Melinda ketakutan bukan kepalang, tapi setelah ia buka isi kadonya, dahinya mengerut kebingungan melihat isi kado yang ternyata hanya berisi amplop kosong.
“maksudnya apa?? Apa benar hanya amplop kosong??” tanyanya ragu, buliran keringat sedikit demi sedikit kian menguap.
“hahaha, kenapa kamu setakut itu sayangku??”
“ak aku tidak takut”
“kado ketiganya adalah tempat ini…”
“tempat ini??”
“kamu tidak ingat??”
Melinda menggeleng pelan, mengerutkan keningnya berusaha mengingat.
“perlu aku ingatkan?? Baiklah. Hhmmmm… maaf kan aku mel, tapi aku akan menceraikanmu”
“hah?” melinda tersentak sangat kaget, matanya membulat dan reflex berdiri.
“ak aku tidak salah dengar??” lanjutnya
“tentu tidak, aku akan mengingatkanmu ke hari dimana orang yang kamu cintai mencampakkanmu dan orang yang mencintaimu kamu campakkan. Hari dimana aku akan menikahimu dan kamu meninggalkanku untuk menemui alif disini yang justru malah mengabaikanmu”
“kamu tau??”
Arga mengeluarkan beberapa foto saat melinda masih dekat dengan alif dan beberapa lagi saat melinda menemui beberapa pesuruhnya secara diam-diam.
“bahkan aku tau lebih dari itu” arga membanting kasar foto-foto di atas meja, membuat melinda kembali tersentak.
“aku tidak menyangka, gadis yang selama ini aku anggap polos ternyata berprilaku amat buruk”
“ma maaf kan aku mas, aku aku janji tidak akan mengulanginya lagi. tolong jangan ceraikan aku mas”
“lebih dari itu, tolong sadarlah mel. Sebelum terlambat. Aku akan memaafkanmu tapi aku akan tetap menceraikanmu. Tinggallah di apartemen yang telah aku sewa selama satu tahun. Aku akan mengebarimu setelah surat perceraian usai. Jaga diri baik-baik, pakailah pakaian yang lebih tertutup. Aku permisi” arga memberika key card salah satu kamar apartemen mewah di bintaro, dan pergi meninggalkan melinda yang sedang menangis terisak.
Bukannya sadar, ia malah tersenyum getir. Tak terima dengan keadaan yang semakin memojokkannya. Tangannya ia kepal meremas lembaran foto miliknya. Kini sasarannya hanya satu ‘Mawar, tunggulah ajalmu’
***
Satu jam lebih mawar berada di ruangan Dokter Gian Memeriksa catatan medis milik pasien yang berkaitan dengan penelitiannya. Setelah selesai mencatat hal-hal penting, mawar ke luar ruangan. Menyusuri lorong menuju kantin RS. Di pojok kantin, sendirian. Panas daun telinganya menandakan seseorang sedang membicarkannya, mitos yang masih ia percaya di zaman semodern ini. Memang beberapa mahasiswa sepertinya yang melakukan penelitian di RS ini sangat tidak menyukainya. Bukan tanpa sebab, melainkan karena dirinya yang di anak emaskan membuat partner sebayanya iri. Hanya karena Alif kenal dengan pemilik RS dr.Sucipto dan menitipkan mawar padanya, membuat semua dokter senior memperlakukannya istimewa.
“hai mawar”
“haaaaaiiiiii!!”
“sendirian ajah nih, kita temenin yah”
Bebrapa dokter senior menghampirinya, menyapanya dan memperlakukannya dengan sangat baik. Mawar hanya tersenyum tanpa membalas sepatah katapun.
“hei kamu, mmmmmm siapa Namanya? Lupa… ouhh Karin kan? Sini sini” dokter reinaldi melambaikan tangan pada Karin, salah satu mahasiswa yang sangat membenci mawar.
“ada apa dok??” jawabnya lembut, telah menghampiri meja kami
“tolong beri tau pada teman-temanmu yang ada disana, setelah makan siang kalian di tugaskan untuk membantu membersihkan sampah RS di belakang yah”
“s sampah RS dok??”
“iya”
“baik dok”
“dan satu lagi”
“ada lagi??”
