Malam kelam berbuah manis

Arga semakin frustasi dengan kehidupannya. Melinda jauh dibandingkan mawar dalam segala aspek. Kini ia lebih sering menghabiskan waktu di kantor, untuk sekedar melamun atau malah memandangi foto mawar berjam jam. Dering ponsel membuyarkan lamunannya.

“kenapa rik??”

“tolong”

“kamu kenapa??!”

“anu… tadi siang mawar pinjem mobil aku untuk observasi ke rumah sakit yang ada di bandung. Terus sewaktu aku pulang ayah hawatir bgt sama aku, dia bilang bahwa mobil itu rem nya rusak. Aku gk tau… dan mawar juga gk bisa di hubungi…”

Tuuut tuuut tuuut

“ha hallo?? Ka arga?? Hmmmm respon ka arga sama seperti dokter alif. Semoga mawar baik-baik saja”

Tuuuuut!!

Arga melajukan mobilnya dengan sangat cepat tak peduli puluhan pengemudi memakinya, ia hanya harus segera menemukan mawar. Ia tau jenis dan warna mobil rika dan itu akan lebih mempermudah pencariannya. Tiba-tiba saja hujan turun saat ia memasuki tol, tak lama setelahnya terlihat beberapa mobil polisi dan satu ambulan berkerumun di bahu jalan, hatinya was was saat keluar dari mobil. Harapannya hanya satu ‘semoga ia diberi kesempatan’. Langkahnya terhenti tatkala tandu orange itu membawa pasien seorang wanita. Arga hanya bisa melihat kaki sang wanita karena terhalang beberapa petugas. Ia kembali melangkah, memberanikan diri melihat wanita di tandu itu. Nafasnya tercekat dan… dibuang dengan lega karna wanita itu bukan mawar. Matanya mencari ke segala arah.

“mas arga??”

Arga berbalik dan tak jauh dari tempatnya, wanita dengan payung itu memandanginya bingung. Arga segera berlari dan memeluknya erat.

“hmm!!... ke ke kenpa??”

“syukurlah…”

***

Beberapa suster bahkan pasien RS Bakti Insani memperhatikannya, alif tampak kacau karna seluruh badan dan pakaiannya yang basah. Ia menuju ruangannya, segera melemparkan badan di atas sofa dan terpejam. Bayang bayang arga yang memeluk mawar di guyur derasnya hujan terus terputar jelas dalam ingatan. Hatinya remuk setiap kali mengingat kejadian itu. Andai saja dia bawa mobil dan bukan motor, pasti dia lebih dulu sampai.

“lif??”

“hemm!!”

“ta tangan lo? Lo abis kecelakaan?? Dimana?”

Dengan cekatan riko membuka jeket dan kemeja yang alif kenakan. Membawa beberapa alat medis dan mulai membersihkan lukanya.

“kenapa bisa jadi gini?? Melihat kondisi lo yang basah dan luka hanya pada bagian lengan mmmm kecelakaan motor?? Ngebut?? Lagi ujan gini? Bukan lo bgt! Ngejar apaan sih? Seburu-burunya elo, gue yakin gk akan sebodoh ini”

“bodoh?? Heh… mmmmmmm yah…”

Alif beranjak dari duduknya.

Beberapa jam lalu saat Rika memberitaunya kalau Mawar mengendarai mobil yang rem nya blong, dengan tanpa ragu alif pergi menyusul mengendarai motor. Hujan yang tiba-tiba turun membuat pandangannya kabur, beberapa kali alif harus menyeka kaca helm karna percikan air menutupinya. Hanya mawar yang memenuhi isi fikirannya, alif harus segera menemui mawar dan menyelamatkannya. Hingga saat dimana alif berusaha untuk mempercepat laju kendaraan dengan jarak pandang yang pendek membuatnya tergelincir. Tepat beberapa meter dihadapannya, mobil sedan berwarna silver menabrak mobil SUV hitam milik rika. Beberapa polisi dan petugas medis sudah siap dengan penanganannya. Alif mencoba berdiri, lengan kanannya tertancap pecahan kaca spion, mengeluarkan darah segar dibalik jaket hitamnya. Tak peduli dengan rasa sakit di lengannya, alif berlari mencari sosok mawar dan lihatlah ‘aku terlambat’ arga sedang memeluk mawar erat di bawah guyuran hujan, beberapa meter dari hadapannya. Alif hanya tersenyum ‘syukurlah’ kembali menaiki motor dengan luka menganga di lengan dan hatinya.

