Mulai Sabtu ini Rey libur sekolah, hingga pengumuman kelulusan nanti yang belum ditetapkan kapan waktunya.
Karena sudah tidak ada kegiatan di sekolah, Ia semakin banyak waktu untuk membantu ibu di rumah. Pagi-pagi ia mulai anter jemput cucian dan mengambil alih tugas ibu menyetrika laundryan pelanggan.
Ketika mengambil cucian di mess pertambangan, ia jadi ingat tugasnya terhadap penghuni 105. Segera ia menghampiri satpam dan minta izin untuk mengambil kunci sesuai yang dipesankan si pemilik.
"Oh, iya. Aku harus beres-beres nih," ucap Rey seketika.
Rey segera menghampiri pos penjagaan yang berada di sisi kanan pintu masuk. Ia melihat seorang satpam yang masih muda berjaga di gardu itu sembari menyaksikan tayangan sinetron dari TV tabung 14 inc yang ada di ruang itu.
"Permisi, Pak," seru Rey dengan ramah.
"Pak, saya bisa ambil kunci 105. Seharusnya saya membersihkan rumah itu besok pagi tapi karena pemiliknya sudah ada saya kerjakan hari ini saja,"
"Iya mbak. Pak Wibie sudah datang ya?" tanya satpam itu
"Oh. Jadi nama pria itu Wibie toh," Rey mengangguk-anggukan kepala sembari senyum-senyum sendiri.
"Ia pak. Kemarin sore saya lihat beliau di cafe bersama rekan kerjanya,"
"Ok mbak. Ini kuncinya. Jika sudah selesai jangan lupa kembalikan lagi ke sini ya,"
Setelah menerima kunci ksmar, Rey segera berlalu dari pos satpam itu. Ia melangkah menuju kamar Pak Wibie yang letaknya ada di bawah, sebelah kanan anak tangga.
Suasana mes pagi ini begitu sepi. Mungkin karena akhir pekan, seluruh pekerja banyak yang kembali ke keluarganya atau berlibur ke luar kota.
Semua pintu mes tertutup. Tapi bisa jadi penghuninya masih tertidur pulas, melanjutkan mimpinya selagi terbebas dari rutinitas pekerjaan. Rey sendiri berhasil membuka pintu rumah itu. Dari baunya, tercium ruangan memang tidak dihuni selama beberapa hari. Rey membiarkan pintunya terbuka lebar agar udara diruang itu berganti.
Setelah mengamati keadaan rumah, Rey mengangguk-angguk kecil. Kini ia paham harus memulai pekerjaannya dari mana.
Ruang itu tidak begitu luas. Hanya terdapat satu kamar, ruang tengah, dapur yang kecil dan kamar mandi. Tidak begitu kotor, terlihat sekali bahwa penghuninya sangat peduli dengan kebersihan.
Rey mengambil sapu yang tergantung disamping kamar mandi. Kemudian ia membuka kamar yang sejak tadi tertutup rapat. Rupanya pintunya tidak terkunci. Tempat tidurnya juga tertata rapi dan masih bersih. Namun sesuai permintaan, ia melepas seprey berikut sarung bantalnya.
Kemudian ia mulai menyapu ruangan dilanjut dengan mengepel lantai dan mengelap sekitar tempat tidur dan lemari khawatir ada debu yang tertinggal. Setelah semuanya beres, ia mencari seprey pengganti untuk dipasang.
Selain lemari, tidak ada lagi tumpukan baju di sekitar kamar. Ia memberanikan diri membuka lemari yang ada di pojokan kamar. Dari dua pintu yang ada, hanya satu yang tidak terkunci.
Semua pakaian yang ada di dalam lemari itu tersusun begitu rapi. Setelah mengamati tumpukan, Rey mengambil seprey yang diletakkan pada bagian bawah lemari. Ia mengambil seprey yang hampir didominasi warna biru dan memasangnya di tempat tidur.
Setelah rapi, tak lupa ia menyemprotkan pengharum ruangan agar kamar itu lebih fresh. Kini kamar sang pemilik rumah sudah rapi. Ia menutup kembali ruangan itu dan beranjak ke dapur
Tak ada yang perlu dibereskan disini setelah disapu dan dipel yang bersih. Tak ada peralatan makan yang kotor. Dalam kitchen set yang tertutup juga tumpukan makanan yang ada sudah rapi. Begitu juga dengan isi kulkas.
