Bunda dan mamah sangat sibuk menata kue-kue di dalam toples cantik sambil terus mengobrol, tangan dan mulutnya sangat aktif bekerja. Sedangkan ayah dan papah asik membahas masalah perusahaan yang dikait-kaitkan dengan politik.
Pagi itu mereka sangat antusias karna mendengar permintaan arga untuk mengumpulkan seluruh keluarga karana akan ada hal penting yang ingin ia sampaikan.
“ci, kayanya sebentar lagi kita akan menimang cucu deh”
“iya iya gak terasa yah, serasa tua bgt udah jadi nenek aja”
“bunda tetep cantik kok walaupun sudah longsor kulit wajahnya”
“ayah apaan sih, kulit bunda masih kenceng tau!!”
Gelak tawa mengiringi percakapan antar besan pagi itu.
“Tapi aku seneng banget mil akhirnya rencana kita sewaktu SMA bisa kesampaian” sambung ate suci
“iya aku juga, tapi sayangnya anggi gak bisa dateng dia lagi di luar kota sama mas bimo, tpi rika nanti siang dateng kok”
“gk papa nanti kita bisa kabari soal berita bahagia ini kan”
“iya papah”
“cieeeee!!”
“assalamu’alaikum!!”
“mereka sudah sampai”
“wa’alaikum salam”
Arga dan mawar menyalami ke empat orang tuanya, mereka disambut antusias yang justru membuat nyali arga ciut. Ia tak ingin melihat raut sedih ke4 orang tuanya. Disela-sela kegundahan hati arga, rika si cerewet menambah ramai suasana rumah.
“bunda! Mamah! Ayah! Papah! Rika datang”
“kamu nih! Ucap salam sayang”
Rika tak kalah di sambut antusias oleh ke4 orang tuanya. Instingnya segara meledek arga dan mawar yang dirospon dengan kaku membuat rika sedikit curiga. Mereka meneruskan obrolan hingga tiba saat yang di tunggu-tunggu. Tubuh arga memproduksi keringat cukup banyak namun suhu tubuhnya kurang dari 36°c.
“mmmm ada hal penting yang ingin arga sampaikan"
“sampaikanlah sayang”
“arga siap menerima konsekuensinya karna ini murni pilihan arga”
Raut wajah bingung mulai menerpa setiap pasang mata yang melihatnya.
“arga… arga minta maaf yang sebesar besarnya. Arga telah menalak mawar dan akan segera memproses perceraian di jalur hukum”
“a… apa??”
Plak!!
“mas!!”
“anak tidak tau diri!! Kurang ngajar kamu!!”
Plak!!
“maaaaas!!!”
"malu-maluin keluarga!!!"
Mawar menangis sesenggukan begitu juga mamah, bunda dan rika. Rika mendekati mawar dan memeluknya erat. Bunda terus menahan pukulan demi pukulan ayah yang akan mendarat di pipi anaknya. Papah memeluk mamah menenangkan, sementara arga pasrah menerima akibat dari pilihannya.
“sudahlah Ram, ini bukan hanya kesalahan anakmu. Salah kita juga memaksa mereka untuk menikah. Mari dengarkan alasannya mencerai mawar”
Ayah Baram duduk dengan nafas berburu, berusaha menahan emosi. Pandangannya tak lepas dari arga yang sedikit menunduk.
“alasannya… arga sudah menikahi melinda”
Tak satupun dari mereka mempercayai arga, hingga arga menyerahkan buku nikah milik arga dan melinda.
“kau… kau bukan lagi anakku” ayah Baram pergi meninggalkan ruangan
bunda mematung menatap buku nikah yang tergeletak di atas meja.
“ma maafkan aku mil, dim”
pandangannya tak beralih
Papah Dan mamah lebih memilih meninggalkan mereka dan membawa mawar pulang. Rika berpamitan setelahnya.
