Tiga minggu diam di rumah memang cukup membosankan. Namun jika ada kesempatan untuk keluar rumah dan itu hanya bersama Aldy. Bukan juga sesuatu yang membuat Rey bahagia.
Sore ini , Aldy sudah menunggu Rey di tokonya. Dia ingin menghabiskan malam minggu bersama calon istrinya itu.
Sudah sejak kemarin ia meminta izin pada ibu prihal ini. Sebagai orang yang ingin sekali punya menantu yang mapan, tentu saja ini sesuatu yang tidak boleh dilewatkan oleh ibu. Ibu memaksa Rey agar menerima ajakan Aldy.
"Pergilah, kalian harus lebih mengenal satu sama lainnya,"
"Jadilah anak yang manis untuk Aldy," pesan Ibu lagi
Rey sudah mengenakan baju yang rapi. Baju yang khusus dibelikan ibu untuk kencannya malam ini. Blus lengan pendek berwarna navy dengan leher yang rendah dan sedikit terbuka dan seksi dipadu celana jean yang pres body.
Sebenarnya Rey malu mengenakan pakaian ini namun ia tidak mungkin menolak apa yang sudah disediakan oleh ibunya untuk kencan pertamanya. Rey tidak mau ribut.
Rey menunggu grab yang sudah dipesan oleh ibunya. Ibu tak henti-hentinya berpesan agar jangan mengecewakan Aldy.
"Sebentar lagi kalian akan menikah. Jangan berbuat sesuatu yang mengecewakan Aldy. Ibu mau semuanya berjalan dengan lancar hingga hari itu tiba,"
Rey diam. Ia tidak berniat mendebatkan apa yang dibilang ibunya. Ia sudah pasrah atas garis hidup yang telah ditentukan oleh orang tuanya.
Namun ia dongkol juga dengan perlakuan Aldy. Jika ia mengajak kencan, kenapa ia tidak datang menghampiri gadisnya. Meminta secara sopan kepada kedua orang tuanya untuk membawa anak gadisnya. Kenapa dia begitu sombong.
Dia bilang menginginkan Rey, kenapa setiap ingin bertemu selalu Rey yang menghampiri. Segitu tingginyakah harga dirinya manusia itu? Hingga untuk berkencanpun harus disamperin oleh perempuannya?" Bisik Rey begitu dongkol
Rey ingin protes. Namun ibu tidak akan mendengarkan alasan apapun. Bagi ibu, selagi Aldy tetap menginginkan Rey, ia akan melalukan apapun agar hubungan itu langgeng hingga pernikahan. Sungguh menyebalkan sekali.
Rey tiba di toko harapan 7 sekitar pukul empat sore. Satu pelayan toko masih melayani pelanggannya. Sebagian lagi susah berkemas untuk menutup toko. Aldy tersenyum lebar ketika mendapati Rey sudah berdiri mematung di depan toko itu.
"Masuklah. Naik aja ke atas. Aku mau beres-beres sebentar,"
Ia terlihat menghitung-hitung penjualan hari ini dan meminta pegawainya untuk berkemas secepat mungkin.
Rey langsung naik ke atas tanpa harus menunggu perintah yang kedua. Ia mendapati ruang yang biasanya penuh dengan barang-barang dagangan menjadi legang dan rapi. Seperti biasa, Rey akan menunggu Aldy di sofa besar itu dan menyalakan tv.
Dari bawah terdengar rolingdoor tergeser dan suara pegawai toko pamit pada bosnya itu. Tak lama suara Aldy terdengar menapaki anak tangga.
"Ambil minuman sendiri ya. Aku mau mandi dulu," ujarnya ketika sampai di atas.
Tanpa persetujuan Rey dia sudah masuk ke kamar mandi setelah meletakkan rentengan kunci dan HP-nya di meja yang ada di depan Rey duduk. Sekilas ia melihat Rey dan tersenyum.
"Kamu cantik sekali, Sayang" ujarnya singkat
Rey jadi tersipu malu dipuji seperti itu. Namun ia diam saja. Pandangannya kembali ke layar TV
Tak lama terdengar suara percikan air dari sawer dan suara Aldy bernyanyi-nyanyi kecil.
Tanpa diduga, Aldy keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang begitu pendek. Rey memalingkan mukanya seketika.
"Ah, parah sekali orang ini. Berani sekali ia keluar bertelanjang dada seperti itu,"
"Ga usah malu. Nanti juga terbiasa. Kamu kaget ya melihat dadaku yang kekar?" Ledek Aldy sambil berdiri tegap di depan Rey dan menutup pandangan layar kaca itu.
