Ch 10- Hari pertama kerja

Di dalam mobil, Intan menarik nafasnya dalam-dalam. Dia terlihat tegang. Hari ini adalah hari pertama dia masuk kerja.

Sebelum turun dari mobil, seorang laki-laki muda berwajah ganteng dengan pakaian rapi datang menghampiri mobil yang di tumpanginya. Dan segera laki-laki itu membukakan pintu.

"Selamat pagi bu. Kenalkan saya Dino, asisten Pak Hendra. Saya di perintahkan untuk menjemput ibu," ucap lelaki itu.

"Oh iya. Terima kasih," balas Intan.

"Mari bu, saya antar," ajak Dino.

Intan pun mengikuti Dino yang berjalan di depannya. Dari atas ruangannya Pak Hendra memperhatikan mereka. Di samping kanan pintu masuk terdapat meja resepsionis. Ada seorang wanita muda yang hampir seusia dengannya berdiri menunduk dan tersenyum pada mereka. Intan pun balas tersenyum. Kecuali sang asisten yang terlihat tidak peduli dan langsung menuju ke lift. Semua orang melihat ke arah mereka. Intan yang masih terlihat tegang berusaha untuk menguasai diri.

Ketika lift terbuka, dino mempersilahkan Intan masuk dan menekan tombol nomor lima. Di dalam lift tak ada yang bicara, hanya Intan yang terlihat berusaha untuk rileks.

Sampai lantai lima, lift terbuka dan Dino mempersilahkan Intan keluar dan langsung mengantarnya ke ruangan Pak Hendra. Intan sedikit mengernyitkan dahi karena pikirnya dia akan langsung di antar ke ruangannya.

"Tok tok..." ketuk Dino dari luar ruangan.

"Iya. Silahkan masuk!" perintah Pak Hendra.

Dino membuka pintu dan langsung mempersilahkan Intan masuk. Setelah itu, diapun langsung pamit.

Di ruangannya, Pak Hendra sedang duduk di kursi kerjanya.

"Silahkan duduk!" perintah Pak Hendra kepada Intan.

"Iya pak," Ucap Intan.

"Selamat bergabung di Firma hukum saya. Mulai hari ini kamu resmi bekerja di sini," ucap Pak Hendra memberi selamat.

"Terima kasih pak," balas Intan.

"Semoga kamu suka dan betah di sini. Kamu sudah tahu kan apa yang harus kamu kerjakan?" Tanya Pak Hendra.

"Iya pak."

"Nanti kalau ada kesulitan, kamu hubungi saja saya atau asisten saya," sahut Pak Hendra.

"Baik pak."

"Ok. Silahkan kamu kembali ke ruanganmu dan selamat bekerja," ucap Pak Hendra sebelum Intan meninggalkan ruangannya.

Intan hanya mengangguk, lalu pamit.

Di dalam ruangannya, Intan terlihat mulai sibuk menyusun jadwal baru yang di berikan oleh asisten Pak Hendra dan mempelajari beberapa berkas lainnya hingga dia tak sadar waktu sudah menunjukan hampir pukul 12 siang.

Sementara di dalam ruangannya, Pak Hendra sibuk memperhatikan Intan yang sedang bekerja. Sesekali dia tersenyum. Pagi tadi sebelum Intan datang, dia meminta untuk cctv yang berada di ruangan sekertarisnya di hubungkan langsung ke komputernya. Jadi segala aktivitas Intan bisa dia pantau dari ruangannya.

Jam makan siang sudah tiba, Pak Hendra mengirimi Intan pesan.

"Kamu ke ruangan daya sekarang," perintah Pak Hendra.

"Baik Pak" Balas Intan dan langsung menuju ke ruangan Pak Hendra.

"Tok tok..."

"Masuk" Pinta Pak Hendra dari dalam ruangannya

Intan membuka pintu dan langsung masuk.

"Ada apa bapak memanggil saya" tanya Intan.

"Silahkan duduk!" pinta Pak Hendra tanpa menjawab pertanyaan Intan.

"Iya pak," ucap Intan.

"Kamu udah makan?" tanya Pak Hendra.

