"Kamu kenapa, Dek?" tanya Mas Musa yang tiba-tiba muncul dan mengejutkanku.
"Nggak papa, Mas," jawabku dengan mencoba tersenyum.
"Yakin?"
"Hemm, apa kalau aku jujur Mas nggak marah?"
"Kenapa mas harus marah? Cobalah dulu, Dek."
Melihat mata Mas Musa yang bijaksana memberikan kenyamanan yang luar biasa untukku berkeluh kesah, mata yang teduh membuatku yakin untuk sedikit berdiskusi, apa yang kurasa tidak nyaman.
"Aku tadi salah ngambilin minum buat ibu, aku nggak tahu kalau ibu nggak suka es teh."
Mas Musa malah tertawa mendengarnya barisan giginya sampai terlihat.
"Hanya itu, Dek? tapi kamu sampai keliatan kusam begitu."
"Ini tentang merebut hati Ibu, tidak bisa disebut 'hanya itu', Mas," protesku.
"Sudah nggak apa-apa 'kan sekarang jadi tahu, sudah jangan dipikirkan lagi kamu sudah mencoba yang terbaik Dek, bahkan ketika mas nggak ada." Mas Musa memelukku memberikan sedikit usapan di pundakku mengisyaratkan apa yang menjadi kata-katanya.
Aku senang sekali, bahagianya menjadi istri seorang Musa Hamizan, terlepas dari siapa nama yang sering dia sebut dalam tidurnya, tetapi aku merasa dicintai tanpa dusta. Haruskah aku mengabaikannya? Atau menanyakan saja langsung kepada Mas Musa? Nanti sajalah, aku sedang bahagia.
"Terimakasih ya Mas, oh iya ibu juga tadi mendoakan kita supaya cepat dapat momongan lho, Mas."
"Oh iya? Bagus dong, semoga Alloh cepat memberi kita keturunan ya, Dek."
"Aamiin...," jawabku dan ternyata berbarengan dengan Mas Musa, menyadari hal itu kemudian kita tertawa bersama.
"Eheeem ... masih siang ini Zan, ada ibu lho ... !" ucap ibu mertuaku yang tiba-tiba muncul.
"Eh ... Ibu!" Mukaku memerah menahan malu, sedangkan Mas Musa memeluk ibunya penuh kasih sayang.
Kalau orang bilang hidup itu sawang sinawang, bisa saja terlihat sempurna padahal tidak, tetapi semakin kulihat semakin sempurna saja kehidupan Mas Musa ini. Aku harap aku juga istri yang sempurna. Semoga aku segera hamil dan memenuhi harapan semua orang, Aamiin.
Tanpa terasa satu minggu sudah ibu mertuaku mengunjungi kami, kemudian ibu pulang dijemput oleh salah satu karyawan Beliau, keluarga suamiku punya perkebunan dan juga beberapa toko buah tentu jumlah karyawannya pun lumayan.
Aku mulai mengenal tetangga berkat perkenalanku dengan Mama Okta tempo hari, aku jadi mengenal mama-mama yang lain, Mama Najwa, Mama Nabil Nabila, Umi Azka dan masih banyak lainnya, benar saja nama asli sudah tidak dikenal lagi kalau sudah menjadi seorang ibu, semoga aku segera dipanggil dengan nama anakku nanti, sekarang orang mengenalku dengan Tante Medina atau Ibu Musa.
Aku ikut pengajian-pengajian yang sudah rutin dilaksanakan di lingkungan sini, dan karena latar belakangku pesantren, aku malah sering disuruh mengisi pengajian, tentu saja aku merasa tidak pantas tetapi sekali lagi Mas Musa menyuruhku mencoba, karena ketika kita menyampaikan materi saat mengaji, kita bukan hanya sedang mengingatkan orang lain tetapi lebih kepada mengingatkan diri kita sendiri. Aku pun mengiyakan, berkat dukungan dari suami, ditambah respon yang kudapat dari jamaah pengajian juga positif.
Waktu berlalu begitu saja, tapi aku masih belum menunjukan tanda-tanda akan berbadan dua. Aku yakin Mas Musa juga menunggu kabar gembira ini, tapi Mas Musa sangat pandai menjaga perasaanku. Mas Musa juga sudah tidak sesering dulu menyebutkan nama Mariam di dalam tidurnya, aku harap siapa pun dia, bukanlah ancaman bagi keluargaku.
