Ch 7- Pertemuan kembali

Intan segera duduk dengan wajah masih menunduk. Dia masih merasa gugup apalagi tadi dengan pandangan Pak Hendra padanya yang begitu tajam membuat dia semakin salah tingkah. Pak Hendra yang menyadari kegugupan Intan mulai berusaha untuk mencairkan suasana. Meskipun sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama, namun itu bisa di atasinya. Akhirnya Pak Hendra pun membuka pembicaraan,

"Pukul berapa tadi malam tiba di Surabaya?" tanya Pak Hendra.

"Hampir pukul 10 pak," jawab Intan sambil melihat ke arah Pak Hendra.

Pak Hendra memiliki tubuh yang atletis. Meskipun sibuk, dia selalu menyempatkan waktu untuk berolahraga agar selalu tampak bugar. Dia memiliki tinggi sekitar 176 cm, kulit putih, hidung mancung serta mata yang tajam bak elang. Itulah mengapa Intan menjadi salah tingkah ketika di pandangi olehnya. Pak Hendra berumur sekitar 35 tahun. Di umurnya yang masih muda dia sudah meraih kesuksesan besar sebagai seorang pengacara. Klien-kliennya adalah para bos-bos besar. Meskipun sudah menjadi pengacara sukses dia adalah orang yang tidak sombong. Itulah mengapa dia membangun sebuah lembaga hukum utk membantu org-org susah yang terkena kasus. Dia juga mempunyai berbagai jenis usaha yang di kelola oleh orang-orang kepercayaannya.

Hari ini, Pak Hendra menggunakan t-shirt putih sehingga tubuh atletisnya semakin terlihat. Membuat setiap wanita yang melihatnya jatuh cinta. Untuk bawahan Pak Hendra menggunakan jeans hitam yang membuatnya terlihat lebih muda.

Tanpa sadar Intan menyimpan kekaguman kepada laki-laki yang berada di depannya itu. Intan ingat dulu ketika masih bekerja sama di organisasi itu, Pak Hendra tak pernah terlihat menggunakan pakaian casual seperti ini. Mungkin karena mereka hanya bertemu ketika di kantor.

Diam-diam juga Pak Hendra terus memperhatikan Intan yang masih menunduk di depannya. Padahal baru satu tahun yg lalu terakhir kali mereka bertemu, tapi sudah banyak perubahan yang terlihat. Dia semakin cantik dan dewasa. Namun satu yang tak berubah, senyumnya. Ketika tersenyum Intan terlihat sangat manis dengan bibir kecilnya yang mungil. Membuat setiap kaum adam yang melihatnya terpesona.

"Kamu udah sarapan?" tanya Pak Hendra kembali.

"Iya pak" jawab Intan singkat.

"Nanti kalau ada yang kamu butuhkan, minta saja ke bi Ani. Atau kalau ada keperluan di luar kamu hubungi saja Pak Ilyas. Nanti dia yang mengantar kamu," ujar Pak Hendra.

"Untuk sementara selama kamu kerja di firma hukum saya, kamu harus tinggal disini," pinta Pak Hendra.

"Tapi kenapa Saya harus tinggal di sini pak?" tanya Intan.

"Supaya lebih mudah untuk menemui kamu ketika Saya butuhkan," jawab Pak Hendra.

"Maksudnya bagaimana?" tanya Intan agak bingung.

"Jadi begini, kadang-kadang ada klien yang kasusnya agak sedikit susah dan saya membutuhkan orang lain untuk membantu. Nah, nanti kamu harus bersiap-siap jika suatu saat saya mendapatkan kasus seperti ini. Maka kamulah org pertama yang akan saya temui," ucap Pak Hendra memberi alasan panjang lebar.

"Tapi pak, sayakan belum berpengalaman," sela Intan.

"Yaa sambil belajar." jawab Pak Hendra.

"Benar juga kata Pak Hendra, sayakan baru disini. Jadi saya harus banyak belajar." Batin Intan membenarkan apa yang di katakan Pak Hendra

Setelah beberapa saat berbincang, Intan sudah mulai bisa menguasai dirinya. Dia sesekali menatap Pak Hendra yang sedang berbicara. Kadang dia bertanya jika ada sesuatu yang tidak dimengerti.

