Alif segera tancap gas ketika mendapat informasi bahwa istrinya terluka. Di ruangan vip itu mawar tak lekang memandangi Anton yang diikat di atas ranjang. Matanya merah, rambutnya berantakan dan lagi raut wajahnya yang sangat ketakutan membuat mawar sangat merasa kasihan. ‘bagaimana mungkin anak seumuran anton sanggup menyaksikan kematian ayah dan adiknya tepat di depan mata’ tak terasa mawar meneteskan air mata. Berisik seseorang memutar knop pintu memaksa mawar mengalihkan pandangan. Alif muncul dari balik pintu, raut wajahnya sangat panik.
“mas??” sapa mawar
“kamu gak papa??” alif membolak-balik tubuh mawar panik
“mm! gkpp mas, aku baik-baik ajh. Cuman ketusuk pisau bedah aja dikit”
“dikit? Itu tetep aja luka. Udah di obatin? Mereka bener gk ngobatinnya?? Biar aku ajh yang obatin kamu, ayo”
“gkpp mas mas hei” mawar menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah alif
“aku gkpp, lukanya gk terlalu dalam. Jangan khawatir yah”
sekelebat ingatan menghampirinya, ia ingat saat Arga mengacuhkannya saat ia tersiram air panas dulu. Betapa beruntungnya ia memiliki suami seperhatian Alif. Suami yang Allah jodohkan untuknya. Inilah kenapa manusia hanya bisa berencana dan tetap Allah yang akan mengatur semua.
Alif memeluk mawar, seolah tak ingin istri tercintanya pergi. Kemudian alif teringat sesuatu.
“dimana anak itu?”
Mawar menunjuk anton dengan pandangannya. Anton tertunduk sambil menggoyang-goyangkan badannya kedepan dan belakang. Bahunya bergetar karena terus menangis. Alif menghampirinya, memegang bahunya.
“anton??” tanyanya
Anton mengacuhkan Alif
“ini”
alif memberikan kado yang terlihat sangat buruk bungkusnya, robek dan penyok dimana-mana
Anton merespon dengan mengangkat kepala dan memandangi kadonya.
“dari bapak. Bapak bilang, anton harus jadi anak yang baik, harus bisa lindungi ibu dan hidup bahagia”
Anton meraih kado yang alif berikan. Tangannya tak sampai untuk bisa memeluk kadonya. Alif lebih medekatkan diri dan membuka ikatan yang membelengu tangan anton.
“bapak, bapak, bapak”
“anton mau ketemu bapak??”
“hmmm??” bocah itu dengan reflex memandang alif dan segera mengangguk antusias
“tapi anton harus janji sama om”
“apa?”
“anton harus sehat, anton harus jaga ibu dan anton gk boleh nyakitin siapapun. Janji? Setelah anton sehat, om akan temui anton dan bawa anton pergi buat ketemu bapak. Mau?”
“mau, anton janji akan bersikap baik, anton janji akan jagain ibu”
Alif tersenyum dan mengacak-ngacak rambut ikal anton.
"anak yang pintar"
Setengah jam alif bermain Bersama anton, aura wajahnya sangat berubah. Anton jadi lebih ceria, sikapnya sangat manis seperti anak seumurannya. Alif dan mawar meninggalkan ruangan setelah ibu anton kembali dari luar. Sebelum pergi, alif meminta izin kepada ibunya anton untuk mengajak anaknya pergi seminggu setelah keluar dari RS.
“mas?”
“hmm? Ada yang sakit?” alif kembali panik
“haha, bukan mas. Hmmm mas kok bisa pegang kado dari bapaknya anton?”
