Ch 18- Pagi yang berbeda

Karena hari ini tak ada kerjaan yang harus di selesaikan, Pak Hendra terlihat bermalas-malasan di atas tempat tidur. Intan yang sudah bangun sejak subuh hanya membiarkannya. Dia sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Dia memilih untuk berjalan-jalan di lantai paling atas hotel menikmati semburan mentari pagi dan melihat-lihat pemandangan dari atas. Intan mencelupkan kakinya ke dalam kolam Dueerr....

Kakinya terasa dingin ketika menyentuh air. Hari masih pagi. Udara dingin yang bercampur hangatnya semburan mentari pagi menimbulkan rasa yang sungguh luar biasa. Hanya ada beberapa orang yang terlihat beraktivitas sama dengannya.

Puas menikmati pagi di lantai atas akhirnya Intan kembali ke kamar. Tiba di kamar dia masih menemukan Pak Hendra yang belum juga beranjak dari atas kasur. Intan pun membuka jendela yang menyebabkan sinar matahari memasuki ruangan yang membuat Pak Hendra terbangun.

"Hoammm..ngantuk," keluh Pak Hendra sambil menutup wajahnya dengan selimut.

"Bangun udah pagi," icap Intan yang berdiri di depan Pak Hendra.

"Aku masih ngantuk. Lagian sekarang udah ngga ada kerjaan," ujar Pak Hendra malas-malasan.

"Walaupun ngga ada kerjaan yaa harus tetap bangun pagi. Lagian sekarang udah jam sepuluh," balas Intan bohong.

"Apa? Udah jam sepuluh?" sahut Pak Hendra kaget dan langsung melihat jam tangannya yang terletak di meja samping tempat tidur.

Intan yang berhasil membuat Pak Hendra terkejut langsung tertawa terbahak-bahak.

"Kamu tuh yaa, dasar bandel udah bohongin aku. awas yaa," ucap Pak Hendra sambil menyingkirkan selimutnya.

Intan yang melihat Pak Hendra bersiap-siap keluar dari selimutnya langsung berlari menghindar. Namun karena mereka hanya ada dalam kamar otomatis Intan tak punya tempat persembunyian.

"Kamu mau lari kemana haa," ucap Pak Hendra sambil mengejar.

Intan berlari ke arah ruangan tempat membuat minuman sambil tertawa.

"Iya, ampun Mas, aku ngaku salah," ujar Intan sambil masih tertawa.

Pak Hendra sudah berdiri tepat di depan Intan.

"Haa, sekarang kamu ngga bisa lari kemana-mana," ucap Pak Hendra sambil terus mendekat dan akhirnya memeluk Intan.

"Iiihh Mas lepasin. Iya iya aku ngaku salah. Aku minta maaf," ucap Intan sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Pak Hendra.

"Ngga. Aku ngga akan lepasin kamu. Kamu harus bertanggung jawab karena sudah berani ngerjain aku," ujar Pak Hendra sambil terus mengeratkan pelukannya.

"Iya iya aku akan bertanggung jawab. Tapi sekarang lepasin aku Mas. Aku bisa mati kehabisan nafas," ujar Intan.

Pak Hendra yang tak sadar karena memeluk Intan terlalu erat, tiba-tiba melonggarkan pelukannya. Namun dia tak mau melepasnya. Dia merasakan kenyamanan saat memeluknya. Intan yang sedari tadi hampir kehabisan nafas karena pelukan erat Pak Hendra langsung mulai mengambil nafas dalam-dalam. Namun dia tak lagi berusaha untuk melepaskan diri. Meskipun dia sadar bahwa Pak Hendra sedang memeluknya. Entah kenapa perasaannya begitu damai dalam pelukan lelaki yang beberapa hari ini sekamar dengannya.

"Mas Hendra mau membunuh aku yaa," keluh Intan manja.

"Makanya kamu jangan coba-coba ngerjain aku," ucap Pak Hendra sambil tangannya menepuk lembut jidat Intan.

"Abisnya udah pagi Mas Hendra ngga mau bangun," balas Intan.

"Yaa suka suka akulah mau bangun kapan saja," ujar Pak Hendra cuek.

"Udah ahh. Aku mau buat teh. Mas Hendra mau ngga aku buatin kopi?" tanya Intan langsung melepaskan diri dari Pak Hendra.

Namun Pak Hendra langsung menarik kembali Intan hingga wajah mereka menjadi begitu dekat. Sejenak mereka berpandangan. Pak Hendra mau mendekatkan mulutnya ke bibir Intan namun Intan langsung menahan mulut Pak Hendra.

"Mas Hendra belum sikat gigi. Bau, sikat gigi sana," pinta Intan sambil berlalu dan cekikikan.

