Arga menuruni anak tangga menuju kamar mawar namun tiba-tiba saja melinda yang sedang berbaring menjerit kesakitan, arga segera berbalik dan menghampiri melinda.
“masih sakit??” tanyanya
“iya”
“aku ambilkan obat”
“jangan, lakukan seperti ini biar aku melupakan sakitnya”
Dengan ganas melinda mencium bibir arga, arga yang sebagai laki-laki normal merespon dengan cepat. Pagi itu mawar mengantarkan sarapan untuk melinda, dengan langkah cepat mawar menaiki tangga dan terhenti menyaksikan adegan panas di hadapannya. Mawar tak kuasa membendung tangis, berlari menaiki taksi. Hatinya kembali menciut, padahal ia sudah sering mendengar hal yang lebih dari sekedar ciuman tiap malamnya. Segera ia hapus air matanya kala supir taksi menurunkannya di pelataran kampus. Kelas hari ini tidak benar-benar ia perhatikan, pernikahannya dengan arga sangat menguras perasaannya, mawar mulai Lelah. dua bulan setelah kedatangan madunya di rumah membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Mawar pulang sendirian, pikiran dan hatinya kacau membuat reaksi lemas di setiap sel-sel tubuh, kadang kakinya tak kuat menahan beban tubuhnya hingga terjatuh sesekali. Antara berpisah dan bertahan menjadi topik pertengkaran di otaknya, pandangannya kabur, kaki nya kembali lemas terhuyung dan kemudian terpelanting menggiling rerumputan. ‘sudah gelap’ pandangannya hilang, bising suara tak jelas ia dengarkan. Puluhan mahasiswa mengerubunginya mencari bantuan untuk segera membawanya ke rumah sakit. Perlahan mawar kembali merasakan pusing, ngilu di pinggul, bau rumah sakit memaksanya untuk membuka mata, mengerjap menyesuaikan cahaya yang menerobos retina cantik miliknya. Punggung kokoh seorang pria tersaji tatkala ia membuka mata, mawar mengenali punggung itu.
“pria yang aku temui di taman itu…”
“sudah sadar?” alif membalik badannya dan duduk disamping ranjang
“dok dokter alif??... aku kira”
“ada apa??”
“ti ti tidak. dokter alif yang membawa saya kemari?”
“siapa lagi??”
“hmmmm aku merepotkan yah” mawar mengalihkan pandangannya
“tentu”
“hah??” mawar tak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu
“oiya, aku belum mengabari keluargamu” alif memberikan ponsel mawar yang terjatuh saat insiden.
“tidak usah dok, itu akan semakin merepotkan saja”
“baguslah”
‘ish!!!... untung aku sudah menikah dengan ka arga, kalau tidak bisa-bisa aku dijodohkan dengan dokter alif, mana tahan aku membangun rumah tangga dengan pria sedingin ini, tidak punya selera humor’
“tapi benturan di kepalamu bisa menimbulkan efek samping seperti serangan sakit kepala mendadak”
“saya! Akan! Berhati-hati! Terimakasih dokter alif yang baik”
Rumah yang sudah 3 bulan ia tinggali Nampak sepi, lampu rumah mati dan mobil arga pun tidak ada. Mawar memasuki rumah dengan langkah tertatih, karna luka di lututnya masih terasa sangat ngilu. Setelah mawar membersihkan diri dan makan malam, ia memasuki kamar dan berbaring di ranjang. Diliriknya jam menunjukan pukul 8, ia kembali memandang ponselnya merindukan sosok mamah yang selalu menjaganya kala sakit. Tak perlu arga memperlakukannya seperti melinda, cukup dengan perhatian kecil, biarkan dia mencium punggung tangan suaminya, tanya apakah dia sudah makan atau belum, dengarkan cerita kecil yang ia ingin bagikan sebelum tidur, cukup dengan kegiatan kecil seperti itu akan membuat mawar betah tinggal di rumah. Dering ponsel mengagetkannya, melinda memberi kabar bahwa dirinya dan arga sedang menghadiri pesta ulang tahun sahabatnya dan mungkin akan pulang larut. Setelah sambungan terputus, tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit. Mawar menjambak rambutnya, ia segera memakai jilbab dan tertatih menggapai kursi menjadikannya alat penuntun. Ia memanggil mang mirwan yang sebelumnya telah berbagi no ponsel. Keseimbangannya tak stabil mengakibatkan mawar terjatuh dan kepalanya membentur ujung kursi cukup keras, teriakannya menggema seisi ruangan namun sayang tidak ada seorangpun yang bisa mendengar. Mawar semakin tertatih berusaha berdiri, nafasnya tersenggal menahan sakit. Jalanan gelap cukup untuk menutupi keadaannya yang memprihatinkan, mang mirwan tak sadar jika teman barunya itu sedang terluka parah.
