Rey tidak punya pilihan lagi, kecuali memenuhi janjinya pada ibu. Ia akan membuat wanita yang sudah memberi kesempatan hidup di dunia ini benar-benar tidak menyesal telah melahirkannya ke dunia.
"Tidak ada pilihan lagi. Aku memang harus menyerah pada takdir yang sudah digariskan oleh Ibu,"
"Aku akan menepati janjiku pada ibu. Akan mengikuti apapun kemauan Aldy sesuai dengan perintah ibu,"
Rey mengikuti segala sesuatu yang diminta ibunya demi kata maaf dari Aldy. Termasuk meminta Rey untuk membantu Aldy di tokonya.
"Ibu sudah bicara pada Aldy. Dia sudah memaafkanmu,"
"Iya, bu. Terimakasih,"
"Mulai besok, kau tidak usah lagi mengantar jemput cucian. Bantulah calon suamimu di tokonya,"
"Bukankah setelah kalian menikah, kau akan mengelola toko itu bersamanya," lanjut ibu lagi.
"Iya, Bu. Rey ikut saja apa yang ibu mau,"
"Tapi ingat ya. Jangan sekali-kali bikin ulah lagi. Ibu akan mengusirmu dari rumah jika kau membuat keributan lagi pada Aldy," ancam ibu.
"Iya, Bu. Rey faham,"
"Dengan membantu di toko, ibu harap sikapmu pada Aldy akan semakin dekat. Tidak usah terlalu jual mahal. Dia itu calon suamimu," ibu mengingatkan Rey lagi.
Mungkin ibu benar. Selain hubungan mereka menjadi dekat, dengan kebersamaan yang intent akan mengurangi ketakutan Rey terhadap calon suaminya itu. Bukankah setelah mereka menikah, Rey juga akan ikut andil mengelola usaha itu.
"Demi ibu. Aku akan melakukan semuanya,"
Apa yang menjadi pikiran ibu ternyata disambut baik oleh Aldy. Aldy menerima dengan senang hati jika Rey setiap hari datang ke tokonya dan membantu ia berdagang.
"Ide yang bagus, Bu," sambut Aldy ketika ia membicarakan hal itu via telepon.
"Kapan Rey akan memulai?" tanya Aldy begitu tidak sabar.
"Besok sudah ibu minta datang ke toko," ibu memastikan calon menantunya itu.
Kini Rey sudah tidak mengantar jemput cucian lagi. Tugasnya sudah dialihkan ke Doni. Setiap pagi, setelah membantu urusan dapur, Rey berangkat ke Toko Harapan menemani calon suaminya berdagang hingga sore. Kadang Rey masih ditahan di sana meskipun toko sudah tutup. Seperti biasanya, Aldy masih ingin bersama dengan teman wanitanya itu.
Hubungan mereka semakin membaik. Rey menjalankan perannya sesuai dengan skenario yang disusun ibunya.
Untuk itu, Aldy semakin loyal dengan keluarganya. Sebagai hadiah atas membaginya hubungan mereka, Aldy menghadiahkan mesin cuci baru pada calon mertuanya. Dengan begitu, pekerjaan ibu semakin ringan.
Sudah lebih dua minggu Rey melayani pelanggan di toko ini. Namun Rey tidak tau kesepakatan apa yang dibuat oleh Aldy dan ibunya. Apakah tenaganya disini akan dibayar seperti pekerja lainnya atau hanya sebagai pegawai sukarela.
Yang jelas ia datang dan pulang menggunakan uang yang ia dapat dari ibunya sekedar untuk ongkos angkutan. Belum pernah sekalipun Aldy menawarkan diri mengantarnya pulang meskipun Rey terpaksa pulang usai mereka bermesraan.
Rey juga tidak pernah meminta Aldy untuk mengantarnya pulang, baginya pria ini semakin menjijikkan. Bagaimana dia memperlakukan wanita sungguh memuakkan.
"Aku pulang dulu. Sepertinya hujan sebentar lagi turun. Sudah gelap gulita," Rey mohon pamit pada Aldy ketika mereka baru saja membereskan toko dan semua karyawan pamit satu persatu.
"Sebentar,"
Rey melihat Aldy segera mengunci laci mejanya dan memasukkannya kunci itu dalam tas kecil yang sudah disandangnya.
Tidak lama kemudian, ia mendekat ke arah Rey yang masih berdiri menunggu izin darinya.
Aldy memeluk gadis itu, setengah berbisik ia mengucapkan sesuatu di telinga Rey.
"Temani aku di atas, sebentar saja," pintanya. Tangannya sudah mulai meremas-remas bahu Rey dan mengecup lembut pipi gadis itu.
