Jantung Li Jiao tak henti hentinya berdegup kencang, langkah kaki itu semakin lama semakin mendekat kearahnya, ia berusaha mati matian untuk tetap tenang, walaupun tubuhnya saat ini terasa dingin akibat rasa gugup.
Tiba tiba, ada sepasang tangan kekar yang membuka penutup kepalanya. Li Jiao mendongakkan wajahnya untuk menatap orang itu.
Tampan!...
Itulah satu kata yang terlintas di benak Li Jiao saat menatap wajah seorang pria di hadapannya, sungguh pria yang sangat tampan, apakah pria ini adalah suaminya?
Untuk waktu yang lama Li Jiao melamun sambil menatap wajah tampan suaminya itu dengan penuh kekaguman, sampai pada saat sebuah suara yang terdengar begitu dingin membangunkannya dari lamunan indah itu.
“Apa yang kau lihat?!!” Pria itu bertanya dengan nada bicara yang begitu dingin kepada istrinya.
Terkejut, Li Jiao langsung tersentak dari lamunannya, wajahnya merona mera karena malu, ia dengan gugup berkata. “A...Aku tidak melihat apapun.... suamiku!” Ucapnya dengan suara lirih saat mengatakan ‘Suamiku’ di hadapan pria itu.
Wang Yelu menaikkan salah satu alisnya, sebenarnya..... ada sebuah kekecewaan di hatinya saat melihat wanita yang saat ini telah menjadi istrinya.
Wajah wanita ini memang cantik, namun kenapa sifat wanita ini terasa sangat berbeda dengan sifat adiknya?.....
Wang Yelu menghela nafas kasar, sejujurnya ia sama sekali belum siap untuk menerima keberadaan seorang wanita di hatinya. Dengan kata lain, ia belum siap untuk memiliki seorang istri.
Wang Yelu tidak memiliki niat untuk menutup nutupinya, ia menatap Li Jiao yang kini telah menjadi istrinya itu dengan tatapan dingin.... ia seolah olah merasa enggan.
Li Jiao melihat tatapan itu, dalam pikirannya ia bertanya. Mengapa sang suami menatapnya dengan tatapan seperti itu?....
Jujur, hati Li Jiao terasa ngilu saat mendapatkan tatapan seperti itu dari suaminya. Li Jiao memegang dadanya yang terasa sesak, selama ini ia hanya pernah mendapatkan tatapan penuh cinta dari keluarganya.
Dan untuk yang pertama kali, ada seseorang yang menatapnya dengan tatapan seperti itu, apalagi itu adalah suaminya!
Li Jiao menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan air suci yang akan lolos dari kelopak matanya.
Dengan gugup, Li Jiao bertanya. “A... Ada apa? ke... kenapa kau menatapku se...seperti itu?” Ia bertanya dengan suara yang tergagap gagap.
Dan yang tidak Li Jiao ketahui, pria di hadapannya itu, yang sebenarnya adalah suaminya..... sangat tidak suka dengan orang yang bicaranya seperti itu.
Dengan wajah datar dan tatapan dinginnya, Wang Yelu berkata. “Aku tidak menginginkan pernikahan ini!!!” Ucapnya dengan begitu tegas dan tanpa keraguan.
Wang Yelu bahkan tidak berfikir panjang tentang apakah akan ada sebuah perasaan yang akan tersakiti oleh perkataannya itu.
Jantung Li Jiao serasa di cabut dengan paksa, rasanya sangat sakit dan begitu menyesakkan, setetes air suci yang sedari tadi ia bendung, kini telah lolos dan mengalir membasahi wajahnya.
Li Jiao kembali mendongakkan wajahnya untuk menatap suaminya, bibirnya bergetar..... ia serasa ingin sekali berteriak dan menangis dengan kencangnya.
Li Jiao meraih tangan suaminya itu, ia menggenggam tangan kekar itu erat erat seolah olah ia tak sudi untuk melepaskannya.
Walaupun tenggorokannya terasa tercekik, Li Jiao tetap berkata. “Apa....Apa yang kau ucapkan barusan?.... kau bohong kan?” Ia bertanya dengan suara yang gemetar.
Sungguh, ia berharap tuhan menurunkan mukjizat agar suaminya itu berkata ‘Itu bohong, aku hanya bercanda!’ atau ‘aku tidak mengatakan apapun, mungkin kau salah dengar!!’. Li Jiao berharap, sungguh sungguh berharap kalau suaminya akan berkata seperti itu.
Namun kenyataan berkata lain....
“Aku tidak berbohong!! aku memang tidak menginginkan pernikahan ini!!” Sekali lagi, Wang Yelu mengucapkan kata kata yang menyakitkan itu.