Rey jadi bingung sendiri. Kenapa tiba-tiba ia begitu gemetar melihat pria yang bertelanjang dada berdiri di depannya. Bahkan bisa dikata, Aldy nyaris tidak memakai apapun selain handuk yang begitu pendek menutupi area bawah perutnya.
Aldy tertawa terbahak-bahak melihat raut muka pacarnya yang begitu ketakutan. Ia segera berlalu ke lantai atas. Tak lama kemudian ia sudah turun dengan pakaian yang rapi. Parfum yang dikenakan bisa tercium oleh Rey meski laki-laki itu menghampiri kulkas untuk mengambil minuman.
Ia membawa dua kaleng rumput laut. Duduk di samping Rey, bisa dibilang tubuh mereka begitu rapat.
"Minumlah," ujar Aldy sembari menyodorkan kaleng minuman yang telah di bukanya ke arah perempuannya itu.
"Manja sekali kamu hari ini. Minum saja minta dilayani," ucapnya sambil menggoda.
Rey menerima kaleng minuman itu dan meneguknya dengan pelan. Otaknya begitu terganggu dengan wangi tubuh Aldy yang begitu dekat dengannya.
"Mau langsung jalan atau kita santai dulu di sini?" Pria itu melingkarkan tangannya ke bahu Rey, sehingga tubuh keduanya semakin dekat.
Memang bukan untuk pertama kalinya Aldy berbuat seperti ini. Namun kali ini mereka benar-benar hanya berdua di ruangan ini. Rey juga berani memastikan jika di toko juga sudah tidak ada pegawainya lagi. Ia semakin ketakutan dengan sikap Aldy yang romantis dan nakal ini.
"Memang kita mau kemana?" tanya Rey mencairkan suasan dan menarik tubuhnya dari Aldy agar dia bisa leluasa berbicara tanpa harus merasakan nafas Aldy yang begitu hangat dan tatapan matanya yang siap menerkam Rey.
"Memang ibu tidak bilang? Hari ini aku ingin mengajak kamu makan malam dengan keluargaku?"
Rey semakin kaget. Kepanikannya ini juga ditangkap dengan cepat oleh Aldy. Pria itu mengelus-elus bahu Rey dengan lembut dan mencium lembut ramput Ray.
"Ga usah takut. Aku sudah banyak cerita tentang kamu. Mereka semua tidak ada yang keberatan jika kita melanjutkan hubungan ini hingga ke pernikahan,"
Rey semakin serba salah. Antara takut dan ingin menangis berbaur menjadi satu.
"Kamu mau kan?" bisik Aldy begitu lembut ke telinga Rey.
Rey masih terdiam. Ia menjatuhkan pandangannya ke lantai agar Aldy tidak bisa melihat wajahnya. Namun di luar dugaan. Aldi memegang lembut dagu Rey dan mengarahkan pandangannya ke arah dirinya. Kini jarak mereka begitu dekat. Jantung Rey semakin berdengub ingin meledak. Karena tidak ada tanggapan dari Rey, Aldy mendekatkan wajahnya. Seketika bibir Aldy sudah memangut bibirnya yang terkatup rapat. Rey kaget dan melepaskan tubuhnya dari dekapan Aldy. Namun lengan Aldy lebih kuat menahannya.
"Sebentar lagi kita akan menikah. Kenapa engkau masih malu-malu begini?" bisik Aldy di telinga Rey lagi dan mencium kedua pipi Rey dengan lembut.
Rey melepaskan diri dari dekapan Aldy dan berdiri dari tempat duduknya. Ia sangat takut sekali dengan apa yang sudah di lakukan Aldy. Air matanya tiba-tiba menetes dan ia berusaha menahan tangis.
Aldy meraih lembut tangan Rey dan menyuruhnya duduk kembali. Ia menggeserkan pantatnya. Rey mengikuti apa yang di katakan Aldy.
"Habiskan minuman mu. Maaf jika sudah membuatmu takut. Kita berangkat sekarang ya?"
Kali ini nada suara pria itu terdengar begitu kecewa dan menahan marah.
Rey ibarat robot. Ia hanya mengikuti apa yang dikatakan Aldy. Ia mengambil kaleng minumannya dan meneguk isinya hingga tuntas.
Setelah mengucek-ucek rambut Rey dan mengusap pipi kanannya. Aldy berangkat dari tempat duduknya dan mengajak Rey meninggalkan tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Rose Yura🌹
wawwwww
2020-09-12
1
Sinta Azizah
gimana thor...rey kan beda keyakinan ma Aldy....gak jdi mualaf dulu kah ? bru menikah?maaf ya thor q nanya gtu...
2020-08-18
4
Sept September
lagi dong😂
2020-07-30
1