Mang mirwan terus bercerita tanpa menyadari keadaan mawar. Saat mang mirwan mengintip mawar dari kaca dasbor karna tak kunjung mendapat respon, ia menyadari sesuatu, darah segar mengalir dari balik jilbabnya yang kini sudah menutupi sebagian jidatnya. Mang mirwan tercekat kaget, ia panggil panggil nama mawar namun tidak ada sahutan, dipercepat laju mobil menuju rumah sakit. Mang mirwan menghubungi majikannya yang juga seorang dokter. Dengan cekatan para perawat membawa mawar menuju ruang gawat darurat. Alif menghampiri mang mirwan yang sudah sangat ketakutan.
“kenapa mang??”
“tolong den, dia wanita yang baik, teman baru saya, tolong selamatkan dia den”
Alif berlari memasuki ruang UGD memakai APD lengkap dan mulai menganalisis pasien. Gerakan tangannya terhenti kala melihat pasien yang ada di hadapannya adalah mawar.
“sepertinya dia terbentur benda tumpul di pelipis kanan dan penyebabkan pendarahan yang tak kunjung berhenti” jelas suster
“periksa tanda vitalnya sekali lagi!”
“baik dok”
“nafas tidak normal 50 permenit, dan denyut nadi melambat” sambung suster
“hentikan pendarahan semaksimal mungkin”
“baik dok”
“siapkan ruang oprasi”
Satu jam mang mirwan menunggu dengan cemas. Alif keluar dari ruang operasi, menghampiri mang mirwan dan memberitaunya bahwa mawar baik-baik saja. Mang mirwan sangat lega mendengar berita baik itu, alif menanyakan kejadian yang menimpa mawar, dengan gamblang mang mirwan menceritakan kisah mawar. Alif mengepal tangannya kuat, meminta mang mirwan untuk segera pulang istirahat, biar alif yang menjaga mawar. Tak lupa mang mirwan menyerahkan ponsel mawar padanya.
Riko menghampiri alif dengan seringai aneh. Mengikutinya ke dalam kantor dan mengintrogasinya.
“wanita mana yang berhasil membuatmu seperti ini hah?? katakan”
“aku cape, berhentilah menggodaku”
“kamu tidak akan memberitahuku siapa wanita yang bisa membuatmu jatuh cinta??”
“jatuh cinta??” alif mengangkat kepalanya yang sedari tadi bersandar di sofa
“hampir semua wanita di rumah sakit ini membicarakannya, wanita berjilbab yang kamu perlakukan istimewa, lukanya hanya robekan di pelipis tapi sampai masuk ruang oprasi dan lagi kamu menjahit lukanya dengan amat teliti bukan??”
Alif menelan salivanya, ia tak sadar dengan perlakuannya yang terkesan berlebihan saat menangani mawar. Ia juga merasa heran karna sering kesal bila melihat mawar disakiti atau sedih saat melihat mawar terluka.
“ohh, karna dia sodara mang mirwan. Supir pribadiku dulu, kamu tau kan mang mirwan??”
“ohh jadi bukan apa-apa??”