"Belum pak," jawab Intan.

Pak Hendra pun mengambil ponselnya dan mengirim pesan ke asistennya.

"Kamu tunggu di sini saja. Nanti asisten saya akan membawakan makanan," ucap Pak Hendra.

Intan hanya mengangguk. Dia memperhatikan Pak Hendra yang lagi sibuk dengan kerjaannya. Dia merasa tidak enak kalau kehadirannya malah mengganggu kerjaan Pak Hendra.

"Pak, apa tidak sebaiknya saya menunggu saja di ruanganku," ujar Intan.

"Ngga usah. Kamu di sini saja," balas Pak Hendra santai.

Akhirnya Intan pun menurut saja. Sambil menunggu dia melihat-lihat buku yang berada di lemari buku Pak Hendra. Intan memang suka membaca sehingga dia selalu tertarik ketika melihat buku.

Dari meja kerjanya, Pak Hendra sesekali memperhatikan Intan yang sedang asyik melihat-lihat koleksi bukunya hingga tak sadar kadang dia tersenyum sendiri.

Beberapa menit berjalan-jalan, Intan berencana meminjam sebuah buku.

"Maaf pak. Saya boleh pinjam bukunya nggak?" tanya Intan memberanikan diri.

"Iya boleh. Kamu boleh pinjam kapanpun kamu mau," jawab Pak Hendra dengan senyum.

"Terima kasih pak," ucap Intan dengan senyum malu-malu kucing.

Pak Hendra jadi gemas sendiri ketika melihatnya. Ingin sekali dia segera menyentuh bibir itu yang selalu membuatnya hampir gila ketika membayangkannya.

Intan yang sedari tadi berdiri di depannya bingung melihat Pak Hendra senyum-senyum sendiri.

"Pak Hendra!" panggil Intan memecahkan lamunan Pak Hendra.

"Iya," jawab Pak Hendra langsung tersadar. Dia terlihat salah tingkah karena mendapati dirinya tertangkap basah tengah tersenyum sendiri.

"Ya sudah. Kamu ambil saja mana buku yang kamu mau," ucap Pak Hendra berusaha menyembunyikan salah tingkahnya

"Iya pak," jawab Intan sambil berlalu dengan bingung.

Tak lama kemudian, Dino muncul dengan membawa dua kotak makanan.

"Simpan saja di atas meja!" perintah Pak Hendra.

" Baik pak," jawab Dino lalu pergi.

Pak Hendra beranjak dari kursinya dan mempersilahkan Intan untuk makan.

"Dia kok ngga di ajak makan?" tanya Intan.

"Dia udah makan," jawab Pak Hendra bohong.

"Oh" balas Intan singkat.

Sebelumnya Pak Hendra sudah memberi tahu Dino untuk membiarkan mereka berdua di ruangannya dan menyuruh membawa makanannya di ruangannya sendiri.

Selama makan mereka hanya diam. Sesekali Pak Hendra menatap Intan dan sesekali juga mereka beradu pandangan. Tak seperti 2 hari yang lalu, hari ini Intan terlihat sudah mulai terbiasa. Setelah makan Intan pamit kembali ke ruangannya.

Di ruangannya, selesai shalat Intan kembali sibuk menata berkas-berkas yang akan di gunakan hingga tak terasa waktu sudah menunjukan pukul setengah 5 sore, artinya sebentar lagi sudah tiba waktu pulang.

Terdengar pintu dibuka oleh seseorang. Muncul wajah Pak Hendra sambil tersenyum manis. Wajahnya yang ganteng semakin ganteng. Intan sejenak terpesona dengan lelaki yang berada di depannya.

"Kamu udah siap?" tanya Pak Hendra mengagetkan Intan.

"Siap apa?" tanya Intan bingung.

"Pulang," jawab Pak Hendra singkat.

"Sebentar lagi," jawab Intan.

"Sekarang aja siap-siapnya," sahut Pak Hendra.

"Loh kan belum jam 5," sela Intan.

"Aku bosnya di sini jadi terserah aku mau nyuruh kamu pulang jam berapa. Aku tunggu sekarang!" balas Pak Hendra sambil melihat ke Intan.