‘malam yang menyakitkan’ batinnya

“mau kemana??”

“pulang. Aku harus segera pulang, sebelum tambah bodoh”

Alif kembali mengendarai motor yang sudah tidak memiliki spion lengkap. Rumahnya tampak sepi, 2 jam sudah ia tertidur di ruang tamu hingga deru mobil membangunkannya. Ibu selly dan ayah faruk memasuki rumah, segera menghampiri alif dengan senyum bahagia.

“selamat yah nak”

“selamat??”

Ibu selly memeluk alif dengan sangat erat. Matanya berkaca-kaca menahan tangis.

“hmm!! Alif gk bisa nafas ne”

“oh? Maaf sayang”

“kenapa anne nangis??”

“karna ibu bahagia nak”

“bulan depan kami akan segera memiliki menantu” ucap ayah

“menantu?”

“mawar nak”

“hah?? haha sebenarnya aku sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lgi dengan mawar ne. Sudahlah, alif janji minggu depan akan membawa calon menantu yang sesungguhnya”

plak!!

sang ibu memukul lengan Alif yang terluka di balik jaket hitamnya

“aww!!”

“mawar sudah menerima lamaranmu!! Awas saja klo berani selingkuh!! Ibu sunat lagi kamu!!” ibu mengancam alif dan pergi meninggalkannya. Alif menatap ayahnya tak percaya.

“mawar?? Sungguh??”

“iya… anak ayah sudah dewasa. Alif, Muhammad alif al-faruk, sebentar lagi akan memiliki tanggung jawab yang baru. Dengarkan ayah, ayah tau kamu pura-pura berpacaran dengan gadis itu, ibumu juga tau tapi dia terlalu menyayanginya hingga tak ingin melepasnya. Ibumu memilih belenggu yang tepat, rantai yang tak akan terlalu menyusahkanmu. Ibumu tau sekali gadis yang ia pilih untukmu adalah yang terbaik”

“apa mawar benar-benar menerima lamarannya??”

“dia sendiri yang bilang bahwa dia bersedia. Semua urusan pernikahan biarlah kami yang mengerjakan, kalian hanya perlu mempersiapkan mental. Oiya, sampai hari pernikahan, mawar akan di pingit”

“di pingit? Itu berarti…”

“kamu tidak boleh bertemu dengannya”

“ta…tapi ba”

...****************...

Ketik… hapus… ketik lagi… hapus lagi. kegiatan barunya setelah mendengar tanggal pernikahannya yang tinggal menghitung hari ‘benarkah aku akan menikahinya?’

“bagaimana cara aku menyapanya. Ini pertamakalinya aku mengirim pesan pada wanita mmmmm aku harus ucap salam dulu? Setelah di jawab lalu harus aku jawab apa? Tanya kabar? Ahhh tidak mungkin, setelah apa yang terjadi mana mungkin di baik-baik saja. Mmmmm tanya apakah dia sudah makan?? Aahhhhh… memang aku ibunya?? Mmmmmmmm… arggghhhhh” alif mengacak rambutnya geram

“kenapa menulis pesan singkat saja sangat sulit, lebih mudah membuat skripsi”

drezzzzt

“assalamu’alaikum pak alif, ini mawar. Pak alif apa kabar??”

Matanya terbelalak melihat pesan singkat yang mawar kirim. Jari-jarinya kaku mengetik balasan.

“wa’alaikumussalam. Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?”

drezzzzt

“tentu saja aku baik”

‘tentu saja?’

“bagaimana rasanya dipinggit??”