“tolong pesankan kami nasi mini dan sayur lodehnya sekalian yah”
“oh aku, tolong tambahkan paha ayam geprek” sambung Dokter Nadin yang duduk di sebelah Mawar.
“baik dok”
Lirikan tajam dari teman sesama penelitiannya membuat mawar kehilangan nafsu makan.
“aku permisi dulu dok”
“laah, mau kemana Mawar? Makananmu belum habis”
“ada catatan yang harus segera aku revisi dok, mawar permisi dulu”
“oh iya iya, semangat mawar!!” Dokter virza berteriak menyemangati. Yang di semangati hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan kantin.
Ia pikir waktu penelitian seperti ini akan menjadi saat-saat yang paling menyenangkan untuknya. Mendapat teman baru, pengalaman baru, merasakan serunya di kerjai senior dan lain lagi. hal yang sebenarnya sangat di tunggu-tunggu mawar, karna pada masa OSPEK pun, mawar tidak merasakan serunya jalan jongkok, di siram air, nyanyi potong bebek angsa pake huruf vocal o atau menyanyikan Indonesia raya di tengah lapang sendirian, akibat ulah Arga yang mengenal ketua OSPEK pada masa itu.
Dinding lolorng RS menjadi sasaran empuk untuknya membenturkan kepala, berkali-kali dengan pelan. Merutuki Alif yang kenapa harus menitipkannya kepada temannya sang pemilik RS. Beberapa mahasiswi magang melewatinya sambil mendilik dan berbisik.
“suuut suuut, itu si anak emas itu kan??”
“benar, itu si anak emas. Kenapa berprilaku seperti orang frustasi? Padahal hidupnya enak di sini”
“tau tidak, menurut gossip yang beredar ternyata si anak emas itu menikahi pemilik RS yang sudah sangat berumur”
“oh ya??”
“sungguh”
“ih amit-amit yah… mau maunya nikah sama tua bangka”
Mendengar percakapan panas dari beberapa temannya, membuat mawar membulatkan tekad. Ia segera berbalik dan kembali menuju kantin, menghampiri dokter-dokter senior yang kini sedang nikmat menyantap pesanannya.
“hhmm?? Ada apa mawar?” tanya dokter Nadin
Dengan tatapan tajam, ia memelototi semua dokter senior tanpa terkecuali, menghentakkan kakinya untuk melangkah maju. Aksinya itu membuat beberapa pengunjung kantin memperhatikannya. Mawar semakin gencar dengan niatnya, ia kembali menghembuskan nafas dan…
“TOLONG SURUH AKU APA SAJA! MEMBERSIHKAN SAMPAH BISA, MEMBERSIHKAN TOILET BISA, MEMESANKAN MAKANAN BISA, MEMBAWAKAN ALAT-ALAT MEDIS BISA, MENSTERILKAN BARANG BISA, MEMBANTU STAF RS YANG LAIN JUGA BISA!! APA SAJA TOLONG SURUH AKU SESUKA KALIAN!! AKU MOHOOOOOON!!” huhhhh haaaaah huuuuh haaaaah
Mawar berulang kali menghirup oksigen karena ngos-ngosan akibat aksinya, namun setelahnya ia tertawa lega. Membuat penonton semakin bingung.
‘huaaaaaaaah… lega sekali rasanya’
“ka kamu sakit??” tanya dokter virza
“tentu tidak! Tolong suruh aku apa saja sesuka kalian!”
“kami tidak berani, kamu punya backing pak kepala, mana berani kita menyuruhmu yang macam-macam” jawab dok reinaldi
“aku mohon!!” mawar memelas dengan sangat imut.
“baiklaaah!” teriak dok reinaldi
Setengah jam kemudian, mawar masih saja cemberut karena hanya di suruh untuk menghabiskan makanan dan minuman pesanan para dokter. Terkadang ia juga harus memakai parfum baru yang mahal milik dok nadin.
‘bukan ini yang aku mau’
Mawar kembali menyusuri lorong, menyentuh kulit dinding dengan telunjuknya sambil terus berjalan. Seketika langkahnya terhenti, akibat teriakan anak kecil di dalam ruangan pasien kelas B. karena penasaran, akhirnya mawar memberanikan diri untuk mengintip di celah pintu yang sedikit terbuka.
