya saat ini sedang tidak baik.

Li ying menghela nafas, Ia kemudian menggenggam tangan ibunya lalu berkata. “Ibunda tenang saja! kakak adalah gadis yang pintar, dia akan baik baik saja!!” Ucapnya lembut untuk menenangkan ibunya itu.

Li shuwan menatap putrinya itu, kemudian ia mendengus kesal. “Bagaimana bisa seorang ibu merasa tenang jika salah satu putrinya saat ini sedang menjatuhkan dirinya sendiri di tempat berbahaya itu!!” Ucapnya dengan penuh kegelisahan.

Li ying hanya bisa memasang senyum tidak berdaya saat menghadapi kegelisahan dari seorang ibu kepada putrinya.

Ritual pernikahan

Perjalanan rombongan pengantin menuju istana di ramaikan dengan suara petasan dan sorak bahagia dari orang orang.

Semua orang terlihat sangat gembira dengan pernikahan ini, wajah mereka bagai matahari pagi yang begitu cerah dan membahagiakan untuk di pandang.

Namun tidak untuk beberapa orang, dan di antara orang yang tidak turut berbahagia dalam pernikahan ini adalah pengantin pria atau lebih tepatnya sang pangeran mahkota wang yelu.

Tak ada sedikitpun sinar bahagia yang terpancar dari wajah pria itu, sedari tadi ia hanya memasang wajah datar dan menyebarkan aura dinginnya ke sekitar.

Selain Wang Yelu, ada juga ibu dari pengantin wanita yaitu Li shuwan yang sedari tadi terus di selimuti awan gelap, Wajah cantik dan anggunnya terlihat menyeramkan dengan kerutan di dahi dan pancaran mata yang begitu tajam dan menusuk. sudah jelas kalau wanita itu saat ini suasana hatinya benar benar buruk.

Helahan nafas berat kembali terdengar, entah itu helahan nafas keberapa, tapi yang jelas saat ini Li ying merasa begitu tidak nyaman dan terganggu dengan aura gelap yang tersebar dari dalam diri ibunya.

“Maaf kalau ucapan ku ini lancang ibunda, namun akan lebih baik jika ibunda menunjukkan kebahagiaan saat ini........ ingatlah ini adalah pernikahan!!” Li Ying memberi jeda, ia mengintip orang orang yang sedang memeriahkan suasana dari balik tirai kereta.

“Jika ada yang melihat wajah suram ibunda, maka mereka akan berfikir kalau ibunda merasa tidak sudi putrinya di nikahkan dengan putra mahkota.... jika itu terjadi, kita akan dalam masalah!” Li Ying menasehati ibunya itu dengan tetap mempertahankan kesopanan, walau bagai manapun wanita itu adalah ibunya saat ini.

Li Shuwan mendengus, bisa bisanya putri kecilnya itu menasehati dirinya. Walaupun ia merasa keberatan dengan putrinya, namun yang putrinya ucapkan itu memang benar.

Demi keluarganya, Li Shuwang harus menyembunyikan ketidak sukaan yang terlihat dari wajahnya dengan topeng kegembiraan.

Tiba tiba, Li ying merasakan kereta kuda yang ia naiki berhenti, hal itu menandakan saat ini mereka sudah sampai di istana. Tangan mungil Li Ying terangkat untuk membuka tirai, setelah melihat keadaan di luar, ia kembali menutup tirai nya.

Li Ying kemudian menatap ibunya, lalu ia berkata. “Ibunda, kita sudah sampai!” Ucapnya dengan lembut, walaupun suaranya masih terkesan seperti anak anak.

Li Shuwang melirik putri kecilnya itu sekilas, kemudian ia langsung turun dari kereta kuda dengan di bantu oleh para pelayan.

Melihat sikap Li Shuwang terhadapnya, Li Ying akhirnya menyadari satu hal kalau.... ibu dari gadis yang tubuhnya ia tempati saat ini, kurang menyukainya. Dan dilihat dari kekahwatiran Li Shuwang terhadap kakaknya, bisa di pastikan kalau kakaknya itu adalah putri kesayangan Li Shuwang.