Drezzzzt

“mmmmm membosankan, tidak banyak orang yang bisa ku ajak bicara. Aku hanya bisa mengobrol dengan rika sesekali”

“kalau begitu, mulai sekarang aku akan menjadi teman ngobrolmu”

Drezzzzt

“hahaha”

“kenapa tertawa??”

Drezzzzt

“mmm entah, hanya saja aku merasa tenang”

“aku berjanji akan memperlakukanmu dengan baik”

Hari itu alif habiskan waktu mengobrol dengan mawar via daring. Mendengar keluhan dan cerita lucunya saat kecil atau hal yang membuatnya bosan karna terlalu lama di pinggit.

Sesekali riko menatap alif heran, akhir-akhir ini alif sering melakukan kebiasaan yang tidak biasa ia lakukan. Seperti, berjam-jam cengengesan memandang ponsel. Senyumannya yang tak pernah luntur, bahkan kini ia berani menyapa para suster dan hal-hal aneh itu menjadi masuk akal saat rika memberitahunya bahwa alif akan segera menikahi mawar.

“ooooohhhh jadi gini yahhh kelakuanmu!! Diam-diam mendahului”

“haha… bukankah ini yang kamu mau?? Melihat aku memiliki pasangan??”

“ya ya ya ya… selamat selamat”

“ucapkan selamat dengan benar”

“baiklah dokter alif yang terhormat, saya ucapkan selamat atas pernikahanmu besok lusa”

“bukan seperti itu mengucapkan selamat”

“lalu??”

“sore ini temani aku cek Gedung”

“oke”

Alif dan riko memasuki Gedung yang akan menjadi tempat dimana ia mengucapkan ijab untuk mawar. Ruangan yang luas dan dekor gold silver menuai nuansa mewah dan sakralnya acara besok lusa, alif memeriksa setiap detail ruangan yang akan terpakai sementara riko memeriksa susunan acara dan juga keperluan lainnya. Setelah dirasa beres alif dan riko kembali ke mobil, sesaat alif mematung sebelum memasuki mobil.

“kenapa?” tanya riko

“mmmm sepertinya aku melihat arga di ujung sana”

“mungkin dia hanya lewat, sudahlah ayo pulang”

Setibanya di rumah alif masih merasa tidak nyaman dengan kedatangan arga di Gedung pernikahannya yang ia rasa bukan hanya kebetulan. Beberapa kali alif menghubungi mawar namun tak kunjung ada balasan. Ia segera beristigfar dan mengambil air wudhu. Biarlah Allah yang mengatur semuanya ‘aku yakin apapun yang akan terjadi nanti, itulah yang terbaik’. Hari pernikahanpun akhirnya tiba, semenjak kedatangan arga tempo hari mawar jadi susah sekali untuk di hubungi. Alif telah selesai dengan segala persiapannya, tinggalah ia di ruangan rias seorang diri. Hatinya sedikit gelisah namun segera ia tepis dengan terus melafalkan asma Allah. bisik suara mengganggu pendengarannya, alif menghamiri jendela dan melihat ada mawar di sana. Ia segera keluar ruangan menemui wanita yang sebentar lagi akan sah menjadi istrinya.

“ma…”

“pa pak alif??”

Tepat dihadapannya mawar dan arga sedang bertemu, entah apa yang mereka bicarakan nampaknya sangat serius. mawar sangat kaget dengan kedatangan alif yang tiba-tiba namun tidak dengan arga, ia tidak peduli pada alif, arga hanya terus menatap mawar dengan sendu.

Drezzzzt!

“kamu dimana nak?? Acara akan segera di mulai” (anne – ibu dalam Bahasa turki)

Terpopuler

Comments

Arnijum

Arnijum

arga mau apa lagi

2021-01-14

0

Chandra Ponsel

Chandra Ponsel

kok ga di jabarkan kenapa dan mau apa si mawar ketemu si agra dan knapa si agra bisa nikahi mantanya ga di jelasi kenapa ya

2021-01-12

0

Mamta Daffa

Mamta Daffa

memang orang baik akan di pertemukan dengan orang baik juga

2020-12-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!