“bun”
“pergilah nak”
Hari-hari dilaluinya begitu sulit, setelah proses perceraian usai kini arga lebih pendiam dan lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Tidak ada lagi masakan lezat mawar, tak ada lagi aroma wangi bunga yang ia suka. Hanya melinda dengan tubuh sempurnanya yang bisa memenuhi kepuasan batinnya semata. Sudah berbulan-bulan semenjak perceraiannya dengan mawar, bunda dan ayah masih enggan menemui melinda bahkan arga sekalipun. Sungguh arga merasa bersalah atas kerenggangan hubungan ke4 orang tua mereka, terlebih orang tua rika yang juga Nampak sangat kecewa hingga mamah anggi ikut menangis sambil memarahinya, cerewet seperti anaknya. Mawar dengan mudah kembali ke kehidupan awalnya, seorang gadis penuh energi, mawar si penebar senyuman. Ia harap mawar akan selalu seperti itu, melupakan pernikahan konyolnya. Arga sering melihat mawar pulang pergi kuliah namun masih tidak sanggup untuk menemuinya. Ia harap mawar akan segera menemukan jodohnya dengan siapapun asal bisa membahagiakannya. Arga kembali menekuni rutinitas kerjanya, berminggu-minggu ia mengabaikan tugas hingga sebuah rumah sakit terbesar di Indonesia complain dan ingin mengadakan pertemuan.
“maaf pak, siang ini pukul 1 ada meeting dengan direktur RS Bakti Insani di kafe sanca”
“baiklah”
Sudah lebih dari setengah jam arga menunggu, namun sang direktur yang digadang gadang adalah direktur RS termuda sepanjang masa belum juga datang.
“mmmmm maaf pak arga, saya rasa pak dokter sedang menunaikan ibadah di masjid yang cukup jauh dari sini”
Benar saja 20 menit setelah sekertaris RS terus menghubungi bosnya barulah alif memasuki kafe dengan rambut basah yang berkali kali lipat membuatnya semakin mempesona. Arga kaget bukan kepalang begitupun alif saat tatapan mereka beradu. Alif segera mengulurkan tangan dan di sambut oleh arga.
“mohon maaf yang sebesar besarnya, saya rasa akhir-akhir ini banyak sekali kecelakaan yang terjadi di hadapan saja”
Alif melipat lengan kemejanya yang terdapat percikan darah.
“wajar, kamu seorang dokter. Sudah sepantasnya menangani luka bukan menimbulkannya”
Seringai arga dibalas senyuman oleh alif
“yap sudah seharusnya saya menangani luka, dan hal itu akan segera terwujud. Saya mendapat pasien seorang wanita yang penuh luka akibat suaminya, saya rasa saya harus segera menyembuhkannya. Bukan begitu?? Itulah tugas saya”
Arga menggeratkan giginya. Meskipun ada masalah pribadi di antara mereka namun bisnis tetaplah bisnis. Mereka tetap bersikap professional dan melanjutkan hubungan kerja yang sudah terjalin berpuluh-puluh tahun lamanya. Alif dan sekertarisnya lebih dulu meninggalkan tempat. Alif harus segera menuju kampus karna jadwal mengajarnya sebentar lagi dimulai. Sudah menjadi kebiasaan, alif akan melepas jasnya kemudian menggulung lengan bajunya sebelum mengajar yang tidak disadarinya telah membuat mahasiswi tak urung memandanginya.
“silahkan kumpulkan tugas individunya dimeja saya”
“ya ampun”
Dengan segera para mahasiswa mengumpulkan tugas individu yang setiap minggunya pasti ada. Kecuali mawar yang lupa dengan tugasnya diakibatkan hobi barunya membaca buku sejarah para sahabat nabi. Itulah kegiatan mawar yang perlahan mampu mengusir nama Arga di hatinya sekaligus mengusir semua tugas di fikirannya.
“kamu sih baca mulu, udahlah terima saja hukuman dari Dokter alif tidak begitu mengerikan kok”
“jika ada yang tidak mengerjakan tugas silahkan segera kerjakan, serahkan pada saya sebelum jam 7 malam. Harus hardcopy”
Setelah kelas selesai, mawar segera mengunjungi perpustakaan mencari buku referensi sebanyak mungkin.
“mmmmm mawar?”
“hmmm??” mawar menjawab tanpa mengalihkan fokusnya mencari buku
“hmmm… mas riko akan bekerja di turki”
“hmm??”
“entahlah dia bilang hanya ingin pengalaman baru bekerja di rumah sakit luar negri”
“berapa lama??”
“entah”
“kamu yakin sama mas riko?? Kalian akan LDR jauh dan entah sampai kapan”
“aku yakin sama mas riko”
Kring (dering ponsel)
“oh mas riko… aku pergi yah. Oiya mungkin aku gak akan balik lagi, keluar dari perpus ini sebelum sore, karna sudah banyak gossip menyebar kalo di perpus ini banyak hantunya” bisik rika
“hahha… daah”
“iya hallo mas?"