Seketika Pak Hendra langsung meniupkan nafasnya ke tangan lalu menciumnya.

"Iya ya, bau," ucap Pak Hendra sambil tertawa.

Pak Hendrapun pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Setelah selesai dia langsung keluar dan mendapati Intan sudah menyiapkan segelas kopi untuknya.

"Udah," ucap Pak Hendra singkat pada Intan.

"Maksudnya?" tanya Intan yang tak mengerti.

"Aku udah sikat gigi," jawab Pak Hendra polos.

"Terus?" tanya Intan yang masih tidak mengerti.

"Yaa tadikan kamu bilang mulutku bau. Sekarang aku udah sikat gigi. Jadi boleh dong," ijar Pak Hendra tak jelas.

"Boleh apa maksudnya?" tanya Intan masih belum juga paham.

"Yaa yang tadi. Ketika aku mau lakukan tapi kamu nahan mulutku." ucap Pak Hendra.

"Maksud Mas Hendra ciiu...,"ucap Intan tak selesai.

"Iiihh ngga mau, lagian tadikan cuma bercanda," ucap Intan setelah paham.

"Tapi aku serius," balas Pak Hendra dengan wajah tampak serius.

Intan yang melihat wajah Pak Hendra terlihat serius langsung salah tingkah. Dia tak tahu harus berbuat apa. Dia tak menyangka candaannya tadi di tanggapi serius oleh Pak Hendra.

"Mendingan sekarang Mas minum kopinya nanti keburu dingin," ucap Intan mengalihkan pembicaraan sambil berlalu ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Intan bercermin melihat wajahnya. Dia langsung memegang bibirnya, kemudian membayangkan bibir itu di sentuh oleh bibir Pak Hendra, dia memejamkan mata merasakan sentuhan-sentuhan sensual itu. Tiba-tiba dia sadar.

"Astagfirullah, apa yang baru saja aku lakukan. Sadar Tan sadar," ucap Intan berusaha untuk menyadarkan dirinya.

Dalam usaha untuk menyadarkan dirinya, Intan mengakui bahwa ada bagian hatinya yang bahagia kala mendapat perlakuan seperti itu. Dia tak dapat menyangkalnya. Bahkan sekuat apapun dia berusaha. Namun dia juga menyadari bahwa hubungannya dengan Pak Hendra hanyalah sebatas rekan kerja. Intan lalu mencuci wajahnya agar lebih fresh. Dia kemudian keluar dan langsung menuju pada Pak Hendra yang sedang duduk di sofa dekat jendela sambil melihat ke arah luar.

"Mas, Aku minta maaf soal tadi. Aku ngga bermaksud...," ucap Intan yang langsung di potong pembicaraannya.

"Ngga apa-apa, Tan. Lagian memang kitakan bukan sepasang kekasih jadi kamu berhak menolak," ucap Pak Hendra tanpa menoleh.

Sekalipun Pak Hendra berkata seperti itu, namun sangat terlihat jelas ada raut kekecewaan di wajahnya. Intan hanya menunduk tak tahu apalagi yang harus di katakannya. Namun diapun mengiyakan apa yang dikatakan Pak Hendra bahwa mereka bukanlah sepasang kekasih.

"Tan," panggil Pak Hendra sambil melihat ke wajahnya.

"Iya," jawab Intan.

"Aku minta maaf kalau beberapa hari ini sikapku terlalu berlebihan padamu," ucap Pak Hendra tulus.

"Ngga apa-apa Mas. Aku juga minta maaf," balas Intan.

Setelah itu, tak ada lagi suara hingga beberapa menit kemudian.

"Eitss.. Tapi kamu jangan senang dulu. Kamu masih punya utang padaku," ujar Pak Hendra berusaha mencairkan suasana yang sudah terlihat agak kikuk.

"Hahh... utang? Utang apa? Aku ngga ngerasa punya utang sama sekali pada Mas Hendra," sela Intan sambil mengernyitkan dahi.

"Kamu lupa yaa. Tadi pagi udah ngerjain aku. Kamu harus tetap bertanggung jawab," icap Pak Hendra sambil tersenyum.

"Yaa ampun Mas. Aku kirain apaan. Yaa udah, sekarang apa hukumannya?" tanya Intan.

"Hukumannya kamu harus menemani aku jalan-jalan hari ini, ok!" sahut Pak Hendra.

"Ok, baiklah. Pukul berapa berangkat?" tanya Intan kembali.

"Setelah sarapan," jawab Pak Hendra.

"OK" balas Intan singkat.

Lalu merekapun bersiap-siap untuk sarapan.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

diam² ada cinta tumbuh diantara mereka berdua..

2023-03-04

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!