"Aku ingin ciuman hangat darimu," ujarnya lagi.
Tanpa memerlukan izin dari Rey, pria itu sudah mengunci bibir Rey dengan bibirnya yang basah. Tanpa bisa dielak lagi, adegan panas itu sudah Aldy lakukan hampir setiap hari sebelum Rey kembali ke rumahnya.
"Menjijikkan sekali. Kenapa aku diperlakukan semurah ini oleh ibu?" Rey menyesali diri sendiri
Besok Rey akan mengambil ijazah di sekolah. Dengan hati-hati ia minta izin pada Aldy agar bisa ke sekolah tanpa menimbulkan sengketa lagi dengan ibunya.
"Besok aku izin dulu ya. Mau ambil ijazah. Tapi kalau harus ke sini, aku pagi-pagi kesini dulu. Jadwal pembagian ijazahnya jam satu siang," ucap Rey ketika pria itu menarik diri dari bibir nya setelah ia ngos-ngosan sendiri kehabisa nafas
"Pagi kamu ke sini dulu. Berangkat dari sini saja. Toh dirumah kamu tidak ada kerjaan apa-apa,"
jawab Aldy sembari mengusap lembut pipi Rey dengan kedua bibirnya.
"Ok. Jika maunya begitu. Tapi aku kan harus mengenakan seragam sekolah. Apa kau tidak merasa terganggu?" tanya Rey hati-hati sekali.
"Kau bisa membawa baju ganti, Rey. Bukankah di atas itu kamarmu juga?" sergah Aldy
"Iya," sahut Rey singkat.
Pelukan itu terlepas ketika ada pengunjung yang hendak berbelanja. Ternyata Aldy belum menutup rolingdoor toko itu sehingga dikira orang masih melayani pembeli.
Wibie masuk toko itu dengan langkah yang santai. Ia memberi kode agar Rey pura-pura tidak mengenal nya. Ia mencari-cari sesuatu dari beberapa rak yang ada di situ.
"Apa ada phisohex?" tanyanya pada Rey.
Rey belum pernah tau benda apa yang dicarinya. Karena Rey bingung, Aldy bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Wibie.
"Sudah lama barangnya ga masuk pak. Mungkin ini bisa jadi alternatif," ujarnya sembari mengulurkan kemasan botol ke arah Wibie
Wibie menerima barang itu dan meletakkannya di atas etalase dekat ia berdiri.
"Ok. Saya coba,"
Kemudian Aldy juga menanyakan barang-barang lainnya yang mungkin masih dibutuhkan oleh pengunjung tokonya itu. Wibie juga membeli perlengkapan mandi yang terlihat olehnya.
Setelah dirasa cukup banyak belanjaan, ia segera membayar belanjaan itu. Wibie mengikuti Aldy menuju meja kasir yang sudah dikuncinya.
"Sudah mau tutup, ya?" tanya Wibie
"Iya, kami sudah bersiap-siap mau pulang,"
"Oh, saya kita masih buka. Pintu masih terbuka lebar," Wibie menunjuk ke arah rolingdoor yang ia lewati tadi.
"Iya, ga apa. Pembeli harus tetap dilayani, kapanpun ia datang," ujar Aldy dengan ramah
Saat Aldy sibuk menghitung belanjaan dan mencari kembalian uang dari laci mejanya, Wibie melirik ke arah Rey yang masih berdiri di dekat meja itu.
Ia tersenyum simpul. Entah apa yang ia pikirkan. Setelah lebih dari dua Minggu tidak melihat Rey, ternyata gadis itu sudah akur kembali dengan calon suaminya.
"Sepertinya bos orang baru ya. Saya belum pernah melihat Anda belanja di sini?" tanya Aldy.
"Sudah lebih dari tiga bulan kok. Kebetulan sadari toko sebelah, jadi sekalian mampir di sini,"
"Oh, bos kerja di PT. Cevronnya?" tebak Aldy karena toko sebelah menjual perlengkapan dan aksesoris perusahaan tebang
Wibie tidak menjawab. Ia hanya tersenyum dan menerima barang beserta uang kembalian yang diberikan Aldy padanya. Setelah itu ia mohon pamit
"Terimakasih. Semoga senang berbelanja di toko kami," ucap Aldy lagi ketika Wibie melangkah meninggalkan toko ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Matheldathelda Kadobo
kasian Rey
2021-08-01
0
Sept September
semangat kakakkkk 🤗 pengunjung setia 😂😂
2020-07-31
1
Ul
aduuuh
2020-07-16
0