Sebuah kesalahan

Alif kembali menekuni dokumen-dokumen yang sudah menumpuk sedari pagi, weekend ini dia tidak bisa mengunjungi kedua orang tuanya karna harus menyelesaikan urusan dengan perusahaan pemasok obat-obatan ke rumah sakitnya. Riko terus bercicit tak mau berhenti mengganggu Alif untuk mau menggantikannya memenuhi panggilan menjadi dosen di univ tempat pacarnya menimba ilmu.

“ayolah lif, kamu tau kan aku tidak sepintar kamu. Mana aku mendapat jadwal mengajar di kelasnya lgi, bisa malu aku kalau metode belajarku membosankan”

“metode mengajarku lebih membosankan dibanding kamu”

“tapi setidaknya mereka tidak akan tertidur melihat wajah tampanmu itu lif, ayolahh ya ya?”

“sekali ku bilang tidak ya tidak”

🎶 (dering telepon)

Alif menyumpal mulut riko yang hendak mengoceh dan kembali menatap layer ponsel.

“iya hallo Anne??”

“kapan kamu punya waktu buat ibu dan babamu hah?? ibu sudah membuat janji makan malam dengan keluarga teman ibu. Kapan kamu ada waktu nak??”

“anne mau menjodohkanku lagi??”

“hah apalah daya ibu yang hanya mempunyai satu anak laki-laki yang tidak peduli dengan ibunya sendiri”

“alif bisa cari pasangan sendiri ne”

“tapi kapan?? Usia ibu sudah semakin tua, sudah waktunya ibu menggendong cucu bukan? Lagipula tidak ada yang tau umur ibu sampai kapan”

Alif menutup speaker hp dengan tangannya.

“berapa jam aku akan mengajar??” tanya Alif pada Riko

“hah?” riko terkejut dengan pertanyaan alif yang tiba-tiba

“ohh, seminggu 2 kali, satu pertemuan 2 jam full”

Alif kembali pada telepon genggamnya

“aku akan sangat sibuk akhir-akhir ini ne, Alif mengajar di Univ Persada Utama”

“kalau begitu sekalian carikan ibu menantu seorang mahasiswi. Titik!!”

Tuuut tuuut

Alif menghela nafas Panjang, kegiatan perjodohan yang selalu membuatnya frustasi.

“waaaaw tante Selly memang hebat” prok prok prok

“kapan aku akan mulai mengajar??”

“mmmmm 2 pekan setelah hari ini”

“baiklah”

Seseorang mengetuk pintu ruangannya.

“masuk”

Suster lugu bertubuh gembul menghampiri meja Alif menyerahkan tumpukan dokumen yang telah selesai ia kerjakan.

“ini dok semuanya telah selesai”

“kenapa kamu yang mengerjakannya??”

“mmmm anu ini sebenarnya suster echa yang mengerjakannya”

“kamu ingin membohongiku??”

“m maaf pak”

“Panggil dia untuk menghadapku”

“ba baik pak”

Suster gembul itu keluar dengan gemetar.

“echa si suster seksi itu?? Dia masih mengejarmu?”

“aku tidak menyukainya”

“salahmu sendiri terlalu memperhatikannya”

“aku menganggapnya adikku sendiri”

“tapi tidak baginya. Dia gadis sebatang kara tentu tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari siapapun dan kamu satu-satunya orang yang menolongnya apa lgi dengan wajah tampanmu itu. Serasa diselamatkan pangeran berkuda putih. Tentu aku akan mengira dia wanita tidak normal jika tidak menyukaimu”

Alif menekan pelipisnya yang sedikit berdenyut, mengingat saat-saat dimana ia mengulurkan bantuan kepada seorang gadis remaja yang sibuk mengais rezeki di tumpukan sampah.

“aku melakukan kesalahan yang sama saat aku remaja"

“apakah hal itu yang membuatmu sedingin ini??”