Suatu hari aku kembali iseng membuka-buka sosmed bekas pencarianku terhadap nama Mariam, kemudian perhatianku tertuju pada akun berlogo 'F' dengan nama 'Marizan'. Akun itu sudah lama sekali tidak aktif tetapi hari ini akun itu ditag oleh seorang yang kuketahui sebagai teman lama Mas Musa.
Aku seperti menemukan pintu dari segala teka-teki mimpi buruk yang membuat Mas Musa meneriakan nama perempuan lain hampir setiap malam. Rasa penasaran membuatku lupa bahwa ada bahagia yang harusnya kujaga dengan tidak tahu saja. Kuputuskan untuk tahu dengan segala resikonya.
Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui itu memang akun Mariam, tidak ada satupun foto yang menunjukan wajahnya tetapi di sana tertulis betapa Mariam pernah begitu patah hati ketika harus berpisah dengan Mas Musa, ketika Mas Musa masih sekolah di Tarim. Aku baca semua curahan hatinya, tentang rindu dan kegelisahan yang dirasakannya, aku pun membaca banyak sekali komentar, dari yang mendukung, menguatkan, dan selalu menghibur Mariam. Aku mampu mengenali beberapa akun yang juga merupakan teman Mas Musa, karena mereka juga datang saat momen pernikahanku. Artinya, ruang lingkup pergaulan Mas Musa sama dengan ruang lingkup pergaulan Mariam, betapa beruntungnya Mariam memiliki cinta yang besar dari Mas Musa dan juga teman-teman yang tidak berhenti mendukungnya. Namun akun tersebut ditinggalkan pemiliknya, terlihat dari postingannya yang terhenti, harapan Mariam pun berhenti tapi entah dengan cintanya.
Aku tahu dari bahasanya, Mariam pun pernah begitu mencintai Mas Musa. Tetapi bagaimana dengan Mas Musa? Meskipun ini hanyalah masa lalu, tapi tetap saja menyakitkan, dan semakin bertambah menyakitkan lagi ketika aku tahu nama yang suamiku sebut, bahkan ketika terlelap, adalah nama dari seorang wanita yang punya perasaan begitu dalam kepada Mas Musa.
Apakah wanita itu juga menyebut nama suamiku di setiap tidurnya? Ahh, berarti artinya Mas Musa juga punya perasaan yang tidak kalah dalamnya, mereka sama-sama memiliki perasaan yang besar. Saling mencintai.
Tidak kalah mengejutkan lagi aku menemukan akun yang selalu meninggalkan komentar bergambar sedih tetapi tidak pernah menuliskan 1 kata pun. Aku telusuri akun dengan nama 'Musyafir Cinta', isi berandanya tidak kalah menyedihkan dari akun Marizan, aku yakin ini akun yang pernah dimiliki oleh Mas Musa. Di sana tersirat jelas bahwa Mas Musa sama-sama mencintai Mariam, meski akhirnya mereka harus berpisah entah karena Mas Musa harus pergi jauh atau karena hal lain.
Aku menyesali tindakanku sendiri, harusnya aku tidak mencari tahu siapa Mariam, harusnya aku tertidur pulas ketika Mas Musa menyebut-nyebut namanya. Bagaimana kalau Mas Musa ternyata masih mencintai Mariam? Bagaimana kalau ternyata aku hanya pelarian? Bagaimana kalau suatu saat Mas Musa membuangku dan kembali pada Mariam? Aku menghela nafas yang panjang.
Aku menangisi masa lalu mereka, masa lalu yang belum ada aku di dalamnya. Aku begitu takut kehilangan Mas Musa. Ku lempar ponselku jauh-jauh, dan berharap untuk tidak pernah tahu saja.
🍁🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
🇮🇩 F E E 🇵🇸
Kadang... Lebih baik gak tahu. Drpd tahu & sakit hati sdri.
2022-10-11
1
Maysaroh Suherman
😭😭😭😭
2021-02-16
0
ARik Nabawi
sabar ya mbk
2021-02-15
2