Ch 12- Kejadian tak terduga

Keesokan paginya ketika sarapan, berulang-ulang Pak Hendra menatap Intan sambil mengingat mimpinya semalam. Matanya tak berkedip seolah langit batinnya menginginkan itu menjadi kenyataan. Sorot matanya yang tajam bak elang membuat Intan serasa tak kuasa untuk menatapnya kembali. Berbagai pertanyaan berebutan merangsek mendesak masuk di pikiran Intan tanpa bisa ia tolak.

"Ada apa dengan Pak Hendra, kenapa dia menatapku seperti itu?" gumam Intan berusaha untuk mengingat apa yang sudah dia lakukan terhadap Pak Hendra.

Mendadak Pak Hendra menghela nafas panjang, Dia tiba-tiba takut perasaannya kepada Intan malah membuat Intan merasa tak nyaman. Sepertinya ini mungkin terlalu cepat bagi Intan.

"Tan?" panggil Pak Hendra.

"Iya," jawab Intan kaget.

"Kamu marah ngga kalau aku sering ke sini?" tanya Pak Hendra tiba-tiba.

"Ya nggalah pak. Masa saya marah. Inikan rumah bapak jadi terserah bapak kapan saja mau ke sini," jawab Intan.

"Iya. Aku tahu tapi maksudku, kamu nyaman ngga kalau aku sering kesini? Siapa tahu kamu ngerasa ngga nyaman dengan kehadiranku," tanya Pak Hendra berusaha menyelidiki.

"Sejauh ini sih aku ngerasa nyaman-nyaman aja kok. Emang kenapa sih pak? Bapak dari tadi nanyanya kok aneh," ujar Intan sedikit bingung.

"Ngga apa-apa. Aku hanya takut aja kamu merasa terganggu dengan kehadiranku," balas Pak Hendra.

"Ohh. Ngga apa-apa kok pak. Silahkan bapak kesini kapan saja," sahut Intan.

Dia sedikit lega mendengar jawaban Intan. Itu artinya dia bisa kesini kapan saja dia mau tanpa membuat Intan tak nyaman.

"Ya udah kamu habisin sarapan kamu," ucap Pak Hendra.

"Udah dari tadi habisnya, punya bapak tuh dari tadi belum tersentuh" balas Intan.

"Oh yaa astaga. Aku ngga lihat," ucap Pak Hendra sedikit malu.

"Ya udah pak. Aku duluan yaa. Mau mandi dan siap-siap untuk ke kantor," ucap Intan Lagi.

"Ok." balas Pak Hendra singkat.

Selesai sarapan Pak hendra menyusul ke atas dan bersiap-siap. Setelah selesai, Pak Hendra langsung turun ke bawah dan mengirim pesan kepada Intan bahwa Dia menunggunya di mobil. Tak berapa lama Intan menyusul karena memang dia sudah siap beberapa menit yang lalu.

Tak seperti sebelumnya, sekarang di dalam mobil mereka mulai saling mengobrol meskipun hanya sekedar masalah pekerjaan. Pak Hendra banyak bercerita tentang kasus-kasus para bos-bos besar yang sering di tanganinya. Panjang lebar Pak Hendra bercerita. Tak lupa pula tentang lembaga bantuan hukum yang dulu mereka pernah jalani. Intan terlihat sangat antusias mendengarkan. Sesekali dia bertanya. Tak terasa perjalanan mereka, mobil sudah memasuki tempat parkiran kantor dan segera mereka keluar melalui lift yang khusus menuju lantai lima.

"Tan, satu jam ke depan saya akan ke pengadilan. Nanti kalau ada yang mau menemui saya, bilang saja hari ini saya lagi sibuk, ok," pinta Pak Hendra sebelum memasuki ruangan.

"Baik pak," jawab Intan.

Di dalam ruangan Pak Hendra menelpon asistennya untuk menyiapkan semua berkas-berkas yang di butuhkan nantinya di persidangan. Pukul sepuluh mereka berangkat. Sebelum berangkat Pak Hendra berpesan pada Intan agar menunggunya untuk makan siang.

Sudah pukul satu siang tapi Pak Hendra belum juga menghubungi Intan. Intan yang masih menunggu akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kembali aktivitasnya. Dia tidak berani menghubungi Pak Hendra karena takut menganggu. Setelah lima belas menit, ponselnya berdering. Sebuah nama tertera di layar ponselnya, "Asisten Dino".

"Halo Bu," ucap Dino.