Li Jiao langsung berdiri dari posisi duduknya, wajah putihnya kini memerah karena amarah dan kesedihan yang ditabur oleh suaminya itu.
Tangan Li Jiao terangkat untuk menunjuk wajah sang suami yang adalah seorang pangeran mahkota, dengan tubuh gemetar ia berkata. “Suamiku!!!.... bagaimana.... bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu di malam pertama kita?!!” Kini Li Jiao membentak dengan suara keras.
Pancaran mata Wang Yelu yang tadinya dingin, kini semakin bertambah dingin dan tajam. “Jangan lancang kau!!! berani beraninya kau membentak ku!!!” Ucapnya yang juga membentak.
Tubuh Li Jiao lemas, tubuhnya merosot kebawah dan terduduk di lantai, salah satu tangannya meremas kain, dan satunya lagi masih tetap menggenggam tangan suaminya.
Ini adalah yang pertama kalinya ada seseorang yang membentak dirinya, hatinya tidak cukup kuat untuk menerima bentak kan dari sang suami.
Li Jiao menangis dengan kencang, kepalanya masih tertunduk dan menatap kearah lantai seraya berkata. “Tapi.... Tapi kau sudah menikahi ku!!!.... kita sudah menjadi pasangan suami istri!!!” Li Jiao berteriak, sungguh ia tak mampu mengontrol emosinya.
Wang Yelu memalingkan wajahnya kesamping, ia merasa enggan untuk melihat istrinya yang kini nampak menyedihkan.
“Memang kau adalah istriku, dan aku adalah suamimu. tapi aku tidak mencintaimu sama sekali, dan jangan pernah mengharapkan cinta dariku!!!” Ucap Wang Yelu dengan begitu tegas dan tidak berperasaan.
Kini tangisan Li Jiao semakin kencang, bagaimana bisa ia mengalami ini semua? Li Jiao tidak terima, hatinya tidak rela jika dipandang sebelah mata oleh suaminya.
Li Jiao menatap suaminya yang kini memalingkan wajahnya, ia mengatur nafasnya sebelum berbicara.
Setelah mengatur nafas, Li Jiao kembali berkata.“Jika aku tidak boleh mengharapkan cinta dari suamiku, lantas aku harus mengharapkan cinta dari siapa?!!.....dari pelayan dan perajurit? jangan bercanda!!!” Ucapnya seraya berteriak.
Wang Yelu merasa risih dan kesal dengan istrinya itu, ia bukanlah orang dengan hati yang sabar. Wang Yelu adalah pangeran yang terkenal dengan sifat dingin dan emosi yang sangat gampang meledak ledak, ia tidak terima di teriaki seperti ini oleh wanita yang tidak lain adalah istrinya sendiri.
Wang Yelu dengan kasar menepis tang Li Jiao yang menggenggam tangannya, walaupun Wang Yelu tau kalau ucapan Li Jiao benar, tapi apalah daya, hatinya masih tertutup untuk cinta.
Wang Yelu membalikkan badannya, kemudian ia melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar itu, namun Li Jiao kembali meneriakinya....
“Suamiku!!! kemana kau akan pergi? bagai mana dengan malam pertama kita?!!!”
Walaupun malu menanyakannya, tapi bagi seorang wanita yang sudah menikah, lebih memalukan lagi jika seorang pengantin sepertinya yang tidak bermalam pertama bersama sang suami.
Wang Yelu melirik Li Jiao sekilas, kemudian ia berkata. “Tidak ada malam pertama!!” Ucapnya singkat lalu segera pergi dari kamar itu.
Mata Li Jiao terbelalak, bagaimana ini bisa terjadi?....
Dengan langkah gontai Li Jiao berjalan untuk mengejar suaminya sampai pintu, namun suaminya itu sudah menghilang dari pandangan matanya, yang ada hanya dua orang pelayan yang kini menatapnya dengan tatapan prihatin.
“Tidak!!!! Wang Yelu!!! kau tidak bisa melakukan semua ini kepadaku!!!! aku mohon hiks.... hiks... kembalilah!” Li Jiao berteriak untuk memanggil suaminya itu, ia menangis sekencang kencangnya.
Li Jiao terduduk di lantai, kedua tangannya terkepal dan memukul mukul lantai itu seraya meneriaki nama suaminya.
Riasan di wajahnya kini telah luntur akibat air mata, penampilannya saat ini begitu menyedihkan dan memalukan.
Kedua pelayan itu merasa kasihan, merekapun memutuskan untuk membantu Li Jiao untuk bangkit dan berdiri, Kedua pelayan itu mengerti rasa sakit yang di alami wanita ini.
Mereka juga seorang wanita, tentunya mereka pasti akan sakit hati jika di campakkan oleh suaminya.