Rikapun pergi meninggalkan mawar yang masih setia memilih buku. Berjam-jam ia habiskan waktu untuk mengetik makalah yang harus setebal buku, tak terasa hari mulai gelap hanya ada mawar dan kedua penjaga perpus mengisi hampa di sunyinya malam. Beberapa kali rika menghubungi mawar namun karna fokus dan ponselnyapun di silent, ia mengabaikan panggilan rika.
Beberapa menit lalu kedua penjaga memasuki Gudang perpus, mencatat buku-buku lama yang harus di daur ulang. Mawar masih fokus pada layar laptop, menyelesaikan halaman terakhir berupa daftar pustaka. Saat ia meregangkan tubuh, terdengar olehnya derap langkah sepatu dari kejauhan. Ia tersadar bahwa hari sudah sangat gelap dan anehnya jam dinding perpus masih menunjukan pukul 3 sore, begitupun dengan jam tangan miliknya juga dengan catatan waktu yang ada di hpnya, semuanya menunjukan pukul 3. Semakin lama suara derap langkah terdengar semakin jelas. Mawar segera merapihkan buku dan laptopnya di atas meja, namun sungguh sangat sial, dia juga harus meletakan kembali buku-buku yang ia ambil di rak. Seketika suara sepatu itu menghilang. Beribu do’a ia lafalkan untuk sekedar menangkal perasaan negativnya. Buku pertama ia letakan di rak yang tak jauh dari tempatnya duduk. Buku kedua harus ia letakan sedikit lebih jauh dan cenderung memasuki deretan rak yang menjulang tinggi, buku ke tiga yang ia ambil di ujung Lorong membuatnya harus berjalan cukup jauh, memberanikan diri menembus lampu remang dan dingin. Tiba-tiba derap sepatu kembali terdengar kali ini lebih cepat seperti sedang berlari, mawar sangat takut, nafasnya memburu akibat detak jantungnya yang tidak beraturan. Ia lebih memilih berjongkok dan
Buugk!!
“aaaaaaaaaaaaaaaaa!!”
“kenapa berteriak neng??”
“huh?” mawar membuka tangkupan kedua telapak tangannya, didapati seorang penjaga perpus sedang memungut buku besar yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri.
“untung saya cepat berlari neng, coba kalau tidak, mungkin buku setebal ini akan jatuh menimpa eneng”
“hah? jadi bapak berlari mencoba menyelamatkan saya??”
“iya, sekilas saya lihat judul buku yang neng bawa dan letaknya ada di ujung tempat buku-buku tebal. Raknya memang sudah tua jadi terkadang buku-buku tebal seperti ini sering jatuh”
“ohhh… terima kasih banyak pak”
“eneng sudah selesai??”
“ohh sudah pak”
Mawar segera keluar dari perpus menuju kantor untuk menemui alif namun alif tidak ada di sana. Ia menghubungi rika meminta no ponsel dan segera pergi menuju kediaman Alif al-faruk. Mawar menghela nafas mengingat ia harus kembali mencari alamat rumah orang tua Alif karna menurut kabar yang rika berikan bahwa alif kini ada di rumah orang tuanya. Halaman rumah yang banyak dihiasi lampu sangat memanjakan mata, beberapa menit ia menunggu sang pemilik rumah membuka gerbangnya.
“Ada yang perlu di bantu gadis cantik?”
“oh? Permisi tante, saya mawar alesha. Say…”
“ooooooohh pasti kamu pacarnya Alif”
“hah? bu bu….”
“ahhh cantiknya… alif memang handal mencari perempuan”
“ta tapi tante”
“kamu sangat manis. Kamu tau?? Kamu wanita pertama yang dibawa ke rumah”
tante selly mendekap mawar sangat erat, membimbingnya memasuki rumah dan terus bercerita tanpa memberi jeda untuk mawar berbicara.
“haha… ini foto pak alif masih kecil tan??”
“iya, jelek bgt kan??”
“tampan kok tan, ternyata pak alif memang sudah ganteng dari lahir yah”
“coba lihat yang ini”
Tante selly menunjukan foto alif yang masih TK menggunakan rok mini, dengan ekspresi lugunya bocah umur 5 thn membuat kedua wanita beda usia itu sama-sama tertawa.