Lagi lagi Li Ying menghela nafasnya, sebenarnya ia sama sekali tidak perduli dengan sikap Li Shuwang, walaupun wanita yang kini menjadi ibunya itu kurang menyukainya, itu bukanlah masalah besar.

Di luar sana, para rakyat kerajaan Han terlihat sangat antusias untuk melihat rombongan pengantin. Mereka melihat seorang wanita paruh baya yang dengan anggunnya turun dari sebuah kereta kuda mewah dengan di bantu para pelayan.

Setelah Wanita itu turun, mereka semua juga melihat seorang gadis kecil dengan paras yang begitu cantik dan manis turun dari kereta kuda...... saat mata mereka melihat gadis kecil itu, ada sebuah rasa kagum yang mereka rasakan untuk gadis kecil itu.

Gadis kecil itu tidak seperti anak kecil pada umumnya, ia terlihat begitu sopan dan sangat anggun, namun yang paling mendominasi dari sosok gadis kecil itu adalah aura agung seorang pemimpin yang menyelimuti drinya..

Walaupun wajahnya begitu menggemaskan dengan rona merah alami di pipi gembul nya, namun semua orang bisa dengan jelas melihat ketegasan dan kebijaksanaan yang terpancar dari mata bulat dan jernih itu.

“Oh astaga!!... apa itu nona kedua dari kediaman Li?” Tanya seorang wanita dengan pakaian merah dan riasan wajah tebal.

“Sepertinya iya, karena gadis kecil itu turun dari kereta yang sama dengan nyonya besar Li!!” Jawab seorang pemuda berpakaian coklat tua.

“Yaampun!! di usianya yang begitu muda, ia terlihat begitu mengagumkan!!” Seru salah seorang yang lain.

“Tak perlu heran, dia dari keluarga terpandang!.... perdana mentri Li benar benar mendidik putrinya dengan sangat baik!!” Ucap seorang pria paruh baya.

Mereka semua terus membicarakan gadis kecil itu, sedangkan gadis kecil yang mereka bicarakan sedari tadi tidak lain adalah Li Ying.

Walaupun Li Ying mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan tentangnya, ia memilih utuk tidak perduli, lagipula yang mereka bicarakan bukanlah hal yang buruk bukan.

Ritual pernikahan pun di mulai, itu berlangsung selama beberapa jam. Li Ying sedari tadi hanya melihat pernikahan kakaknya itu dengan wajah setenang air tak beriak, namun di balik wajah tenangnya, ia menyembunyikan rasa tidak suka dan kecurigaannya terhadap seseorang.

Walaupun pandangannya tertuju pada kedua pengantin, namun perhatiannya tidak luput dari seorang pria berparas tampan dengan pakaian berwarna biru yang terbuat dari benang sutra.

Ekspresi yang terpasang di wajah pria itu terlihat sama tenangnya dengan dirinya, namun Li Ying bisa melihat sebuah kelicik kan yang terpancar dari mata pria itu.

“Wang Diwei!! pangeran ke dua, anak dari selir Bao Yu!!!” Ujar Li Ying dalam hati.

Ya, yang sedari tadi Li Ying perhatikan adalah pangeran kedua, Wang Diwei. Dari kehidupan pertamanya dulu, ia mengetahui sifat asli pangeran itu, dia adalah seseorang dengan ambisi yang tinggi, sama seperti ibunya.

Wang Diwei sedari tadi juga merasakan sebuah tatapan curiga yang tertuju kepadanya, hal itu membuatnya merasa terganggu.

Ia kemudian mencari sumber dari tatapan itu, Sampai pandangannya tertuju kepada seorang gadis kecil.

Wang Diwei mengerutkan alisnya, dalam hati ia bertanya tanya, siapa gadis kecil itu?.... mengapa gadis kecil itu memberikan tatapan penuh curiga terhadapnya?....

Namun ada satu hal yang mengganjal di hati Wang Diwei saat melihat mata gadis itu, ia merasa kalau tatapan mata gadis itu sangatlah tidak asing, ia seperti pernah mendapatkan tatapan seperti itu.... namun dari orang yang berbeda.