"Hah maksudnya?" tanya Intan.

"Hari ini, aku yang akan mengantarmu pulang," ujar Pak Hendra.

"Loh! Bukannya bapak yang bilang kalau hari ini Pak Ilyas yang akan mengantar dan menjemput saya?" tanya Intan bingung.

"Iya. Tapi saya batalkan. Udah cepat sana siap-siap," perintah Pak Hendra.

"Baik Pak" ucap Intan.

Ketika pulang mereka melewati lift yang langsung terhubung ke parkiran. Lift itu memang di gunakan khusus untuk Pak Hendra. Sampai di parkiran mereka langsung memasuki mobil dan melaju meninggalkan Kantor.

"Nanti malam saya akan nginap di sana," ucap Pak Hendra.

"Hah!" Intan terkejut mendengar ucapan Pak Hendra.

"Lohh. Kenapa? Kamu ngga suka?" tanya Pak Hendra.

"Bbukan bgtu pak. Maksudnya kenapa harus nginap di sana," jawab Intan terbata.

"Itukan rumahku. Jadi bebas dong mau nginap kapan saja," jawab Pak Hendra santai.

"Iya pak" sahut Intan hanya menurut namun dalam hatinya membatin.

"Aduhh kenapa juga dia harus nginap di sana. Bukannya dia punya rumah yang lain?" tanya Intan dalam hatinya.

Melihat Intan yang terkejut dengan keputusannya, diapun menjelaskan.

"Jadi gini, besokkan ada sidang dan ada beberapa pekerjaan yang perlu saya selesaikan dan saya pikir tak ada salahnya kamu sebagai sekertarisS saya juga mengetahui tentang kasus ini. Sekalian kamu belajar juga." ucap Pak Hendra menjelaskan panjang lebar.

Intan hanya mengangguk mendengar penjelasan Pak Hendra namun dalam hatinya dia sendiri gugup dan bingung.

Pukul setengah 6 mereka tiba di rumah. Terlihat bi Ani sudah membuka pintu menyambut tuannya. Turun dari mobil Intan menyapa bi Ani dan langsung pamit ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Pak Hendra masih terlihat bercakap dengan bi Ani. Tak lama kemudian diapun menyusul ke atas dan masuk ke kamarnya. Sebelum masuk, dia melirik ke kamar Intan dan tersenyum.

Di kamarnya, Intan masih memikirkan kata-kata Pak Hendra ketika di mobil. Dia takut kalau ada hal-hal yang terjadi seperti dua hari yang lalu. Namun dia berusaha untuk menepis pikirannya. Dia yakin Pak Hendra tak mungkin melakukan hal-hal seperti itu. Dia lalu beranjak dari tempat tidurnya dan segera membersihkan diri karna waktu sudah hampir memasuki waktu magrib.

Di dalam kamarnya, Pak Hendra langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Di bawah guyuran shower dia tersenyum mengingat Intan. Membayangkan kejadian dua hari yang lalu kala menyentuh bibirnya yang seksi. Membayangkan bisa ********** dengan lembut, menyentuh tubuhnya yang mulus,

"Ah astagaa, apa yang baru saja aku pikirkan," gumam Pak Hendra tersadar dari lamunannya.

Intan benar-benar telah merasuki benaknya hingga tak bercelah sedikitpun. Setelah mandi, Pak Hendra langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan handuk masih melekat di tubuhnya. Tak lama kemudian, suara bi Ani mengagetkannya dari balik pintu.

"Tuan, makan malam sudah siap," ucap Bi Ani.

"Iya. Sebentar lagi saya turun ke bawah," jawab Pak Hendra tanpa membuka pintu karena hanya memakai handuk.

"Baik tuan," Jawab Bi Ani.

Terpopuler

Comments

Erni Setiyorini

Erni Setiyorini

jahat ga sih pak hendra

2023-02-28

0

Rin's

Rin's

ceritanya menarrikk hatikkuhhh,,ringan tapi bikin gimmannaa gittuuu

2021-08-20

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!