Melihat kalau majikannya itu masih terus menangis, salah satu di antara mereka berkata. “Putri mahkota, mohon anda tenangkan diri!!” Ucapnya seraya mengusap punggung Li Jiao lembut.
pelayan yang satunya pun ikut berkata. “Mungkin pangeran mahkota masih membutuhkan waktu, anda harus yakin kalau suatu hari beliau akan membalas cinta anda!!” Pelayan itu berusaha menghibur, namun sebenarnya ia tau lalau ucapannya itu hanyalah sebuah harapan palsu.
*****
Tengah malam ini, di kediaman perdana mentri Li. Seorang gadis kecil berusia lima tahun saat ini sedang duduk tepat di samping jendela kamarnya, mata bulat nan jernih itu memantulkan cahaya bulan bagaikan air danau.
Matanya menatap lurus kearah langit, menatap sang rembulan dengan bintang bintang yang menemaninya.
Entah kenapa Li Ying merasa sulit untuk memejamkan matanya, ia masih belum memiliki niat untuk tidur, ia sudah tidur selama sepuluh tahun dan melintasi waktu.
Mungkin karena itulah ia merasa bosan untuk menutup matanya.
Entah apa yang ia pikirkan, Li Ying keluar dari dari kamarnya melalui jendela. Kaki mungilnya berjalan di tanah tanpa alas kaki, baju tidur yang terbuat dari kain tipis itu sama sekali tidak bisa melindunginya dari angin malam yang dingin.
Ia terus melangkahkan kalinya, bahkan telapak kaki yang tadinya putih bersih kini telah kotor dengan tanah, namun tidak ada rasa jijik, wajah menggemaskan itu nampak tersenyum.
Li Ying baru berhenti melangkahkan kakinya tepat di depan sebuah pedang milik seseorang yang digeletakkan di atas tanah begitu saja oleh pemiliknya.
Tangan Li Ying terulur untuk mengambil pedang itu, pedang ini nampak bisa biasa saja, namun entah mengapa Li Ying ingin menguji kemampuannya dengan pedang ini.
Tangannya mulai mengayunkan pedang dan memebelah angin, gerakkannya begitu lincah dan sangat akurat, begitu ahli..... terdapat kekuatan dalam setiap gerakan yang gadis kecil itu ambil.
Rambutnya yang hitam panjang bergerak dengan indah bagaikan selendang yang diterpa angin, wajah Li Ying nampak serius, namun itu semakin terlihat menggemaskan.
Seorang pengawal berjalan menyusuri lorong, di pinggangnya terdapat sarung pedang, namun pedangnya tidak berada di dalam sarungnya.
Pengawal itu ingat kalau dirinya lupa meninggalkan pedang miliknya setelah selesai berlatih sendirian, dan saat ini ia sedang berjalan menuju tempat dimana ia meninggalkan pedang itu.
Namun saat ia tiba di tempat dimana ya meninggalkan pedangnya, ia melihat pedang miliknya yang kini sedang berada di tangan seorang gadis kecil.
Mata pengawal itu terbelalak saat melihat siapa sosok gadis itu. Di bawah sinar rembulan, sosok gadis kecil itu dengan lihainya memainkan pedang miliknya.
Setiap gerakkan yang di ambil begitu mengagumkan, setiap ayunan, setiap hunusan pedang dilakukan dengan begitu mantap.
Sudah jelas kalau gadis kecil itu termasuk dalam golongan orang yang sudah sangat ahli, bahkan pengawal itu sadar kalau kemampuan berpedang gadis kecil itu jauh lebih baik dari dirinya.
Pengawal itu terpanah, tatapan matanya terus terpaku ke arah gadis kecil itu. Jantung pengawal itu merasa gentar saat melihat betapa tajamnya sorot mata dari gadis itu.
Sorot mata itu mengandung sebuah semangat seorang kesaktria yang berkobar bagaikan api, tatapan mata itu tajam bagaikan pedang, wajahnya yang manis itu terlihat bagitu serius.
KERAAAK!!!
Tiba tiba pengawal itu tetsentak dari lamunannya saat mendengar ada suatu benda yang patah.
Dengan panik, pengawal itu berlari mendekati gadis itu seraya berseru. “Nona kedua!! apa anda baik baik___” Ucapan pengawal itu terhenti saat matanya melihat sebuah pohon yang kokoh dengan pedang yang menancap sampai menembus batang pohon itu.
Mata pengawal itu melotot horor, mulutnya terngaga lebar, matanya enggan untuk berkedip walau hanya untuk sesaat.
“Se...Sekuat itukah?” Gumam pengawal itu dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Herol
njutyy
2023-10-08
1
Herol
gasssd
2023-10-08
1
EL CASANDRA
Alay bet sih lo, padahal lo lebih gak sopan sama suami lo🙄
2022-05-27
1