Di ruang makan, Intan sudah duduk sekitar lima menit yang lalu
"Selamat malam Tan," sapa Pak Hendra.
"Malam pak," jawab Intan langsung menunduk.
Dia terlihat salah tingkah karena melihat Pak Hendra hanya menggunakan T-shirt hitam dan celana pendek. Pak hendra menyadari itu.
"Maaf yaa kalau kamu ngga nyaman. Aku memang terbiasa memakai pakaian seperti ini di rumah, karena aku sudah menganggap bi Ani dan suaminya sebagai keluargaku," ucap Pak Hendra.
"Iya. Ngga apa-apa kok. Aku hanya kaget aja," jawab Intan.
"Nanti kamu juga akan sering dan terbiasa melihatnya kok," balas Pak Hendra santai.
"Hah!" respon Intan tanpa sadar.
"Kenapa?" tanya Pak Hendra pura-pura.
"Mmm ngga apa-apa pak," jawab Intan.
"Maksudnya apa? Dia akan sering disini?" tanya intan dalam hati.
Pak hendra memperhatikan Intan yang terlihat bingung. Dia hanya tersenyum dan menikmati kebingungan Intan yang baginya sangat menggemaskan.
"Iya kamu akan sering melihatku memakai pakaian seperti ini karena waktuku akan lebih banyak disini," ucap Pak Hendra dalam hati.
"Ayo, silahkan makan!" ajak Pak Hendra mengangetkan intan.
"Iiiya pak" jawab Intan terbata-bata.
Setelah makan malam, Intan pamit duluan ke kamarnya. Pak Hendra masih berbincang di ruang tamu dengan Pak Tarjo suami bi Ani. Di dalam kamar, Intan masih memikirkan ucapan Pak Hendra tadi.
"Apa mungkin Pak Hendra akan tinggal di sini? Ah rasanya ngga mungkin. Dia ngga serius ngomongnya. Diakan punya banyak rumah. Masaa dia mau tinggal disini?" Berbagai pertanyaan muncul dalam otaknya Intan.
"Ahh sudahlah Tan, ngapain sih mikir yang ngga-ngga. Mending kamu mikir persiapan untuk besok," ucap Intan ke dirinya sendiri.
Di ruang tamu, Pak Hendra bicara dengan Pak tarjo dan bi Ani bahwa dia akan lebih sering kesini. Setelah ngobrol Pak Hendra pun naik ke kamarnya. Dia mengambil dan memeriksa beberapa berkas kasus yang akan di sidangkan esok hari.
Di kamar setelah melakukan kewajibannya, Intan pun naik ke tempat tidur dan mulai membaca buku yang di pinjamnya dari Pak Hendra. Sekitar dua puluh menit membaca terdengar ketukan pintu dari luar. Intan segera membukanya dan ternyata Pak Hendra sudah berada di depan untuk mengajaknya menyelesaikan beberapa berkas untuk besok.
"Aku tunggu yaa!" icap Pak Hendra.
"Iya pak," jawab Intan.
Tak lama kemudian, Intan pun keluar dengan buku dan balpoint di tangannya. Di luar, Pak Hendra terlihat sedang memilah-milah berkas yang harus di pelajari Intan. Melihat Intan Pak Hendra mempersilahkannya duduk. Merekapun berbincang dan Pak Hendra menjelaskan segala sesuatunya dan tak lupa juga Intan bertanya ketika ada yang tak di mengerti.
Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh lewat lima belas menit, Pak Hendra mempersilahkan Intan untuk kembali ke tempat tidurnya sementara dia sendiri masih berkutat dengan sisa-sisa berkasnya.
"Udah jam sepuluh lewat, kamu istrahat saja. Besokkan kamu harus kerja," ucap pak hendra.
"Tapikan belum selesai," sela Intan.
"Biar saya saja yang lanjutkan, lagian ini tinggal sedikit," balas Pak Hendra lagi.
"Baik pak," ujar Intan kembali.
Intan pun beranjak dari tempat duduk dan segera menuju kamar. Pak Hendra memperhatikannya dari belakang.
"Selamat Istrahat! Semoga mimpi indah," ucap Pak Hendra yang membuat Intan menoleh ke belakang lagi.
Intan hanya menunduk dan tersenyum kepada Pak Hendra. Pak Hendra yang mendapat respon seperti itu kemudian membalas senyumannya.
"Kamu manis sekali Tan," bisik Pak Hendra setelah Intan berlalu dari pandangannya.
Pak Hendra masih melanjutkan pekerjaannya hingga hampir pukul sebelas malam. Karena kecapean dan mengantuk Pak Hendra pun tertidur di sofa.
"Sayang kok tidur disini. Aku nungguin dari tadi di kamar," ucap Intan sambil duduk di samping Pak Hendra.
"Kamu kok belum tidur?" tanya Pak Hendra sambil mengucek mata.
"Aku dari tadi nungguin kamu di kamar tapi kamu ngga nongol-nongol jadi aku susul ke sini. Kamu kecapean kerja semalam yaa? Ayo Kita ke kamar sayang." ujar Intan sambil menarik Pak Hendra.
Pak Hendra yang belum sepenuhnya sadar dari tidurnya hanya menurut ketika Intan mengajaknya ke kamar. Sesampainya di kamar Intan langsung menarik Pak Hendra di atas tempat tidur. Pak Hendra yang sudah sadar kaget dengan perlakuan Intan yang tiba-tiba seperti itu. Namun belum sempat hilang kekagetannya, Intan sudah memeluk dan mencium bibirnya dengan lembut hingga akhirnya Pak Hendra pun hanyut dalam leguhan bibirnya yang sangat menggairahkan itu. Tak mau kalah Pak Hendra membalas ******* bibir yang selama ini selalu dia dambakan. Yang selalu dia mimpikan hingga membuatnya menjadi seperti orang gila. Selama beberapa menit mereka berpagut, Pak Hendra perlahan-lahan mulai menurunkan tangannya. Namun tiba-tiba bugg....
Pak Hendra kaget, sebuah map terjatuh dari mejanya. Ternyata tadi hanyalah mimpi. Pak Hendra duduk sejenak, mencoba mengingat dan merasakan kembali sensasi mimpi yang baru saja dia alami. Dia mengutuk dirinya sendiri kenapa tangannya sampai menyentuh map itu dan membuatnya terbangun. Dia mencoba untuk kembali tidur dan berharap mimpi itu kembali hadir namun semuanya sia-sia. Akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke kamarnya namun mimpi itu masih terekam jelas di ingatannya, kenikmatan yang dia rasakan begitu nyata.
"Oh seandainya itu menjadi kenyataan, aku pasti akan menjadi laki-laki paling bahagia di dunia ini," gumam Pak Hendra sambil mengingat-ngingat mimpi itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
aduh sampai terbawa dalam mimpi 🤣🤣
2023-03-03
0
mintil
yah si bapak. ngarep banget
2021-05-28
0
Alya Dewina Maryam
kebanyakan modus 😅
2021-04-07
0