Sosok bocah laki-laki berusia sekitar 10/11 tahun tengah meronta di balik cengkraman suster yang berusaha menenangkannya. Sekilas pandangannya beradu, mata merah bocah itu membuatnya sedih, seolah ada sesuatu yang menusuk hatinya, mendorongnya untuk lebih jauh membuka pintu dan menghampiri bocah kecil itu.
“mawar? Kamu mawar bukan??” tanya suster yang tetap berusaha menengangkan bocah itu dengan terus mencengkram lengan dan bahunya.
“biar aku yang menenangkannya” pinta mawar
“eugh!! Diamlah anak kecil!”
Bocah itu terus meronta, pandangan mereka kembali beradu. Dengan lembut mawar membelai pucuk kepala si bocah, berulang kali sampai di rasa bocah itu menerima sentuhan dari mawar. Ia kembali melanjutkan aksinya dengan mengelus punggung si bocah yang membuatnya semakin rileks dan tidak meronta-ronta lagi.
“siapa namamu sayang??” tanya mawar lembut
“a… anton” terbata bocah kecil itu menjawabnya. Kepalanya tak henti bergoyang akibat tangis yang masih tersisa.
Suster adel yang melihat pemandangan itu berbisik pada mawar.
“tolong jaga dia sebentar, aku akan kembali membawakannya makan siang dan menghubungi keluarganya lagi”
Mawar pun mengangguk. Kembali ia mendekati anton, duduk di sampingnya sambil terus mengelus punggungnya.
“tanganmu sakit??”
Mawar melihat sekujur lengan kirinya diperban, membuat si bocah kembali menangis histeris. Mawar kaget dan langsung memeluk anton sebelum kembali meronta.
“maaf jika pertanyaanku menyakiti hatimu”
Anton kembali tenang dengan tangisan yang tidak terlalu keras di pelukan mawar. Mawar terus saja memeluknya, memberikan kasih sayang pada bocah yang tidak ia kenal. Beberapa menit setelahnya anton sudah berhenti menangis, melepaskan pelukannya dan berani menatap mawar.
“makasih kak, anton hanya ingin pulang”
“pulang?? Dimana rumah anton?? Kakak bisa mengantar anton pulang”
“anton ingin menyusul bapak dan adik, tapi anton tidak tega meninggalkan ibu sendirian di rumah. Makanya anton balik ke bandung berjalan kaki untuk menemui ibu dan pergi menyusul bapak”
“memangnya bapak ada di mana??”
“ANTOOON!!!”
Seorang wanita paruh baya menghampiri anton dengan derai yang tak terbendung. Memeluknya kemudian menciuminya tanpa henti.
“alhamdulillah, kamu selamat nak. Hiks hiks hiks hiks”
“selamat??” tanya mawar tak mengerti
“dia mengalami kecelakaan” jawab suster adel yang kembali dengan ibunya anton tadi.
“hari ini adalah hari ulang tahunnya, ayahnya ingin sekali mengajaknya bermain di Dufan Bersama adik perempuannya. Merekapun akhirnya berangkat dengan mengendarai mobil pikap milik pamannya. Aku tidak bisa ikut karena harus menjaga toko yang beberapa hari ini ramai. dan saat menunggu lampu merah di perempatan jalan, sebuah truk besar menabrak beberapa kendaraan termasuk mobil yang di bawa oleh suamiku. Hiks hiks hiks hiks …. Me mereka meninggal di tempat hiks hiks hiksss……. Ha hanya….”
Sebelum wanita itu menyelesaikan kisahnya, mawar lebih dulu melihat tangan anton yang kini sedang memegang pisau bedah yang entah ia dapat dari mana, ia sembunyikan di balik perban yang ada di lengannya. Seketika mawar menarik sang ibu dari pelukan anaknya dan
“aaaaaaaaaaaaa!!!”
“ANTOON!!”
“MAWARR!!”
Mawar berhasil menyelamatkan ibu anton namun harus digantikan bahu kirinya yang tertancap pisau. Suster adel dengan gesit kembali memegangi anton yang hendak menikam dirinya sendiri. Mawar berteriak meminta bantuan dan setelahnya datang beberapa suster dan dokter, membatu menenangkan anton dan juga mengobati luka lengan mawar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Rini Hayati
Kasiannya banget mawar, aduhhh. Semoga mawar gak kenapa” deh
2020-10-30
1