“ooh itu saat kecelakaan beruntun terjadi, semua pasien dirujuk ke RS-ku. Aku sempat melihat anton menangis dipojok lorong sendirian. Aku ingin menghampirinya namun saat itu aku sedang melakukan PCR dan saat aku kembali, dia sudah tidak ada. Setelah hari itu, salah satu suster memberikan kado itu kepadaku dan menceritakan kronologi kejadiannya. Beruntung anton duduk di belakang makanya dia selamat. Ayahnya ingin memberikan kado ketika sudah sampai di Dufan tapi Allah berkehendak lain”
“hmmmm, lalu mas tadi bilang mau nemuin dia sama bapaknya? Gmna caranya? kan bapaknya sudah meninggal”
“mau tauuu ajh” alif mencubit hidung mawar gemas
“iiiiih, maaas”
Langkah mereka terhenti di belokan lorong.
“jadi si anak emas itu juga cari perhatian sama pasien?? Pantes di patok!”
“tapi lukanya gak dalem jadi dia masih bisa lanjut penelitian disini padahal aku harap dia cuti satu hari atau satu minggu gitu. Enek bgt liat dia yang satu-satunya diperhatikan para senior”
“yah maklum lah yah punya backing suami tua bangka yang kaya raya”
“hahahha”
Mawar mencengkram lengan alif kuat kuat.
“kita lewat sana saja yuk mas” pintanya
“anak emas itu kamu??”
Mawar hanya diam
“berani-beraninya dia bilang kamu begitu” alif melangkah maju.
Rautnya tersenyum menyapa para “penggosip”. Mereka yang sedari tadi membicarakan mawar seketika mematung, melihat pria setampan dan segagah alif menyapanya.
“halo gadis-gadis cantik”
“ha hallo…” jawab mereka
“apakah penelitian disini terasa sulit untuk kalian??”
“hah?? tidak” jawab salah satu dari mereka
“kenapa anda bertanya begitu??” tanya yang lain
“ohh, ini kartu nama saya”
“oh my god! Anda direktur RS yang terkenal di Jakarta itu??... oh my god. Ak aku Karin, senang berkenalan dengan anda… mmmm (melirik kembali kartu nama alif) mas alif?”
Karin mengulurkan tangannya.
“oh tentu, senang berkenalan dengan orang-orang yang sering membicarakan saya” alif menjabat tangan Karin
“hmm?? kami rasa kami tidak pernah membicarakan anda, mas alif”
“oh ya?? Aku si tua bangka kaya raya yang kalian bicarakan itu” alif tersenyum bahagia
“hah?” sontak ke4 gadis itu ternganga mendengar ucapan Alif
“a anda suaminya mawar??” tanya Karin sedikit gugup
“oh mawar?? Yang kalian panggil si anak emas?? Ayolah kalian tidak boleh memanggilnya begitu, dia lebih berharga dari emas, dia adalah Mawar, seseorang yang paling berharga untukku”
“oh?... a anu ka kami…”
“hemm… tidak apa-apa, kalian pasti cemburu karena perlakuan istimewa yang mawar terima, itu wajar. Tapi mulai saat ini, aku jamin mawar tidak akan di anak emaskan jadi tolong temani dia yah”
“ba baik dok, kami pasti akan menjaganya” serempak mereka menganggukan kepala
“baguslah” alif menarik mawar yang sedari tadi mengintip di balik tembok.
“oh ya, satu lagi. umurku masih 30-an, jadi jangan panggil aku tua bangka”
Alif tersenyum sebelum benar-benar meninggalkan mereka.
“kamu marah??” alif mecubit dagu istrinya
“tidak”
“lalu kenapa terus menunduk??”
“aku hanya malu”
“malu karena punya suami sepertiku??”
“iya”
“iya?? Oh ya ampun… aku kurang apa hingga membuatmu malu?”
“justru karena mas alif terlalu sempurna untuk bersanding dengan wanita sepertiku”
Alif tersenyum kemudian mencium kening mawar.
“I love u”
Mawar terdiam.
“pipimu memerah, ingin aku cium disana?”
“ishh…” mawar mencubit paha alif
“aww!! Sakit sayang”
“udah mas pulang sana, bikin hatiku serasa mau copot ajh tau. Sana sana pulang”
“hahaha, istriku sangat manis. Ya sudah, sampai ketemu nanti” ucapnya sambil mengusap-ngusap pipi mawar yang makin merona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Rania Al Aziz
hmmmmm
2021-01-28
1