Di dalam toilet, Intan bercermin dan menarik nafasnya dalam-dalam. Dia memegang bibirnya yang serasa kaku. Sebelumnya Intan tak pernah dekat dengan laki-laki. Dulu sewaktu di kampus ada beberapa laki-laki yang mencoba untuk mendekatinya namun dia tak merespon. Intan hanya fokus untuk menyelesaikan studinya karena dia tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya yang sudah bersusah payah untuk membiayainya kuliah.
Di luar toilet, Pak Hendra masih berdiri mematung. Dia juga tak menyangka tiba-tiba akan melakukan itu. Namun segera dia sadari dan kembali duduk di sofa.
Tak lama kemudian Intan keluar dengan wajah masih merah. Namun dia sudah mulai bisa mengendalikan diri.
"Udah?" tanya Pak Hendra.
"Iya pak," jawab Intan.
"Kita langsung pulang yaa, udah mau sore," ucap Pak Hendra.
Intan hanya mengangguk.
Sepanjang perjalanan, mereka lebih banyak diam. Hanya sesekali Pak Hendra bertanya.
Kurang lebih hampir satu jam akhirnya mereka sampai, terlihat bi Ani menjemput mereka di depan pintu. Intan mengucap salam dan di balas oleh bi Ani. Intan langsung pamit ke kamarnya untuk shalat.
Usai shalat, Intan langsung merebahkan diri di atas kasur. Dia langsung teringat dua kejadian tadi.
Belum satu hari bersama dengan Pak Hendra, sudah dua kali dia di buat terkejut. Pertama, rangkulan pinggang di restoran. Kedua, sentuhan jari di bibirnya. Intan benar-benar Di buat gugup sepanjang hari ini. Dia langsung teringat candaan Dina yang mengatakan, jangan-jangan Pak Hendra menyukainya. Namun segera dia tepis pikiran itu dan langsung beristigfar.
Di kamar yang lain, Pak Hendra pun membayangkan hal yang sama. Namun berbeda dengan Intan, dia sama sekali tak menepis perasaan itu. Dia memang sudah menyukai Intan sejak pertama kali melihatnya sekitar satu tahun yang lalu. Kala itu, yang selalu teringat adalah senyumannya. Beberapa kali dia mencoba untuk melupakan itu ketika Intan menghilang. Namun tetap saja senyuman itu terus menerus menggelayut di pikirannya.
Beberapa bulan terakhir ini, dia mencoba mencari tahu kabarnya. Sampai akhirnya dia bertemu Dina di sebuah pusat perbelanjaan dan bertanya.
Pak Hendra hanya tersenyum kala mengingat semuanya. Dia bahagia, kini org yang selalu di rindukannya sudah berada di sini.
Selepas magrib, Pak Hendra pamit untuk pulang. Dia hanya pamit pada bi Anini. Di dalam mobil, dia mengirim pesan ke Intan,
"Tan, saya pulang dulu yaa. Mulai hari senin Pak Ilyas yang akan mengantar dan menjemput kamu. Selamat beristirahat." Tulis Pak Hendra dalam pesannya
Pak Hendra masih menunggu balasan, namun hampir lima menit tak kunjung ada balasan. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang.
Intan keluar dari kamar mandi dan mengambil ponselnya bermaksud untuk menelpon orang tuanya. Namun dia melihat ada sebuah pesan dari Pak Hendra 15 menit yang lalu.
Setelah membaca, Intan segera membalas,
"Maaf Pak, tadi saya sedang di toilet," balas Intan
Sudah hampir 10 menit tapi belum ada jawaban.
"Mungkin sedang dijalan," humam Intan.
"Tok tok" Neng Intan" panggil bi Ani
"Iya," Intan menjawab dari dalam dan langsung membuka pintu.
"Makan malam udah siap neng," ucap Bi Ani.
"Oh iya bi. Intan segera turun," jawab Intan.
Intan segera turun ke bawa dan memanggil bi Ani dan suaminya untuk makan bersama. Setelah makan dia langsung ke atas dan mengambil ponselnya lalu menelpon,
"Halo! Assalamualaikum," sapa Intan.
"Waalaikumussalam." Terdengar suara yang begitu Intan kenali. Suara wanita yang tak pernah habis memberikannya cinta.
"Ibu lagi ngapain?" tanya Intan.
"Lagi nonton TV nak," jawab Ibunya.
"Bapak sama Dandi mana?"tanya Intan lagi.
"Itu mereka lagi nonton juga" jawab ibunya.
Merekapun berbincang banyak hal hingga tak terasa sudah memasuki waktu Isya.
"Bu, udah dulu yaa. Idah mau masuk waktu Isya," ujar Intan.
"Iya nak. Kamu hati-hati di situ yaa. jaga kesehatan." Nasehat sang ibu.
"Iya bu. Ibu juga jaga kesehatan sama bapak dan Dandi. Assalamualaikum," tutup Intan dengan salam.
"Iya. Waalaikumussalam," balas sang Ibu.
Setelah berbincang Intan merasa sedikit lega. Rindunya terobati walau hanya sebentar.
Intan segera berdiri mengambil air wudhu dan shalat. Usai shalat Intan mengambil sebuah buku dan membaca. Baru sekitar 15 menit sebuah pesan masuk, "Pak Hendra"
"Kamu udah makan?" tanya Pak Hendra.
"Iya pak" jawab Intan.
"Kamu cepat istirahat, lusa kamu sudah masuk Kantor." Pak Hendra mengingatkan Intan.
"Baik pak," balas Intan.
Terkadang muncul di pikiran Intan, mungkin saja apa yang di katakan Dina ada benarnya. Intan sebenarnya merasa apa yang diberikan Pak Hendra padanya sudah berlebihan.
Namun Intan selalu berusaha untuk menepis pikiran itu.Karena baginya tak mungkin Pak Hendra menyukainya yang hanya seorang gadis kampung. Pak Hendra bisa mendapatkan yang lebih baik, lebih cantik, lebih seksi. Kalau dia mau. Dia seorang pengacara sukses, kaya, ganteng, baik, siapa sih yang ngga mau sama dia. Lagian juga, mungkin sekarang Pak Hendra mempunyai seorang pacar. Hanya saja Intan ngga tahu. Intan hanyut dalam pikirannya.
Meskipun sebenarnya dia juga mengagumi Pak Hendra, namun dia cukup sadar diri untuk tidak membiarkan rasa itu menjadi semakin besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Juniaty Sipayung
kayaknya seru nih..
2021-05-17
0