“aku rasa begitu”

***

Sore hari mawar berjalan meninggalkan taman. Mempersiapkan hati dan raut wajahnya sebiasa mungkin. Ia tidak melihat siapapun di lantai bawah ‘mungkin mereka berada di kamar’. Ia beranjak menuju dapur merebus daging untuk menu makan malam. Ia menanggalkan semua pakaiannya dan mulai menyalakan shower, membasahi rambut hingga ujung kakinya mengusapkan shampo dan sabun mandi beraroma bunga mawar lalu membilasnya. Terlintas punggung kekar pria yang ia temui di taman siang tadi, membuatnya semakin penasaran sosoknya, jarang ada pria muda yang sanggup menceritakan kisah para sahabat nabi. Tiba-tiba terngiang rebusan daging yang ia tinggalkan cukup lama, dengan asal mengenakan handuk mawar berlari menuju dapur dan terkaget segera menghentikan langkahnya. Arga lebih dulu mematikan kompor, kini ia memandangi tubuh mawar yang hanya terbalut handuk berantakan mengekspos sebagian tubuh mulusnya membuat arga perlahan mendekati mawar. Mawar tidak bergeser barang satu sentipun dari tempatnya, tangannya dengan erat memegangi handuk sementara arga sudah melingkarkan tangan di pinggang mawar, menelusup lembut mencium aroma bunga di setiap inci leher jenjangnya.

“aku tidak menyangka bisa mencium aroma tubuhmu sedekat ini, aroma yang sangat kusukai dari dulu”

Mawar hanya diam merasakan tekanan bibir arga di lehernya.

“aku menginginkanmu” bisiknya kembali memakan leher istrinya

Namun sayang seribu sayang bunyi bel yang melinda tekan membuayarkan hasrat membara arga, memaksanya untuk segera membuka pintu dan menuntaskan hasratnya yang memuncak dengan istri keduanya. Malam ini mawar selamat dari terkaman buas suaminya, mawar tidak sudi melayani arga yang kalap karna amarah bukan cinta. Ia segera memasuki kamar karna merasakan sakit di perutnya. Pingganggya memang sudah pegal dari tadi pagi namun mawar kira karna cape mengerjakan pekerjaan rumah tapi ternyata siklus bulanannya datang agak cepat. Kebiasaannya saat datang bulan di hari pertamanya yaitu merasakan sakit yang amat di perut dan punggungnya bahkan bisa sampai susah berjalan. Malam itu mawar habiskan dengan banyak-banyak beristigfar, mengelus perutnya yang sangat sakit, sesakit hatinya melihat arga berprilaku tak adil padanya. Bagaimanapun mawar tetap istrinya, istri sahnya, istri yang diakui keluarganya bukan melinda. apa mawar harus meminta cerai dari arga? Itu tidak mungkin, apa alasan yang akan ia berikan pada mertua dan orang tuanya nanti. Mawar terus meringis hingga terlelap. jam 7 pagi mawar bangun karna mendengar arga terus berteriak memanggil Namanya. Ia berusaha menaiki anak tangga mengetuk pintu kamar suaminya. Arga dengan segera membuka pintu menghamburkan sejumlah uang dihadapannya.

“beli Pereda sakit datang bulan dan pembalutnya”

“mas ak…”

“pergi sekarang juga aku tidak tahan melihat melinda kesakitan, cepatlah”

Ingin rasanya mawar berteriak dihadapan arga memberitahunya bahwa ia juga kesakitan. Tapi sebelum air matanya kembali jatuh, mawar segera membalikan badan dan memesan taksi menuju supermarket. Supir taksi yang terlihat tua itu sesekali melihat mawar yang menangis sesenggukan di belakang.

“kenapa neng? Perutnya sakit yah?? Sedang datang bulan?”

“hiks… oh iya pak”

“eneng tidak punya keluarga?? Kenapa tidak minta di belikan keluarganya saja??”

“ooh… itu aku aku sendirian di rumah pak”

“kalo eneng butuh temen curhat untuk sekedar melepas beban, eneng bisa curhat sama bapak”

Mawar sedikit berfikir mendengarkan supir taksi berbicara

“nama saya Mirwan neng, neng boleh panggil saya mang mirwan. Dulu saya kerja jadi supir pribadi, majikan saya baik bgt, udah ganteng, rajin ngaji, kaya lagi. kalo lagi bepergian jauh majikan saya gk pernah absen solat, pasti saja minta di turunkan di masjid kalo udah denger suara adzan. Hebat kan neng majikan saya”

“terus kenapa bapak sekarang jadi supir taksi kalo punya majikan sesempurna itu”

“majikan saya ngasih saya modal usaha, dia gak mau trus melihat saya menjadi tergantung dengan pekerjaan saat itu. Sekitar 20 juta saya gunakan untuk buka toko kelontong, alhamdulilah neng istri saya bisa ngurus. Saya kangen nyetir mobil, ngobrol sama penumpang, mendengarkan banyak cerita unik dan lucu, saya rasa menjadi supir bukan kebutuhan saya neng tapi sudah jadi hobi”

“ooh jadi mang mirwan ini sebenarnya menjadi supir karna hobi?”