Menyadari kalau pangeran kedua itu juga memperhatikan dirinya, Li Ying kemudian dengan terang terangan menatap pangeran kedua itu.

Ia menampilkan senyum sopan saat pandangan matanya dan pengeran kedua itu bertemu, Kemudian ia mengahlikan pandangannya ke tempat lain untuk memutus kontak mata dengan pangeran itu.

“Heh!!... dasar bocah busuk!!!” Li Ying mengejek pangeran ke dua dalam hati.

Setelah beberapa lama, akhirnya ritual pernikahan pun selesai dengan lancar. Kini adalah saatnya pesta pernikahan putra mahkota Wang Yelu, dan nona pertama Li, yaitu Li Jiao.

Sang pengantin wanita langsung di tuntun oleh para pelayan menuju kamar pengantin, sedangkan putra mahkota saat ini masih berada di pesta untuk menyambut para tamu.

Saat ini Li Ying sedang menikmati pesta tanpa dampingan orang dewasa. Dan tiba tiba tenggorokannya terasa kering......saat ia ingin mengambil arak untuk dirinya minum, tiba tiba ada sebuah tangan kekar yang menghentikan dirinya.

“Nona kecil, apa yang akan kau lakukan?” Tanya seorang pria dengan nada bicara yang terkesan dingin.

Li Ying menoleh untuk melihat siapa yang yang sudah berani menghalanginya, dan saat ia menoleh, ia hanya melihat bagian perut pria itu, Li ying lupa kalau tubuhnya sebagai gadis kecil ini sangatlah pendek.

Ia kemudian mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah pria itu, dan saat wajahnya bertatapan dengan seorang pria berparas tampan namun berwajah datar.... Li Ying tersenyum tipis.

Ia mengenal pria itu..... atau lebih tepatnya pemuda itu.

Li Ying melepaskan tangan mungilnya dari cengkraman tangan pemuda itu, setelah berhasil terlepas, ia kemudian membungkuk untuk memberi salam.

“Li Ying memberi salam kepada pangeran ketiga!!” Ucap Li Ying dengan begitu sopan dan anggun.

Pemuda itu adalah pangeran ketiga, Wang zheming, Terakhir kali Li ying melihat pangeran itu di kehidupan pertama adalah saat usia pangeran itu menginjak tujuh tahun.

Di usianya yang begitu muda, pangeran itu telah menunjukkan segudan bakat dengan kecerdasan dan kemampuan yang pangera itu miliki, namun yang begitu terkenal dari pangeran itu adalah sikapnya yang begitu dingin kepada siapapun.

Bahkan kepada dirinya yang dulu adalah seorang kaisar.

Terlihat saat ini Wang Zeming memandang Li Ying dengan pandangan menyelidik. “Kau belum menjawab pertanyaan ku!” Ucap pangeran itu dingin.

Masih dengan senyum tipis di wajahnya, Li ying menjawab. “Gadis ini haus, dan ingin minum!!” Ucap Li Ying dengan sopan, ia sama sekali tidak tersinggung dengan sikap dingin pangeran itu.

Wang Zeming berjongkok untuk mensejajarkan tinggi badanya dengan tinggi badan Li ying, walaupun Wang zeming sudah berjongkok, namun ia tetap lebih tinggi dari pada Li ying.

“Apa kau tau apa yang akan kau minum tadi?” Tanya Wang Zheming dengan wajah tegas dan tatapan dinginnya.

Li Ying sedikit merasa bingung tentang pertanyaan pangeran itu, namun kemudian ia menyadari satu hal. “Aku lupa kalau aku saat ini adalah seorang gadis kecil!!.... pantas saja bocah ini menghalangiku meminum arak itu!!” Seru Li Ying dalam hati.

Namun bukannya bersikap pura pura tidak tau, Li Ying malah mengatakannya dengan jujur. “Itu adalah arak!..... dan aku ingin meminumnya!!” Ucap Li Ying yang menjawab pertanyaan pangeran itu dengan entengnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!