Rey melihat keadaan kamar mandi, untuk meyakinkan kebersihannya, Rey menyikat beberapa sudut meskipun terlihat masih bersih. Kini ia tinggal mengelap sofa yang ada di ruang tamu. Ia mencari-cari vacum cleaner, namun tidak ketemu. Akhirnya ia mengelap bagian-bagian sofa itu menggunakan lap tangan.
Tidak lebih dari 15 menit, Rey sudah membersihkan rumah majikannya.
"He....he.....," Ia tersenyum tipis ketika bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat.
Sebelum meninggalkan rumah, tak lupa ia menyemprotkan pewangi ruangan yang ada di sisi meja tamu.
Seprey kotor sudah ia masukkan dalam plastik dan akan dibawanya pulang. Ketika ingin menutup pintu, Rey dikejutkan oleh suara dari arah belakangnya.
"Terimakasih, ya. Sepagi ini kau sudah membersihkan rumah ini," ucapnya disertai senyum yang mengembang. Lesung pipi pria itu membuat senyum makin terlihat manis
"Bapak sudah dateng. Pekerjaanku sudah selesai. Kalau begitu, aku ijin pulang dulu!" pamit Rey seketika itu juga
"Sebentar. Masuklah dulu. Ada sesuatu yang mau aku sampaikan," ajak Pria itu dan mempersilahkan Rey masuk dengan ramah.
Meski sedikit ragu, Rey mengurungkan langkahnya untuk meninggalkan rumah itu. Ia mengikuti langkah pria itu ke dalam.
"Duduklah Rey. Sebentar aku ambilkan minuman dulu,"
"Ga usah pak. Ga usah repot-repot,"
Pria itu menuju ke dapur dan mengambil minuman dingin yang ada di kulkas.
"Mau minum apa? Soft drink atau air mineral?"
"Air putih saja pak,"
Pria itu membawa satu kaleng fanta dan satu botol air mineral. Ia letakkan minuman itu di meja dan mengambil tempat duduk di samping Rey,"
"Minumlah. Kau pasti haus setelah membersihkan ruangan ini," ujarnya pelan sembari mengitari seluruh ruang dengan sorot matanya.
"Aku bukan tidak mau membersihkan sendiri ruangan. Namun jika beberapa hari tidak ditempati bisa mengganggu pernapasanku. Aku alergi debu,"
Rey diam saja. Dia memilih mengambil air putih yang tersaji dimeja dan meneguknya dengan pelan
"Kamu sudah sarapan Rey?" tanya pria itu lagi.
"Kok bapak tau nama saya," tanya Rey dengan polosnya tanpa menjawab pertanyaan laki-laki itu.
"Kemarin berkali-kali temanmu menyebut nama itu ke arahmu,".
"Oh iya ya," Rey jadi malu dan tersenyum tipis menutupi kebodohan nya. Pria itu jadi tersenyum geli melihat Rey yang berusaha menyembunyikan rasa malunya.
Tak lama, ia merogoh saku celananya. Mengeluarkan dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan. Ia memberikan pada Rey dengan senyum yang begitu ramah.
"Terimalah. Bukan sebagai upah. Ini sebagai tanda terima kasih karena sudah berbaik hati membantuku,".
"Kebanyakan pak. Aku hanya membersihkan ubin dan mengganti seprey saja kok,"
"Sudahlah. Jika kau menolaknya, suatu saat aku tidak mau lagi minta bantuanmu," ujar pria itu masih dengan senyum yang bersahabat.
Dengan sedikit ragu, Rey menerima lembaran uang itu dan menyelipkan di saku blus-nya.
"Terimakasih pak. Saya ijin pulang dulu. Seprey yang kotor saya bawa pulang ya?"
"Iya. Terimakasih"
Pria itu segera bangkit dari tempat duduknya mengikuti Rey dari belakang. Ia menunggu di depan pintu hingga Rey menghilang dibawa laju motor yang dikendarainya
***Ilustrasi Tokoh Wibie***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Rita Wati
visula wibie jelek binggit
2023-01-14
0
Matheldathelda Kadobo
lumayan ganteng
2021-08-01
0
Bibir Cantik
mantapppp visualll... lop
drpd korea yg lebayyyy
2021-06-01
0