“sangking putihnya dia, sampai-sampai banyak yang mengira dia perempuan. Lihat kan pihak sekolah malah memberinya seragam perempuan”
“waah… ternyata pak Alif lebih cantik dibandingkan aku”
“siapa yang lebih cantik??”
“pak alif?”
Alif keluar dari kamarnya setelah mendapat pesan dari riko bahwa mawar mencarinya.
“mana…”
“uuuuhhh… sayang kamu memang hebat mencari pasangan. Ibu suka dengan mawar dia cantik, baik, nyaman sekali ibu ajak bercerita. Pokoknya ibu akan dukung kalian, kapan kalian akan menikah??”
“hah?? menikah??” mawar tersentak kaget
“bu… dia hanya”
“iya menikah. Alif itu satu-satunya anak tante, tante sudah mendambakan seorang menantu seperti kamu. Hmmmm sebenarnya waktu tante sudah tidak lama lagi…”
“tan tante sakit??”
“bukan, tapi usia tante sebentar lagi menuju 50 tahun, masa tante belum juga punya cucu sih”
“sudah lah ne, mawar ini hanya…”
“huaaaaa…. Aaa… hiks hiks hiks. Kamu bilang akan segera membawa calon menantu untuk ibu. Tapi mana?? Sudah 3 bulan setelah kamu berjanji. Kamu mau ibu segera mati??”
Alif memijat kening akibat ulah ibunya. Memalukan melihat ibu bersikap seperti ini di hadapan mawar. Tapi ia mengerti keinginan ibunya jauh lebih besar di bandingkan rasa malunya. Ponsel ibu penuh dengan foto baju-baju bayi, perlengkapan bayi dan lain sebagainya. Ibu bilang foto-foto itu sebagai bahan referensi untuk anaknya alif kelak.
“hmmm, kita bicarakan pernikahannya nanti-nanti saja ya bu. Mawar kan baru pacaran sama pak alif, biar mawar tau pak alif dulu, setelah itu insyaallah kita bahas pernikahan. Ibu jangan nangis lagi”
“beneran??”
Alif kaget dibuatnya. Dia melotot ke arah mawar, mawar hanya membalasnya dengan senyuman. Setelah mawar berhasil membuat ibu dan ayah alif girang, alif membawa mawar ke halaman belakang. Halamannya jauh lebih luas, dengan rumput sebagai alas dan kemerlap lampu sebagai penghiasnya. Mawar ber ‘wah wah’ ria memandangi pantulan lampu di kolam ikan.
“ehmmm!!”
“em?? Hehe… halaman belakangnya cantik pak”
“pulang lah, anggap kejadian malam ini tidak pernah terjadi”
“kenapa??
“aku akan mengurusnya, tidak usah perdulikan ibuku”
“aku serius kok”
Alif semakin mengerutkan keningnya.
“aku akan pura-pura jadi pacar bapak sampai bapak mendapatkan wanita yang bapak cintai. Nah setelah itu bapak putuskan saya dan nikah deh dengan wanita pilihan bapak. Bagaimana??”
“mmmmm… oke, beri aku waktu 1 bulan”
“siap!! Tapi…”
“tapi??”
“pinjemin mawar buku sejarah para sahabat nabi yah?? Yah??”
“haha… tentu!!”
Malam itu mereka membuat kesepakatan. Mawar sering mengunjungi rumah alif karna permintaan tante selly. Ia ikut memasak, menyiram tanaman dan hal yang paling ia suka adalah melihat kemerlap pantulan lampu di air. Tanpa mereka sadari, semakin hari mereka semakin dekat, semakin hari semakin nyaman, semakin hari semakin berwarna sampai-sampai alif lupa untuk mencari pengganti mawar.
“kamu yakin gk mau aku anter??”
“gak usah pak, tapi kok tumben sih bapak bawa motor ke kampus”
“oh, mobilnya sedang di perbaiki. Jam berapa pulangnya??”
“mmmm karna ini hari pertamaku observasi, kayanya agak malem deh”
“kamu bisa nyetir mobil kan??”
“bisa lah, lagipula dari sini ke bandung deket kok”
“ya sudah, hati-hati”
“siap pak!!” ‘Hehe… untung pak alif dosen pembimbingku. Jadi gampang deh’ batinnya
Author...
"jangan lupa like,comment, and vote nya yah 😆😍😍🥰🙏🙏"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Chandra Ponsel
kok aq baca novelnya kesanya terbiru2 ya
2021-01-12
2
Diamon
semangat Thor 💪😊😊
2020-10-29
1