"Sebentar yaa, saya ambil berkas-berkas yang harus kamu pelajari," Ujar Pak Hendra

Dia lalu berdiri menuju ke kamarnya dan kembali dengan beberapa tumpukan map yang berisi berkas-berkas. Selain menjadi sekertarisnya, Intan juga akan diberi tugas untuk membantunya menyelesaikan beberapa kasus. Karena sesuai dengan basic keilmuannya, yaitu seorang lulusan sarjana hukum. Ini menjadi kesempatan bagus untuk Intan menambah pengalamanya.

"Nah, tugas kamu selain menyiapkan jadwal sidang dan segala kebutuhan yang harus di siapkan, kamu saya beri tugas lain yaitu mempelajari beberapa kasus. Ini saya maksudkan agar selain dari tugas pokok, kamu juga paham tentang kasus-kasus yang akan saya tangani," Papar Pak Hendra

Intan hanya mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan Pak Hendra dan membenarkan dalam hati.

"Sini!" Panggil Pak Hendra pada Intan agar duduk di dekatnya.

Intan menurut saja ketika di panggil. Dia langsung berdiri dan duduk di samping Pak Hendra.

Pak Hendra menjelaskan satu persatu map yang di bawanya tadi sampai pada map kedua dan tak sengaja tangan mereka bersentuhan.

Degg...

Sontak mereka langsung memandang satu sama lain hingga beberapa saat. Intan langsung menunduk dan memperbaiki posisi duduknya, begitu pula dengan Pak Hendra. Sejenak suasana menjadi hening dan kikuk.

Tiba-tiba Pak Hendra berbicara berusaha untuk memecah keheningan dan kecanggungan yang terjadi.

"Ya udah. Itu saja dulu yang kamu pelajari. Nanti yang lain nyusul," ucap Pak Hendra.

"Baik Pak" balas Intan.

"Nanti kita makan siang di luar yaa. Kamu ikut ke kantor untuk saya tunjukan ruanganmu supaya nanti ketika hari senin, kamu udah ngga bingung lagi," ujar Pak Hendra.

"Baik pak," sahut Intan.

Sebenarnya ini adalah tugas asistennya namun entah kenapa dia memutuskan untuk melakukannya sendiri.

Tak terasa hampir 2 jam mereka berbincang, kurang 5 menit lagi pukul 12 siang.

"Yaa udah. Kamu siap-siap. Setengah jam ke depan kita berangkat," pinta Pak Hendra.

"Baik pak" balas Intan.

Intanpun segera beranjak dari tempat duduk menuju ke kamarnya diikuti pandangan Pak Hendra yang terus memperhatikannya hingga hilang di balik daun pintu.

Di dalam kamar Intan duduk di tepi ranjang, terbayang kejadian yang barusan terjadi. Namun segera dia tepis, lalu kemudian dia mengambil air wudhu dan shalat.

Berbeda dengan Intan, Pak Hendra belum beranjak dari duduknya sejak kepergian Intan. Dia memandang keluar ke arah tanaman hijau yang di tumbuh di halaman. Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Namun tak lama, iapun masuk ke kamarnya.

Pukul 12.35, Pak Hendra menghampiri kamar Intan,

"Tok tok..." Ketuk Pak Hendra dari luar

Intan membuka pintu dan melihat Pak Hendra di depannya.

"Saya tunggu di mobil yaa," Ucap Pak Hendra

"Iya pak" Jawab Intan singkat

Intan yang dari 10 menit lalu sudah siap segera menuju ke bawah. Hari ini Intan memilih memakai celana jeans berwarna biru dongker dengan atasan kemeja hitam polos. Dia mengganti roknya dengan celana agar bisa lebih bebas untuk bergerak.

Untuk tas, dia memilih tas salempang kecil warna hitam hadiah dari Dina ketika ulang tahunnya yang ke 22. Intan memang menyukai barang-barang yang polos. Menurutnya, itu terlihat sederhana. Untuk make up, Intan hanya memakai bedak tipis dan sedikit sapuan lipstik berwarna pink lembut. Rambutnya di kuncir seadanya. Sebelum turun Intan bercermin sekali lagi untuk memastikan tak ada yang aneh dengan penampilannya.

Setelah selesai, Intan segera turun dan sebelum berangkat dia pamit kepada bi Ani dan suaminya.

"Hati-hati neng," Ucap Bi Ani.

"Iya bi," balas Intan.

Intanpun keluar dan langsung menuju ke arah mobil sport warna merah yang di kendarai oleh Pak Hendra.

Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!