“dia mawar ko, sahabat temanmu”
“ma mawar?? Mawar alesha?? Sahabat rika?? Benarkah??” riko kaget mendengar mawar adalah pasien yang terluka itu.
“sebaiknya jangan beritahu rika dulu, aku akan menghubungi suaminya”
“kamu tau dia sudah bersuami??”
Alif melempar bantal sofa tepat di muka riko
“iya! Kenapa kamu ingin menjodohkanku dengan wanita bersuami hah??”
“hehehe… maaf”
Alif terus memperhatikan mawar yang berbaring di ranjang vip. Ia menyukai setiap detail wajah mawar. Arga membuka pintu dengan kasar, tergesa menghampiri mawar yang terbalut perban disekitar kepalanya, menggenggam tangannya dan melantunkan kata maaf berulang kali. Arga yang tersadar akan keberadaan alif kini menatapnya.
“Terimakasih telah menyelamatkannya”
“belum sepenuhnya aku menyelamatkannya”
Arga tidak mengerti maksud ucapan alif, Alif meminta arga utuk mengikutinya.
“maaf sebelumya, untuk saat ini anggaplah aku bukan dokter, aku adalah alif al faruk pria berusia 28 tahun yang mengetahui kehidupan rumah tanggamu”
“kamu tau dia adalah istriku?”
“hmm”
“dia menceritakan hal lain?”
“yang lain?? Dia yang dimadu atau kamu yang tidak memperdulikannya?”
“apa maumu?!”
“jagalah dia, karena itu kewajibanmu”
“bersikaplah layaknya seorang dokter. Apa mungkin di rumah sakit ini memperbolehkan dokternya untuk ikut campur urusan pasien??”
“dia juga murid ku”
“apa kamu dosen tampan yang selalu di ceritakan rika??”
“apa aku setampan itu??”
“aku tidak akan pernah membawa mawar kerumah sakit ini lagi”
“aku akan segera menyelamatkan mawar. Tolong jaga dia sebelum itu terjadi” sambung alif
Sepulangnya mawar dari rumah sakit, arga semakin memperhatikan mawar dan hal itu membuat melinda kesal. Pernah sekali melinda mengantarkan sarapan bubur untuk mawar, dan dengan sengaja memperlihatkan kalung cantik yang ia pakai.
“mas”
“ada apa?” arga yang sedang menyuapi mawar, berhenti ketika istrinya akan bicara.
“aku mau tanya sesuatu tapi mas jangan marah dan harus jawab jujur”
“iya”
“hmmmmm, saat aku jatuh kemarin, mas pergi kemana dengan melinda?”
“itu… aku mengajaknya makan malam dan memberikan hadiah kalung untuknya. Maaf, ponselku mati saat itu dan tidak bisa menghubungimu. Sudahlah, kamu mau aku belikan kalung juga?? Mau yang seperti apa?? Yang lebih mahal dari melinda?? Akan segera aku belikan jadi jangan bawel”
“aku mau mas arga adil, jangan perlakukan aku seperti jongos. Aku juga istri sahmu mas!” mawar sedikit berteriak, dengan suara gemetar ia menangis
“aku memberikan perhatian sesuai dengan apa yang aku dapat. Melinda bisa memberiku kasih sayang, dia bisa memuaskanku lahir dan batin dan sudah sepantasnya aku memanjakan dia. Ingat mawar, kamu yang menjadi benalu di antar kami. Beritahu aku jika kamu sudah tak tahan”
Arga meninggalkan mawar begitu saja. ‘aku sudah mengambil keputusan’ batinnya.
Author...
"terimakasih atas dukungannya yah teman-teman... 🙏🙏🙏🥰🥰"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Pertiwi Tiwi
yesel Lo entar arga
2021-07-09
0
Arnijum
aku putuskan cerai
2021-01-14
0
Yanti Anin
mnt pusah aj mawar biar kapok tuh sm dikter alif aj
2021-01-12
0