"Halo...," jawab Intan.

"Saya hanya mengabarkan kalau kami mengalami kecelakaan," ujar Dino.

"Apa?" jawab Intan Kaget.

"Iya bu. Sekarang kami sedang ada di rumah sakit" balas Dino.

"Dirumah sakit mana?" Tanya Intan sedikit panik

"Kami di rumah sakit xxx," jawab Dino.

"Baiklah saya kesana sekarang," ucap Intan lalu menutup telpon.

Intan langsung menutup telponnya dan memesan taksi online. Beberapa menit kemudian taksi datang. Intan segera naik. Di tengah perjalanan Intan merasa sangat khawatir. " Semoga Pak Hendra baik-baik saja" Gumam Intan. Hampir tiga puluh menit perjalanan, akhirnya taksi berhenti di depan rumah sakit. Intan segera membayar ongkosnya dan keluar. Di tengah perjalanan dia menelpon lagi kepada Dino bertanya di ruang apa Pak Hendra di rawat. Tadi karena kaget, Intan belum sempat bertanya.

Di ruang VIP tempat Pak Hendra di rawat hanya ada asistennya dan seorang dokter yang sedang memeriksa Pak Hendra. Asistennya keliatan baik-baik saja hanya ada sedikit terlihat lebam di tangan kirinya. Pak Hendra yang melihat kedatangan Intan hanya tersenyum seakan-akan tak ada yang terjadi.

"Bisa-bisanya dia tersenyum sementara aku nyaris mati karena khawatir," bisik Intan dalam batinnya. Intan masih belum berani untuk bertanya karena masih ada dokter yang memeriksanya.

"Dia tak apa-apa hanya ada sedikit cedera di kakinya. Namun dia masih harus beristrahat setidaknya untuk waktu seminggu ke depan agar cederanya kembali pulih. Dia sudah bisa pulang hari ini juga dan bisa di rawat di rumah," ucap dokter menjelaskan.

"Baik dok, terima kasih," jawab Intan.

"Bagaimana bisa kok bisa sampai mengalami kecelakaan?" tanya Intan Kepada Dino.

"Tadi itu,..." belum sempat Dino menjelaskan, Pak Hendra segera memotong pembicaraannya. Dia melihat ke Dino dan memberikan kode untuk tak lagi melanjutkan pembicaraannya

"Ngga tadi itu kebetulan aku minta ke dino biar aku aja yang nyetir. Di tengah jalan, ada telpon masuk dan aku berencana untuk menjawabnya. Dan belum sempat aku mengambil ponsel, tiba-tiba sebuah mobil melaju dari arah depan. Karena kaget aku langsung membelokkan mobil dan menabrak pohon." papar Pak Hendra bohong

Kejadian yang sebenarnya adalah kurang lebih sama dengan apa yang di ceritakan oleh Pak Hendra. Namun, Pak Hendra sebenarnya tak di telpon oleh seseorang melainkan dia yang berencana untuk menelpon Intan karena sudah membuatnya menunggu lama. Dia tak ingin Intan tahu karena takut Intan menjadi merasa bersalah.

"Lain kali kalau lagi nyetir terus ada yang nelpon ngga usah di ladeni, kan bahaya," ucap Intan.

"Iya iya," jawab Pak Hendra sambil tersenyum.

"Dino! Kamu balik aja ke kantor biar nanti aku telpon Pak Ilyas untuk kesini," pinta Pak Hendra.

"Baik pak." jawab Dino.

"Loh, Nanti bapak di sini dengan siapa?" tanya Intan.

"Yaa sama kamu," jawab Pak Hendra.

"Saya kan harus kembali ke kantor pak. Sekarang masih jam kerja," balas Intan.

"Udah ngga usah. Kamu temani saja aku disini," pinta Pak Hendra.

"Iya pak," jawab Intan.

Tak lama kemudian muncul Pak Ilyas. Intan segera mendorong kursi roda yang diduduki Pak Hendra sedangkan Pak Ilyas membawa barang-barang milik Pak Hendra. Merekapun naik ke mobil dan melaju,

"Ke Gloria yaa pak," pinta Pak Hendra.

"Baik Tuan," jawab Pak Ilyas.

Intan sedikit kaget mendengarnya namun dia tidak berani bicara. Gloria adalah nama perumahan yang kini di tempati Intan. Itu artinya Pak Hendra akan berada di sana selama seminggu untuk memulihkan cedera kakinya.

Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!