“benar neng, kebetulan rumah saya tidak jauh dari rumah eneng. Kalo neng mau nanti saya kenalin sama mantan majikan saya itu, dia masih sering mengunjungi saya”

“terimakasih pak tapi saya sudah punya suami”

“looh, tadi katanya neng sendirian”

“nanti saya cerita deh mang, sekarang saya harus beli kebutuhan rumah dulu”

Mawar turun dari taksi dan segera memasuki supermarket dengan sedikit tertatih, sesekali mawar jongkok untuk sekedar menetralisir sakit di perutnya. Setelah membayar mawar keluar namun hujan tiba-tiba saja turun membuatnya harus lebih lama merasakan sakit perutnya yang teramat sangat. Ia lebih memilih berjongkok di depan supermarket dengan harapan sakit di perutnya segera hilang. Mawar yang sedang tertunduk sambil berjongkok tersentak kaget kala sepasang kaki sudah ada di hadapannya, memayunginya dengan tatapan dingin. Mawar segera bangkit, menatap lensa mata kecoklatan yang menurutnya sangat cantik ditambah bulu mata pria itu sangat lentik ‘Apa pria ini bermaksud jahat padaku?’batinnya

“ini payung untukmu” suara berat pria itu membuyarkan lamunan mawar membuatnya segera menepis pandangannya dan segera beristigfar

“tidak usah”

“aku memberikan payung ini karna aku membawa mobil, jangan berpikir yang aneh-aneh”

“siapa yang berpikir aneh-aneh??” sungut mawar merasa malu serasa tertangkap basah

“aku akan membuangnya jika kamu tidak membutuhkannya”

“bukankah kita pernah bertemu sebelumnya di supermarket ini juga… ohh kamu pria yang memberikanku jaket itu bukan?? Ahh aku tau kamu sengaja mengikutiku”

“ahhh terserahlah” pria itu meletakan payung hitam miliknya disamping mawar

“jangan pernah artikan kebaikanku sebagai suatu hal yang menggelikan. Aku menolongmu karna kamu terlihat menyedihkan. Tidak lebih dari itu”

mawar menganga mendengar penjelasan pria berjas dihadapannya, tak menyangka ada pria sesombong itu didunia ini.

“hah? kamu pikir kamu siapa hingga aku akan jatuh hati padamu karna perlakuan baikmu, mending tampan” ‘memang tampan sih’

Pria itu hanya memutar bola matanya malas memilih memasuki mobil dan pergi meninggalkan mawar. Ia mengambil payung pemberian pria itu dan segera pulang. Ia sedikit terhuyung kala memasuki rumah, perutnya keram karna terlalu lama kedinginan. Arga dengan sigap mengambil belanjaan mawar dan membawanya ke kamar tanpa memperdulikan mawar yang terdiam berusaha menetralisir pusing dikepalanya. Saat mawar hendak mengambil air di dapur untuk meminum obat nyeri yang ia sudah pisahkan sebelumnya, arga memergokinya. Merebut bungkus obat yang hendak mawar minum.

“kamu juga sedang datang bulan??”

“hmmm iya mas”

“kenapa tidak… ah…maaf. Sudah selesai minum obatnya?”

“su sudah”

Arga membopong mawar, meletakannya dengan lembut di atas ranjang.

“Aku akan menyiapkan sarapan, tunggulah”

Arga kembali dengan mangkuk berisi bubur hangat.

“Makanlah dan cepat sembuh, karena aku tidak suka melihat rumah berantakan”

Author...

"hiks hiks hiks... Author sampe nangis nulisnya juga 😭😭 takut gk ada yang baca... dukung Author terus ya teman-teman 🙏🙏"

Terpopuler

Comments

Pertiwi Tiwi

Pertiwi Tiwi

pergi aja dari rumah minta cerai.cerita sama org tuamu mawar.fari pada sakit hati

2021-07-09

0

Arnijum

Arnijum

nanti alif suka mawar

2021-01-14

0

Hariasih

Hariasih

apa alasannya Mawar tdk mau cerai bukannya Arga sdh sama melinda tinggal bilang ke org tua masing2 aj kok bertahan dlm kesakitan dan ketakutan disentuh Arga

2021-01-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!